BREAKING

Kamis, 08 Desember 2016

Andong, Gunung Pendakian Bagi Pemula yang Eksotis dan Menantang

Pendakian gunung menjadi trend yang ngehits belakangan ini. Hal ini tak terlepas dari adanya film-film baru yang bernuansa petualangan, terutama pendakian gunung. Hal ini membuat banyak kawula muda berminat untuk melakukan hal serupa. Namun pendakian yang sebenarnya yaitu gunung yang cukup tinggi dengan keahlian serta persiapan fisik yang ekstra serta tantangan yang sangat berat. Selain itu pengalaman serta peralatan yang lengkap pun menjadi prioritas dalam pendakian.

MERAIH KEMANFAATAN ILMU

Oleh : Karis

Menengok kepada sejarahnya orang yang sedang menuntut ilmu pada zaman salafunassholihuun. Pada zaman dahulu ada orang yang sedang mencari ilmu hingga bisa diibaratkan delapan puluh peti. Peti ukuran zaman dahulu itu sangatlah besar. Dalam menuntut ilmu tadi tidak hanya cukup dilalui selama sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun. Nah, orang yang sedang mencari ilmu sekian banyaknya itu setiap hari merasa belum bisa menempelkan ilmunya, belum bisa memanfaatkan ilmunya.  Padahal ilmu itu sudah dicarinya selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

Delapan puluh peti ini ilmunya banyak sekali. Baginda Rasul Muhammad SAW pernah bersabda, “Jika orang mengaji Tafsir Al Qur’an itu harganya mahal karena ada makan-makan dan majelisnya, tapi jika ngaji ilmu-ilmu Fiqh itu agung derajatnya. Kalau orang yang ahli hisab itu cerdas, karena ahli matematika. Jika ahli ilmu bahasa Arab itu hatinya lemah lembut, dan itu sudah banyak”.
Seseorang tadi tak hanya menekuni satu bidang ilmu saja, melainkan segala ilmu sudah dipelajarinya semua. Jadi sudah belajar berpuluh-puluh tahun dan ia merasa masih saja ilmunya kurang terus, tidak ada yang menempel pada dirinya. Kemudian orang tadi bermimpi, jika bahasa kita itu mimpi, sedangkan wahyu adalah bahasanya untuk Nabi. Nah pada mimpi tadi, karena mimpinya orang-orang khusus, orang tadi bermimpi yang pada intinya ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan oleh kita semua agar ilmu kita bisa bermanfaat, karena selama masih hanya berupa ilmu dan belum ada amalnya maka ilmu itu belum bisa tumancep dalam hati seseorang. Tumancepnya ilmu itu ketika sudah disertai dengan amal.
Syarat agar ilmu bisa manfaat, pertama dalam mimpi tadi ditegaskan bahwa “Laa tuhib ad dunya fa laisat bidaaril mukmin.” Jika seseorang ingin memanfaatkan ilmunya harus meninggalkan hal-hal keduniawian, karena dunia itu bukanlah tempatnya orang-orang beriman.  Kemudian Nabi bersabda bahwa dunia itu bukanlah rumahnya orang-orang beriman. Dunia itu rumahnya orang yang tidak punya rumah dan hartanya orang yang tidak punya harta. Karena kenyataannya seseorang yang mempunyai rumah mewah maupun harta banyak jika mati pun akan diwariskan kepada anak-anaknya.
Kedua, janganlah gampang berteman dengan setan karena setan itu merupakan musuhnya manusia yang nyata dan jelas, meskipun tidak secara langsung terlihat. Jika pada zaman Nabi dulu bahkan bisa berbicang-bincang dengan setan, jauh berbeda dengan zaman sekarang yang malah manusianya seperti setan itu sendiri. Kita jangan gampang membuat permusuhan. Kepada siapa saja. Bahkan zaman dulu, sahabat Umar r.a pernah dicaci oleh orang-orang kafir, dicaci karena dakwah beliau. Tetapi malah beliau yang meminta maaf kepada mereka. Sampai seperti itulah beliau kepada musuhnya. Karena yang menimbulkan permusuhan itu adalah hasutannya setan. Jadi ukhuwah basyariyah kita itu harus selalu dijalin dengan baik. Jangan sampai terjadi perpecahan. Apalagi jika hanya persalan sepele dan menjadi besar. Entah itu dengan keluarga maupun tetangganya. Kalau kita gampang tersinggung, maka kita dekat dengan setan.
Yang terakhir, tidak boleh membuat hati orang lain sakit. Karena membuat hati saudaranya sakit dan menyinggung perasaan orang lain itu bukan sifatnya orang mukmin. Jangan senang untuk membuat orang lain tersakiti, entah dengan lisan maupun perbuatan. Karena orang yang senang membuat orang lain sakit hati ini susahnya melebihi orang yang disakiti tadi. Tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Dengan ketidaktenangan itu, dalam berbuat apapun tidak akan tenang juga, sehingga dalam mengamalkan ilmu pun tak akan memberikan kemanfaatan ilmu. Jadi jika kita tidak gampang membuat orang lain tersakiti, insyaallah kita akan gampang memanfaatkan ilmu yang telah didapatkan.
Semoga ketiga hal diatas tadi dapat mengingatkan kita agar dapat mengamalkan serta menjadikan manfaat ilmu yang telah kita miliki. Karena sebagai manusia yang ilmunya masih jauh dari kata sempurna, bahkan setetes dari samudera keilmuan Sang Maha Pemilik Ilmu, kita harus senantiasa berusaha agar menjadi lebih baik lagi. [ch.lq]


(Dikutip dari pengajian rutinan Malam Selasa Abah Na’imul Wain)

Mahabbah Kepada Nabi, Kurikulum Pertama Dan Utama Ummat Ini

Imam Maliki r.a pernah berkata, “ummat Nabi yang hidup pada zaman akhir tidak akan mungkin bisa menjadi baik terkecuali dengan cara yang pada awal ummat tersebut diperbaiki”. Jadi, jika ingin memperbaiki suatu kaum maka kurikulumnya juga harus kembali pada kurikulum pada awal-awal kaum tersebut. Lalu apa itu kurikulum yang harus ada pada ummat ini? Kurikulum tersebut tiada lain adalah mahabbah kepada Rosulullah SAW.
 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT