BREAKING

Senin, 16 September 2019

Tahun Baru Hijriyah Jadikan Hijrah Lebih Bergairah



            Ketika memasuki malam tahun baru Masehi, letusan suara kembang api biasanya terdengar di berbagai daerah, terutama di daerah perkotaan seperti Jogja. Baik masyarakat lokal maupun pendatang merayakannya dengan suka cita serta meramaikan suasana semeriah mungkin. Berbagai jenis perayaan pun diadakan di banyak tempat. Berbagai objek wisata pun dipadati oleh pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.

Pemaknaan yang berbeda-beda
Di dalam memaknai datangnya awal tahun baru, khususnya tahun baru masehi tentulah semua orang memiliki pandangan berbeda-beda. Para pelajar kebanyakan menjadikannya sebagai ajang hiburan ataupun liburan dari penatnya pikiran di sekolah atau kuliah mereka. Dari segi sosial menjadikannya sebagai kesempatan untuk berkumpul dengan teman-teman se-kampus ataupun komunitas dan nongkrong bareng. Berbeda lagi jika dilihat dari sisi ekonomi, para pedagang menjadikannya sebagai peluang bisnis mereka dengan menjajakan dagangannya kepada para pengunjung di berbagai tempat wisata. Ini positifnya. Beberapa hal negatifnya -kurang baik- dari momen tahun baru ini, semisal karena banyaknya pengunjung di tempat-tempat publik menjadikan tempat publik tersebut penuh dengan sampah sisa perayaan tahun baru. Selain itu pula kegaduhan yag ditimbulkan pun menyebabkan warga sekitar menjadi terganggu. Hal itu dikarenakan dirayakan pada saat jam istirahat warga, khususnya warga Jogja sendiri.

Sejarah Penetapan Awal Hijriyah
Sedikit berbeda dari Tahun Baru Masehi. Tahun baru Baru Hijriyah cenderung lebih dimaknai sebagai momen perenungan diri atau muhasabah. Momen untuk melihat apa yang sudah dilakukan selama setahun lalu. Pada momen tahun baru Hijriyah, yang merupakan tahun baru Islam, tahun baru yang sangat bersejarah bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Di mana tahun baru Islam ini bermula atau diawali dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw. beserta sebagian umat Islam untuk berpindah dari kota makkah yang pada saat itu kurang aman untuk dijadikan tempat berdakwah dan beliau mendapat banyak gangguan dan tekanan dari pihak kafir Quraisy menuju Kota Madinah, kota yang memang diperintahkan oleh Allah untuk dijadikan tempat hijrah beliau beserta umat Islam ketika itu, serta dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam.
Penetapan awal penanggalan Islam atau hijriyah ini ditetapkan pada masa kekhalifan Umar bin Khattab r.a. dihitung dari awal Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah atas usulan dari Sayyidina Ali r.a setelah diadakannya musyawarah oleh beberapa sahabat pada waktu itu. Penetapan awal hijriyah ini terjadi pada tahun 638 M (17 tahun setelah beliau hijrah dan wafat pada tahun 622 M atau tahun ke-4 setelah kekhalifan Sayyidina Umar bin Khattab).

            Makna Hijrah Sekarang
            Jika pada waktu itu Nabi Muhammad beserta pengikutnya hijrah dari Makkah menuju Madinah untuk menghindari tekanan dan ancaman dari pihak kaum kafir Quraisy, kita yang hidup pada zaman sekarang pun dapat melakukan hijrah. Hijrah sejatinya adalah meninggalkan sesuatu dari yang kurang baik menuju yang lebih baik dari sebelumnya, dari yang kurang semangat dalam belajar dan bekerja  menuju pada lebih semangat lagi dalam bekerja keras mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kita, dari bangsa yang berpikiran masih terbelakang menuju menjadi bangsa yang berpikiran maju jauh ke depan serta menjadikannya sebagai momen perenungan diri dan permulaan untuk memulai hari lebih baik lagi. Baik dalam belajar maupun dalam ibadah. Dengan masuknya awal tahun hijriyah ini, jadikan hijrah lebih bergairah !

Oleh : Charismanto
*Santri Ponpes Al Luqmaniyyah
Penulis amatir yang kurang tekun menulis



 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT