BREAKING

Latest Posts

Selasa, 04 Juni 2024

Semangat Kreativitas Anak Bangsa Sukses Membangun Negeri

(Sebuah Refleksi Jejak Dedikasi JNE dalam Nadi Kehidupan Sosial Masyarakat Nusantara)

Oleh Charismanto*

Ilustrasi: https://www.jne.co.id/


"Berbagi, Memberi dan Menyantuni”. Itulah tiga kata filosofis yang telah ditanamkan Alm H. Soeprapto Soeparno sejak lahirnya JNE. Tiga kata yang senantiasa terpatri kuat dalam budaya perusahaan. Sebagai pendiri, H. Soeprapto Soeparno memiliki peran penting dalam meletakkan dasar pemikiran di balik banyak kegiatan sosial JNE. Semangat filosofis ini telah menjadi fondasi budaya perusahaan yang kuat di sepanjang sejarahnya. Perjalanan panjang telah dilalui, rintangan dan hambatan pun telah dilewati. Kini, JNE akhirnya mampu mencapai puncak kesuksesannya. Selama tiga dekade terakhir, JNE mengalami proses jatuh-bangkit dan pasang-surut dalam melayani masyarakat. Berbagi, memberi, dan menyantuni; tiga prinsip inilah yang mendorong JNE untuk senantiasa hadir dan aktif dalam bidang kemanusiaan. Melalui program-programnya, JNE secara konsisten peduli terhadap anak yatim, fakir miskin, dan dhuafa. Tak lupa, JNE juga memberikan perhatian khusus terhadap korban bencana serta masalah-masalah kesehatan, pendidikan, dan pangan. Tentu, dengan bekerjasama dengan berbagai pihak.


Menilik JNE dalam Rentang Sejarah

Tiga dekade silam, JNE resmi lahir. Tepatnya pada tanggal 26 November 1990. Semula bernama PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir. Empat tahun kemudian, yakni pada tahun 1994, JNE mulai merintis layanan pengiriman domestik di Jl. Tomang Raya No. 3, Jakarta Barat. Baru pada tahun 1995, dengan keberadaan warung telekomunikasi (Wartel) yang mulai menjamur di masyarakat, JNE mulai memperkenalkan sistem drop point atau agen pengiriman “Takuhaibin”. Selanjutnya, pada tahun 2000, JNE merilis logo barunya. Kemajuan internet pun mulai dirasakan masyarakat, sehingga banyak transaksi penjualan secara daring (dalam jaringan). Jam operasional JNE pun ditingkatkan menjadi 24 jam.

Inilah yang kemudian membuat JNE semakin popular di kalangan pelaku bisnis online. JNE juga membangun pusat sortir otomatis berskala besar (Mega Hub) di Bandara Mas, Cengkareng, Tangerang. Mega Hub ini diproyeksikan mampu memproses lebih dari 1juta paket dalam sehari. Perjalanan panjang JNE sampailah pada layanan baru pada tahun 2022 yang bernama Roket Indonesia. Roket Indonesia yaitu layanan kurir instan berbasis aplikasi yang menjamin estimasi pengantaran sampai dalam waktu 1 jam. Layanan ini bahkan sudah tersedia di 54 kota atau Cabang JNE. [1]

Puncaknya, pada tahun 2022 JNE menerima penghargaan Indonesia Best 50 CSR Courier Service Category 2024 dari The Iconomics.[2] Bukan tanpa alasan, JNE pantas menerima penghargaan bergengsi tersebut lantaran inovasi dan terobosan – terobosan program CSR yang dilakukan oleh JNE selama ini. JNE dinilai mampu menjalankan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai tujuan bisnis berkelanjutan. Dengan diraihnya penghargaan tersebut, maka selaras dengan tagline utama perusahaan “Connecting Happiness”. Yang artinya, JNE memiliki cita-cita untuk menghubungkan kebahagiaan masyarakat hingga ke pelosok negeri.[3]

Selama lebih dari tiga dekade, perusahaan yang bermarkas di Jakarta Barat ini kini tumbuh menjadi penyedia layanan pengiriman ekspres terbesar di Indonesia, mencakup lebih dari 83 kota. Untuk mendukung jangkauan layanannya yang luas, JNE kini menyediakan lebih dari 8.000 titik penjualan dan didukung oleh lebih dari 50.000 karyawan.[4]


Kurnia Nugraha selaku Head of Media Communication JNE menerima penghargaan Indonesia Best 50 CSR Awards 2024, yang diserahkan oleh Bram S. Putro selaku Founder & CEO The Iconomics (dua dari kiri), Alex Mulya selaku Director of Brand, Research and Strategy The Iconomics (pertama dari kiri), Arif Hatta Managing Editor The Iconomics (keempat dari kiri) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat (7/5). Foto: IST.


Dedikasi JNE dalam Berbagai Nadi Kehidupan Sosial

Sebagai salah satu perusahaan logistik terkemuka di Indonesia, JNE bukan sekadar memiliki nama besar dalam dunia pengiriman barang. Lebih dari itu, JNE telah merajut kisah panjang dengan dedikasinya dalam memperkuat serta menghubungkan berbagai nadi kehidupan sosial di seluruh penjuru Nusantara. Dengan semangat pengabdiannya, JNE telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Melalui program-programnya, JNE mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat, JNE menjadi salah satu elemen penting dalam menyokong kemajuan sosial di Indonesia.

Salah satu wujud nyata dari dedikasi JNE terhadap berbagai nadi kehidupan sosial adalah melalui program-program kemanusiaannya. JNE hadir sebagai mitra yang turut berperan dalam membantu mereka yang membutuhkan, baik melalui bantuan untuk korban bencana alam, dukungan terhadap anak-anak yatim, hingga upaya pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah.

Dedikasi Dalam Aspek Pendidikan

Salah satu dedikasi JNE untuk negeri adalah dalam aspek layanan pendidikan. Dengan menyediakan layanan pengiriman yang cepat dan handal, JNE membantu memastikan bahwa materi pendidikan dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari lokasi geografis mereka. Hal ini memainkan peran krusial dalam meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai salah satu contoh, JNE pernah menjadi mitra dalam kegiatan pengiriman Perangkat Program Fasilitas Penunjang Riset milik Kemendiktiristek.[5]

Pada 29 Januari 2023 lalu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menyerahkan hibah fasilitas penunjang riset bidang inovasi pembelajaran kepada 124 perguruan tinggi. Salah satunya adalah Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta (STIMARYO) yang terletak di Jl. Magelang 4.4 Pos 42 Tromol, Kutu Dukuh, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari pihak JNE sendiri diwakili oleh Head Regional Jateng-DIY, Marsudi. Tentu masih banyak lagi sumbangsih JNE untuk pendidikan anak negeri yang tak dapat disebutkan satu persatu dan secara detail di sini.

Para dosen Sekolah Tinggi Maritim  Yogyakarta (Stimaryo) mendengarkan pengarahan saat acara penyerahan dan peresmian bantuan pengadaan Smart Classroom di kampus Stimaryo di Jalan  Magelang 4.4 Pos 42 Tromol, Kutu Dukuh, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa  Yogyakarta, Jumat (27/1/2023). Foto: IST.

Dedikasi dalam Aspek Kesehatan

Pada akhir bulan Desember 2019 lalu, virus Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok. Dalam tiga bulan selanjutnya, WHO menyatakan pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Pada Juni 2020, virus tersebut menyebar secara global, menimbulkan kekacauan di berbagai sektor, terutama kesehatan dan ekonomi. Namun, seiring dengan penurunan kasus Covid-19, dampaknya secara bertahap membaik. Aktivitas ekonomi masyarakat pun mulai pulih.[6]

Dalam aspek kesehatan, JNE sebagai perusahaan ekspedisi pun menghadirkan berbagai program untuk memudahkan masyarakat. Penggunaan media daring yang masif saat itu menjadikan inovasi bagi JNE untuk memberikan pelayanan dalam bentuk daring pula. JNE sendiri memiliki produk dan layanan secara garis besar terbagi dalam empat divisi, yakni JNE Express, JNE Logistic, JNE Freight, dan JNE International.


Ilustrasi JNE pasca pandemi. Foto : Hasil desain canva.com. Footer : freepik.com

Dengan berbagai layanan logistik dan ekspedisi sekaligus didukung dengan adanya sistem digital handal ini, menjadikan masyarakat sangat terbantu untuk berkirim barang antar daerah di Indonesia. Prestasi JNE dalam aspek pelayanan digital ini dibuktikan dengan diraihnya penghargaan Inovasi Digital dari Indonesia Digital Ecosystem Summit (IDES) 2023.[7]

Dedikasi Dalam Aspek Sosial dan Kemanusiaan

Selain menjadi tulang punggung dalam rantai pasokan barang dan layanan, JNE juga turut serta dalam mendukung kegiatan sosial dan kemanusiaan. JNE seringkali menjadi mitra dalam pengiriman barang amal, bantuan kemanusiaan, dan dukungan logistik untuk kegiatan-kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, JNE tidak hanya menjadi agen perubahan dalam dunia bisnis tetapi juga dalam memperjuangkan kebaikan sosial dan kemanusiaan.

Salah satu contoh peran JNE dalam aksi kemanusiaan adalah penyaluran bantuan untuk korban Bencana di Sumatera Barat pada 28 Mei 2024 lalu. Dilansir dari sumbarsatu.com, JNE menyalurkan bantuan untuk korban banjir lahar dingin dan longsor di Batungsangkar, Sumbar.[8] Selain kepeduliannya di dalam negeri, JNE juga turut berpartisipasi dalam memberikan bantuan kemanusiaan di taraf Internasional. 

JNE menyalurkan bantuan kepada rakyat Palestina. Sebagaimana kita ketahui bersama, Palestina saat ini sedang menghadapi penderitaan yang sangat besar. Kekejaman Zionis membuat pilu kita semua selaku ummat manusia di dunia, terutama terhadap perempuan dan anak-anak. Ini bisa dikatakan sebagai kejahatan perang terburuk dalam sejarah.[8] Menurut laporan Antara News, jumlah korban sudah mencapai 33ribu jiwa lebih per April 2024, termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak.[9]




JNE menerima penghargaan Kolaborasi Palestina dan Tokoh Pemberdayaan, yang diberikan kepada 
Mohamad Feriadi Soeprapto selaku Presiden Direktur JNE Express, Kamis (1/2/2024). Foto: IST.

Terlepas dari perbedaan agama, donasi kemanusiaan ini diharapkan dapat meringankan beban saudara-saudara kita di Palestina. Dilansir dari situs resmi Baznas (Bazis) DKI Jakarta, JNE telah memberikan donasi sebesar Rp673,78 juta.[10] Dana tersebut dikumpulkan dari seluruh karyawan JNE di seluruh Indonesia melalui Baznas (Bazis) DKI Jakarta. Dikutip dari Situs Website Radar Bali, JNE pun menerima penghargaan Sebagai Tokoh Pemberdayaan dan Kolaborasi Palestina di Ajang Public Expose Rumah Zakat 2024.[11] 

Motivasi dan Inovasi Tanpa Batas dari JNE Untuk Generasi Emas

Inovasi yang dicontohkan dari perjalanan panjang JNE ini bukan sekadar tentang pengiriman paket, tetapi juga tentang mewujudkan impian dan memotivasi generasi emas bangsa mendatang. Dalam era di mana perubahan menjadi konstan, semangat inovatif JNE adalah pendorong utama di balik kemajuan bangsa. Dengan teknologi canggih dan komitmen terhadap pelayanan terbaik, JNE telah memperluas horison logistik di Indonesia saat ini.

Lebih dari sekadar perusahaan, JNE bisa diibaratkan pahlawan bagi para pebisnis muda dan pelaku industri kreatif. Mereka tidak hanya mengirimkan paket, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa tak ada batas untuk apa yang dapat dicapai”. Inspirasi ini membangkitkan semangat kewirausahaan dan kemajuan dalam masyarakat, membangun fondasi bagi generasi emas bangsa untuk mengukir sejarah baru.

Kita semua, sebagai anak bangsa diharapkan untuk dapat melanjutkan semangat inovasi tanpa batas ini. Jangan sampai kita hanya menjadi saksi, tetapi juga agen perubahan yang berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih cerah. Bersama-sama, mari kita terus menginspirasi dan memotivasi satu sama lain untuk mengejar impian, mengatasi batasan, dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Terakhir, ucapan terimakasih, atas kesempatan yang diberikan untuk ‘berbagi’ melalui tulisan ini. Mari bangkit dan terus bekerja keras dengan semangat 33 Tahun JNE, Gasss Terus Semangat Kreativitasnya! 


#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

 

*) Penulis saat ini berprofesi sebagai Tenaga Harian Lepas (THL) pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lingga. Pernah berkecimpung dalam dunia tulis-menulis saat masih duduk di bangku sekolah-kuliah-pasca kuliah juga di berbagai kesempatan dan media. Serta sedang terus berupaya menjadi seorang ayah dan suami yang baik dari anak-istri tercinta.



[1] https://www.jne.co.id/profil-perusahaan#:~:text=Berdiri%20pada%20tanggal%2026%20November,dari%20luar%20negeri%20ke%20Indonesia.

[2]  https://pressrelease.kontan.co.id/news/jne-raih-penghargaan-the-iconomics-indonesia-best-50-csr-awards-2024-courier-service#:~:text=JNE%20meraih%20penghargaan%20sebagai%20Indonesia,Category%202024%20dari%20The%20Iconomics.

[3] https://pressrelease.kontan.co.id/news/jne-raih-penghargaan-the-iconomics-indonesia-best-50-csr-awards-2024-courier-service

[4] https://id.wikipedia.org/wiki/JNE

[5] https://metrosemarang.com/2023/01/29/jne-jadi-mitra-pengiriman-perangkat-program-fasilitas-penunjang-riset-kemendiktiristek/

[6] https://kumparan.com/mastop-giripurno/bangkit-bersama-jne-di-era-pasca-pandemi-covid-19-20P6VmwQ6EC/full

[7] https://ekbis.harianjogja.com/read/2023/11/15/502/1155109/jne-raih-penghargaan-inovasi-digital-dari-indonesia-digital-ecosystem-summit-2023

[8] https://sumbarsatu.com/berita/31301-jne-peduli-bencana-sumbar-salurkan-bantuan

 [9] https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/12/22/sulit-sekali-menghitung-korban-perang-gaza-yang-lebih-buruk-dari-perang-dunia-ii

[10] https://www.antaranews.com/berita/4045821/jumlah-warga-palestina-yang-tewas-di-gaza-tembus-33000-orang

[11] https://m.beritajakarta.id/read/134109/baznas-bazis-dki-terima-donasi-pt-jne-untuk-palestina

[12] https://radarbali.jawapos.com/ekonomi/704153241/jne-terima-penghargaan-sebagai-tokoh-pemberdayaan-dan-kolaborasi-palestina-di-ajang-public-expose-rumah-zakat-2024





Senin, 20 Maret 2023

Refleksi dan Instropeksi Akhir Tahun (Sebuah Kilas Balik Momen di Tahun 2022)

 


Setiap detik, bahkan setiap waktu, dari dulu hingga kini, tentu bumi masih terus berputar. Buktinya dapat kita lihat dengan mata kepala kita sendiri. 

Matahari masih terbit dari Timur dan begitu pula tenggelamnya, masih sama, di bagian Barat sana. Langit  menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan berbagai macam tanaman. Meskipun berbagai sikap manusia berbeda-beda dalam menyikapinya. 

Tuhan sang pemilik alam masih memberikan sepercik kasih sayangnya kepada kita. Sepercik kasih sayang yang bagi kita tiada terhingga nilainya. Terutama nikmat kesehatan dalam menjalani kehidupan.

Tulisan ini ditulis dengan jemari yang sedikit kaku karena sudah begitu lama tak pernah menari di atas keyboard. Otak yang masih beku untuk diajak menata kata. 

Serta mata yang semakin sayu dimakan waktu. Waktu yang kian malam kian syahdu. Meski hati ini sendu, semoga tetap tegar tak lekang oleh waktu.

Kawan, entah apa maksud dan tujuanku menulis ini. Namun sudilah kiranya kawan membaca sejenak celotehan jemari yang menurutku kaku dan beku tadi. Semoga kawan-kawan pembaca tak marah padaku. Hehehe.

Kawan, deretan kata dan kalimat ini aku tulis di penghujung bulan tahun ini. Ya, bulan Desember. Di akhir tahun ini, aku hanya ingin menulis. 

Entah apa yang ada di dalam tulisan ini. Harapanku, semoga bermanfaat. Itu saja. Andaikan tidak penting, diabaikan juga tidak apa.

Kawan, di akhir tahun ini sudahkah kawan-kawan semua menyadari dan instropeksi diri? Atau dalam bahasa Syar’i-nya ‘Muhasabah.’ Jika sudah, alhamdulillah. 

Bagi yang belum, marilah segera bersama-sama kita instropeksi atau bermuhasabah diri. Akupun demikian. Melalui tulisan ini, aku sedang menyuguhkan kata-kata dan kalimat yang sesungguhnya adalah inntropeksi bagi diriku sendiri.

Kawan, di setiap penghujung biasanya kita akan melihat sebentar perjalanan yang sudah kita lalui di belakang. Perjalanan panjang selama setahun penuh dari Januari hingga bulan ini, Desember. 

Tentu kawan semua tidak mudah melewatinya. Penuh perjuangan dan air mata, mungkin. Kaki yang sudah semakin lelah karena harus berjalan. 

Tubuh yang mungkin juga hampir menyerah karena dihantam badai hidup. Hati yang hampir patah karena keadaan yang kian lama kian tak menentu. 

Tapi, semua itu akan kita istirahatkan sebentar. Untuk mengawali tahun depan yang juga tidak mudah.

Kawan, mari kita bersama-sama bersyukur kepada Sang Pencipta. Sang Pemilik alam semesta dan juga diri ini sepenuhnya. 

Karena hanya atas ridhoNya semua akan berjalan dengan baik dan tanpaNya kita hanyalah butiran debu tiada berdaya. Syukur berarti tidak mengeluh terhadap segala ketentuanNya. 

Meskipun tingkatan syukur setiap hamba berbeda-beda. Syukur paling tinggi adalah ketika mendapat musibah namun justru bersyukur. Yang biasanya jika mendapat musibah standarnya adalah bersabar. 

Beruntunglah bagik sudah mampu bersyukur meski diberikan cobaan atau musibah.

Kawan, di penghujung akhir tahun ini tentu banyak juga peristiwa dan kejadian yang dilalui. Mulai dari peristiwa kecil, sedang hingga luar biasa. 

Dari kejadian-kejadian yang menimpa diri sendiri, keluarga, tetangga, teman hingga negara bahkan di seluruh pelosok dan penjuru dunia dapat kita saksikan. Tentu dengan kemajuan internet saat ini.

Kawan, bagiku tahun ini ada beberapa peristiwa yang mungkin bisa menjadi kenangan. Mulai dari wisuda kuliah jenjang magister hingga aku boyong dari pesantren. Tentu semua itu adalah peristiwa penting bagi sebagian orang, termasuk bagiku.

Wisuda Program Magister 

Tahun ini, tepatnya pada 15 Juni lalu aku melaksanakan wisuda atau perayaan kelulusan perkuliahan. Selama kurang lebih dua tahun aku kuliah, yang tentunya banya dengan sistem daring (dalam jaringan), alhamdulillah akhirnya dapat terselesaikan juga. 

Meski dilalui dengan banyaknya kendala. Terutama soal kendala teknis saat perkuliahan, belum lagi kendala dana yang masih saja belum bisa full membayar mandiri karena masih menjadi beban orang tua. 

Terlebih pada masa pandemi, semua orang merasakan kesulitan. Apapun profesi dan bidang pekerjaannya.

Kuliah di jenjang ini sebenarnya sudah tertunda dua tahun semenjak kelulusan Strata 1. Karena saat itu aku mencari beasiswa kesana kemari yang alhamdulillah belum diberi rezeki melalui jalur tersebut. 

Barulah setelah diskusi dengan orang tua, jalur beasiswa orang tua akhirnya diterima. Meski dengan jalan hutang. Aku pun bertekad menyelesaikan tepat waktu dan berjanji mengembalikan biaya itu. 

Meskipun sedikitpun dari orang tua tak pernah membahasnya. Mungkin dari hati nuraniku yang akan bertekad sedikit meringankan beban keluarga. Terlebih aku adalah anak tertua dari empat bersaudara.

Meski pernah mengalami perkuliahan daring dan saat itu di desa, yang otomatis kendala teknis seperti internet yang sulit menjadi persoalan, akhirnya semua dapat dilalui dengan baik. Alhamdulillah.

Saat wisuda kemarin, kedua orang tuaku tak hadir. Tak mengapa. Karena kehadiran mereka justru akan menambah beban biaya lagi. Toh, yang penting kabar bahagia sudah tersampaikan. 

Beliau berdua juga sudah hadir saat wisuda S1 dulu. Dalam wisuda-ku kemarin yang hadir mewakili undangan sebagai wali adalah adikku yang di Jogja.

Selain itu, teman-teman pesantren di Jogja juga hadir dan memberikan ucapan selamat. Aku haturkan banyak terima kasih juga kepada mereka. 

Karena atas dukungan dan semangat dari mereka juga akhirnya aku dapat menyelesaikan perkuliahan dengan tepat waktu, meskipun tidak dengan predikat Cumlaude (pujian). Hehehe.

Sekali lagi, aku bersyukur sudah sampai hingga posisi saat ini dengan baik. PRnya, tentu masih banyak. 

Yang harus dilakukan tentu semakin besar dan tentunya tanggung jawab di pundak juga semakin berat. Status yang disandang di mata masyarakat dan negara sudah lumayan. 

Doanya, semoga badan ini selalu sehat dan hati yang selalu kuat. Aamiin.

Boyong dari Pesantren dan Kota Istimewa

Ya, selain wisuda, peristiwa tahun ini yang tak kalah istimewa dan terkenang adalah boyong dari pesantren. Boyong, istilah lainnya adalah pergi atau meninggalkan atau pindah. Ya, boyong. Aku boyong dari pesantren untuk kembali ke kampung halaman. 

Kurang lebih dua belas tahun di pesantren dan kota istimewa, Jogja, rasanya sungguh berat untuk meninggalkan kenangan dan pengalaman tersebut.

Tapi mau bagaimana lagi, semua itu adalah pilihan. Pilihan untuk belajar dan mencari pengalaman di kota istimewa. 

Pilihan untuk jauh dari sanak saudara dan orang tua. Ataupun pilihan untuk mengambil resiko apapun. Karena sejatinya hidup adalah pilihan. 

Termasuk pilihan untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya. Seseorang yang membuatku menentukan pilihan akan menghabiskan hidup di mana.

Ya, aku akhirnya menentukan untuk hidup di luar Jawa. Tepatnya di Sumatera. Tanah kelahiranku. Bahkan akhirnya aku menikah dengan orang Sumatera juga. 

Meskipun kenalnya di Kota Istimewa. Semoga pilihan-pilihan yang disuguhkan Tuhan itu membuatku juga mantap untuk melaluinya. Tentunya tetap dengan berusaha dan berdo’a.

Tulisan ini aku selesaikan di tahun 2023, tepatnya di bulan Maret menjelang Puasa Ramadhan. Maklum, kemarin-kemarin sedang sibuk ‘menata ulang’ kehidupan baru bersama istri. Hehehe.

Kini, diriku telah berada di suatu tempat yang jauh dari kampung halaman. Merantau mungkin jalan ninjaku. Atau itu adalah takdirku? Hehehe. Diriku kini sedang di Tanah Melayu. Tepatnya di Daik, Kabupeten Lingga, Propinsi Kepri.

Semoga di manapun diriku hidup dan berada senantiasa diberi pertolongan serta petunjuk oleh Sang Maha Kuasa. Karena di manapun, sejatinya adalah buminya Allah Swt. 

Sekian. Terima kasih.

Kamis, 16 Maret 2023

Menyusuri Jejak Penguasa Kesultanan Melayu Lingga





Saat ini, diriku telah menginjakkan kaki di Bunda Tanah Melayu. Ya, Bunda Tanah Melayu. Sebutan lain dari Kabupaten Lingga. Tepatnya aku sekarang tinggal di Kelurahan Daik, Lingga, Kepulauan Riau. 

Aku mungkin ditakdirkan untuk menengok kembali sejarah dan jejak para penyebar Agama Islam di Tanah Melayu saat ini. Jejak-jejak dan sejarah perjuangan para pendiri kesultanan serta penegak kebenaran agama Allah yang berada di tanah Melayu. Sebuah pulau di Sumatera. 

Aku tak sendirian. Aku bersama istri menuju peristirahatan terakhir seorang sultan dan ulama penyebar Agama Allah itu. Sebuah makam yang terletak di belakang Masjid Sultan Daik Lingga. 

Tepat setelah menunaikan Shalat Ashar, disertai rintik hujan sore, kamipun berjalan menuju makam. Suasana sedikit mendung dan rintik air hujan menemani perjalanan kami saat itu. Tak apa, suasana yang akan menambah syahdu perjalanan religi kali ini.

Kurang lebih seminggu lalu, kami telah melangsungkan pernikahan. Hingga kami memutuskan untuk tinggal di sini, Bunda Tanah Melayu Lingga ini. Semoga kami -terutama diriku- betah tinggal di sini. Cerita perjalanan kisah kami sungguh panjang. Tak akan cukup dituliskan di sini. 

Pada intinya, kami telah sampai di gerbang pernikahan. Sebuah gerbang menuju kehidupan baru, menjalankan syariat Allah Swt. Kami berdua akhirnya sampai di depan pintu pemakaman. 

Pemakaman di Kompleks Masjid Sultan tersebut merupakan kompleks pemakaman khusus keluarga kesultanan. Terlihat banyak makam tua di sana. Jika dilihat dari batu nisan yang terkesan tua dan kusam serta terbuat dari batu, dapat dipastikan makam itu sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun lalu. 
 
Kamipun sampai di Makam pertama. Makam Sultan Mahmud Riayat Syah III. Beliau merupakan Sultan atau Raja di Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang. Menurut para ahli sejarah, beliau ini memimpin tanah Melayu dari Tahun 1761 hingga 1812 M. 

Banyak kisah perjuangan dan teladan yang dapat diambil dari sosok Sultan Mahmud Riayat Syah III ini. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang sangat disegani rakyatnya. Selain karena wibawanya sebagai keturunan kerajaan, beliau juga gigih membela rakyat dan negara dari segala bentuk penjajahan. 

Beliau tak pernah rela jika bangsanya ditindas oleh negara lain, termasuk Belanda dan Inggris pada waktu itu. Beliau juga merupakan panglima perang yang piawai dalam mengatur strategi untuk mengusir penjajah. 

Dengan kegigihan beliau bersama rakyat, akhirnya Belanda dan Inggris pun dibuat kalang kabut. Hal ini dibuktikan dengan adanya Perang Riau yang terjadi pada 1782 - 1784 (Dalam Buku Sejarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah). Bahkan, Belanda pernah dipermalui pada tahun 1787 di Tanjungpinang. 

Musuh-musuh bahkan terpaksa melarikan diri dengan pakaian sehelai pinggang, termasuk pimpinannya Residen Belanda di Tanjungpinang -David Ruhde- yang dengan wajah tertunduk harus pulang ke markas nya di Malaka kala itu. 

"Silalah berbisnis secara beradab dengan semangat saling menjunjung martabat, tetapi begitu kalian berubah menjadi biadab dengan menganggap kami bangsa yang lemah; langkah dulu mayat beta!" begitu kurang lebih perkataan Sultan Mahmud. 

Sungguh sikap patriotisme seorang penguasa yang berwibawa. Sultan Mahmud juga terkenal dengan kepiawaian dalam mengatur pemerintahan. 

Penerapan sistem otonomi daerah menjadikan wilayah-wilayah taklukan kerajaan memiliki wewenang untuk mengatur dengan kreatif dan kerja keras. Sehingga wilayah-wilayah taklukkannya dapat hidup lebih makmur dan damai. 

Sungguh, teladan yang sangat luar biasa dari sosok Sultan Mahmud. Sultan berwibawa nan baik kala memerintah Kesultanan Tanah Melayu kala itu.





Selesai menziarahi Makam Sultan Mahmud, kamipun meneruskan perjalanan menuju Makam kedua, Makam Merah. Makam Merah merupakan sebutan lain dari makam Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi. 

Beliau adalah raja terakhir dari Kerajaan Melayu Riau-Lingga. Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi ini memimpin dari tahun 1858 hingga 1899. Empat puluh tahun lebih beliau memerintah Kerajaan Melayu Riau-Lingga. Makam Merah ini terletak di Daik, Kecamatan Lingga, Kepri. 

Tepatnya di sebelah barat Museum Linggam Cahaya yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga. Dinamakan Makam Merah karena warna dominan di kawasan makam tersebut berwarna merah. Pagar dan pintu area makam bercat merah hingga keramiknya.

Menariknya juga, dari kompleks pemakaman bisa disaksikan dengan jelas kemegahan Gunung Daik di sebelah Timur. Selain makam Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi, terdapat juga makam yang mengurus rumah tangga istana. 

Beliau dikenal dengan nama Encik Ismail. Hal itu dibenarkan oleh penjaga makam di sana. Selain makam kedua tokoh hebat tersebut, tentunya masih banyak makam dan jejak-jejak peninggalan di Tanah Melayu ini. 

Semoga kita dapat melanjutkan perjalanan religi itu lagi di kemudian hari. Demikian sekilas cerita singkat perjalanan kami menyusuri secuil jejak-jejak para penerus Agama Allah di Bumi Melayu ini. Semoga kita dapat mengambil teladan dan hikmah serta meneruskan perjuangan beliau-beliau. Aamiin.

Postingan Populer

Instagram Twitter  Google+ Yahoo
 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT