Ketika memasuki malam tahun
baru Masehi, letusan suara kembang api biasanya terdengar di berbagai daerah,
terutama di daerah perkotaan seperti Jogja. Baik masyarakat lokal maupun
pendatang merayakannya dengan suka cita serta meramaikan suasana semeriah mungkin.
Berbagai jenis perayaan pun diadakan di banyak tempat. Berbagai objek wisata
pun dipadati oleh pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.
Pemaknaan yang
berbeda-beda
Di dalam memaknai datangnya awal tahun baru, khususnya tahun baru masehi
tentulah semua orang memiliki pandangan berbeda-beda. Para pelajar kebanyakan
menjadikannya sebagai ajang hiburan ataupun liburan dari penatnya pikiran di
sekolah atau kuliah mereka. Dari segi sosial menjadikannya sebagai kesempatan untuk berkumpul
dengan teman-teman se-kampus ataupun komunitas dan nongkrong bareng. Berbeda
lagi jika dilihat dari sisi ekonomi, para pedagang menjadikannya sebagai
peluang bisnis mereka dengan menjajakan dagangannya kepada para pengunjung di
berbagai tempat wisata. Ini positifnya. Beberapa hal negatifnya -kurang baik-
dari momen tahun baru ini, semisal karena banyaknya pengunjung di tempat-tempat
publik menjadikan tempat publik tersebut penuh dengan sampah sisa perayaan
tahun baru. Selain itu pula kegaduhan yag ditimbulkan pun menyebabkan warga
sekitar menjadi terganggu. Hal itu dikarenakan dirayakan pada saat jam
istirahat warga, khususnya warga Jogja sendiri.
Sejarah Penetapan
Awal Hijriyah
Sedikit berbeda dari Tahun Baru Masehi. Tahun baru Baru Hijriyah cenderung
lebih dimaknai sebagai momen perenungan diri atau muhasabah. Momen untuk
melihat apa yang sudah dilakukan selama setahun lalu. Pada momen tahun baru Hijriyah,
yang merupakan tahun baru Islam, tahun baru yang sangat bersejarah bagi umat
Islam di seluruh penjuru dunia. Di mana tahun baru Islam ini bermula atau
diawali dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw. beserta sebagian umat
Islam untuk berpindah dari kota makkah yang pada saat itu kurang aman untuk
dijadikan tempat berdakwah dan beliau mendapat banyak gangguan dan tekanan dari
pihak kafir Quraisy menuju Kota Madinah, kota yang memang diperintahkan oleh
Allah untuk dijadikan tempat hijrah beliau beserta umat Islam ketika itu, serta
dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam.
Penetapan awal penanggalan Islam atau hijriyah ini ditetapkan pada masa
kekhalifan Umar bin Khattab r.a. dihitung dari awal Nabi Muhammad Saw hijrah ke
Madinah atas usulan dari Sayyidina Ali r.a setelah diadakannya musyawarah oleh
beberapa sahabat pada waktu itu. Penetapan awal hijriyah ini terjadi pada tahun
638 M (17 tahun setelah beliau hijrah dan wafat pada tahun 622 M atau tahun
ke-4 setelah kekhalifan Sayyidina Umar bin Khattab).
Makna Hijrah Sekarang
Jika pada waktu itu Nabi
Muhammad beserta pengikutnya hijrah dari Makkah menuju Madinah untuk
menghindari tekanan dan ancaman dari pihak kaum kafir Quraisy, kita yang hidup
pada zaman sekarang pun dapat melakukan hijrah. Hijrah sejatinya adalah
meninggalkan sesuatu dari yang kurang baik menuju yang lebih baik dari
sebelumnya, dari yang kurang semangat dalam belajar dan bekerja menuju pada lebih semangat lagi dalam bekerja
keras mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kita, dari bangsa yang berpikiran
masih terbelakang menuju menjadi bangsa yang berpikiran maju jauh ke depan
serta menjadikannya sebagai momen perenungan diri dan permulaan untuk memulai
hari lebih baik lagi. Baik dalam belajar maupun dalam ibadah. Dengan masuknya
awal tahun hijriyah ini, jadikan hijrah lebih bergairah !
Oleh : Charismanto
*Santri
Ponpes Al Luqmaniyyah
Penulis amatir yang
kurang tekun menulis