BREAKING

Minggu, 06 Agustus 2017

Abah Najib dan Prinsip Rela Berkorban Demi Orang Lain


 Abah Najib Salimi. Begitulah para santri meneyebutnya. Siapa santri Ponpes Al Luqmaniyyah yang tak mengenal beliau. Meskipun telah tiada, namun nama dan jasanya tentu akan abadi selamanya. Akhlak mulia beliau sungguh sangat patut, bahkan harus dijadikan suri tauladan bagi santri eLQi dan bagi siapapun di dunia ini. Akan begitu banyak kisah menarik dan penuh nilai-nilai kemuliaan pada diri beliau jika semua orang yang pernah hidup bersama beliau berkesempatan menceritakannya semua. Meski hanya bertemu sekejap atau bahkan hanya sekedar bertatap muka sejenak.

Selasa, 25 Juli 2017

Kau Puisi


(Oleh : Sang_jejak)

Kau, begitu dalam
Tak pernah sampai aku menyelam
Selaksa kedalaman makna sebuah puisi
Yang tak pernah mampu kuresapi
Kau adalah sastra
Sulit diurai dan dicerna secara bahasa
Namun bagiku selalu saja berarti
Sambil terus menari dalam naluri
Kau itu bagai rima
Selalu memberi keindahan dalam bait-bait kehidupan
Dalam kehadiran maupun ketiadaan
Meski harus kurekam dalam keimajinasian
Kau itu puisi
Mampu menampung rasa kesunyian
Dalam bait-bait dan sajak yang penuh arti kerinduan
Yang mungkin tak pernah bisa kau sebut indah dalam setiap tidurmu
Mungkin terlalu dalam untuk ku bisa menyelam
Di dasar palung samudera harapan
Kau tenggelamkan aku dalam kedalaman
Karena kau, PUISI



Hotel Bintang Fajar, 13 Juli 2017
Charismanto (13210095)

Visit my blog : www.jejakauthor.blogspot.co.id

Kamis, 13 Juli 2017

Bina Karya “Darussalam”


Sumber Foto : Google

Semilir angin sore menyambutku memasuki sebuah gerbang desa bertuliskan “Bina Karya Darussalam”. Ya, itu adalah gerbang desaku. Semoga apa yang dituliskan di gerbang itu menjadi do’a bagi seluruh penduduknya. Benar-benar menjadi “Desa Keselamatan” yang menyelamatkan semua masyarakatnya dari segala hal yang buruk, terlebih itu keselamatan dunia akhirat. Amiin...

Desaku merupakan sebuah desa dengan penduduk mayoritas masyarakat transmigrasi dari Pulau Jawa. Perkembangan Islamnya memang belumlah seperti daerah-daerah di seberang sana. Masih banyak orang awam yang belum mengerti betul tentang Islam, orang-orang jahat dan kurang beres otaknya pun masih saja ada, ditambah lagi dengan jalan dan segala fasilitas yang minim. Namun aku yakin suatu saat Islam akan tumbuh subur di sini, orang-orang baik pun akan semakin banyak, dan jalan-jalan serta semua kebutuhan pokok aman terkendali. Hehehe.

Memang masih menjadi pe-er bersama supaya desaku benar-benar menjadi desa “Darussalam”. Terlebih aku dan teman-teman yang saat ini jauh dari kampung halaman, merantau ke negeri seberang yang mesti setahun sekali pulang. Itu pun hanya pada saat lebaran. Yah, semoga saja selalu diberi kelancaran apa yang dicita-citakan dan diharapkan. Menjadi manusia berguna bagi peradaban. Ah, sungguh meyakinkan memang.  

Oke, aku bermaksud untuk sedikit bercerita selama aku pulang saat lebaran. Hehehe... boleh kan? Aku terakhir pulang dua tahun lalu saat lebaran Idul Fitri, melihat kondisi kondisi kampung halaman serta handai taulan. Kini, aku telah berada di rumah lagi. Menikmati liburan sambil makan jajan lebaran. Hehehe...

Inilah kisahnya....
Di sini berbeda dengan di Jogja tempatku selama ini berada. Di Jogja apapun ada, sedangkan di sini harus usaha. Tapi memang begitulah adanya. Namun aku kan selalu merindu tatkala sudah di Jogja sana.

Di sini juga berbeda dengan di Jogja. Tak ada supermarket ataupun minimarket di pinggir jalan seperti di sana. Terlebih bioskop yang selalu tersedia kapan saja. Tetapi orang-orang di sini selalu terlihat bahagia. Meskipun sepertinya juga merana. Hahaha..

Bedanya di sini dengan di Jogja, tak ada pasar yang setiap hari sayur mayur segar terjejer rapi. Harus menunggu Hari Kamis pagi jika di desaku atau Hari Minggu di desa tetangga. Dengan jalan berlubang mengangga dan siap menjatuhkan siapa saja. Namun aku selalu berdoa semoga kebutuhan pokok selalu tecukupi dan tersedia.

Lagi, beda di sini dengan Jogja yaitu tentang pembangunan. Jika di Jogja pembangunan sudah biasa dan sangat mudah terlaksana. Di sini, mungkin harus menunggu dan bersabar dengan disertai kesungguhan berusaha. Janji-janji pemerintah saat kampanye sudah sangat biasa. Sedikit membuat kecewa siapa saja. Ah, mungkin saja.

Lagi-lagi ini yang berbeda. Di Jogja bisa makan bakso dan mi ayam ataupun sate kapan saja. Meski syaratnya ada uang. Hehhee. Jika di sini meski ada uang, tak mesti setiap hari ada harapan menikmati kuliner khas Indonesia. Harus menunggu saat gajian ataupun pergi ke desa tetangga. Hahaha..  itu sudah biasa. Tak usah terlalu dirasa.

Mengeluh itu kurang bijaksana. Berusaha dan selalu berdoa adalah jalannya. Kerja keras serta iringan do’a adalah segalanya. Mari berdoa, semoga Bina Karya senantiasa dalam lindunganNya. Cita-cita menjadi Darussalam tercapai tercapai dan terlaksana. Tentu dengan tekad yang kuat untuk berubah, menuju jalan yang diridhoiNya. Menaklukkan rintangan jalan berlobang serta semua yang buas memangsa siapa saja.

Terima kasih atas perhatiannya.
 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT