BREAKING

Minggu, 06 Agustus 2017

Abah Najib dan Prinsip Rela Berkorban Demi Orang Lain


 Abah Najib Salimi. Begitulah para santri meneyebutnya. Siapa santri Ponpes Al Luqmaniyyah yang tak mengenal beliau. Meskipun telah tiada, namun nama dan jasanya tentu akan abadi selamanya. Akhlak mulia beliau sungguh sangat patut, bahkan harus dijadikan suri tauladan bagi santri eLQi dan bagi siapapun di dunia ini. Akan begitu banyak kisah menarik dan penuh nilai-nilai kemuliaan pada diri beliau jika semua orang yang pernah hidup bersama beliau berkesempatan menceritakannya semua. Meski hanya bertemu sekejap atau bahkan hanya sekedar bertatap muka sejenak.

Ketika membaca biografi tentang beliau, aku merasakan betapa sungguh mulianya akhlak beliau. Hati serasa bergetar dan dada terkadang serasa sesak ketika membaca kisah mengenai kesederhanaan dan kesabaran beliau dalam mendidik para santri serta jama’ahnya, bahkan orang yang sama sekali belum beliau kenal sekalipun. Baik itu para santri di pesantren maupun jamaah beliau di luar pesantren. Meskipun aku tak diberi kesempatan oleh Allah bertemu beliau di dunia ini aku sangat percaya dan yakin bahwa beliau adalah kekasih Allah di bumi ini dan bahkan penduduk langit sekalipun pasti mencintainya. Ini bukan kekaguman yang membanding-bandingkan beliau dengan Kyai lainnya ataupun Nabi sekalipun. Tapi memang begitulah adanya.

Tentu banyak kisah antara beliau dengan para santri maupun para jamaah yang belum sempat tertuang dalam buku biografi tentang beliau tersebut. Aku bahkan sangat yakin, jika masih banyak cerita di luar logika yang belum diceritakan oleh orang-orang di luar sana. Seperti halnya cerita dari salah satu orang yang menganggap Abah adalah sahabat paling dekat baginya dalam acara pengajian rutin Malam Selasa Pon di pondok beberapa hari yang lalu. Beginilah kurang lebih ceritanya.

***

Kyai Mujazi, begitulah nama beliau dipanggil. Dengan mata berkaca-kaca beliau memulai ceritanya. Malam itu beliau menceritakan pengalamannya saat awal pertemuan hingga akhirnya menjalin persahabatan dengan Abah Najib. Salah satu akhlak yang beliau kagumi dari sosok Abah Najib adalah kesederhanaan dan prinsip beliau dalam memperlakukan orang lain.

Saat itu, beliau bertemu Abah di pondok pesantren. Tanpa saling mengenal sebelumnya, Abah langsung menanyainya, “Mau kemana Kang?.” Kemudian dijawablah oleh beliau, “Mau mencari kos untuk usaha, Kyai.” Tanpa banyak basa-basi, Abah yang saat itu namanya sudah terkenal di mana-mana, sudah ngemong para santri dengan mobil Mercy Coklatnya yang bisa dikatakan sangatlah mewah untuk ukuran saat itu, serta merta menyuruh orang yang sama sekali belum dikenalnya itu untuk naik ke atas mobilnya.

Kembali Kyai Mujazi bercerita, “Kalau tanpa sterilisasi jiwa yang mapan, tidak mungkin!,” beliau dengan tegas mengatakannya dengan mimik wajah seakan penuh kerinduan kepada Abah malam itu. Beliau mengibaratkan bahwa dirinya adalah seorang gembel, gelandangan, yang pantas dilempar sandal kemudian tiba-tiba disuruh naik Mobil Mewah, Mercy. Yang beliau herankan saat itu adalah seorang kyai yang namanya sudah terkenal di mana-mana dengan banyaknya santri yang beliau asuh, masih saja peduli dengan kehidupan orang lain yang bahkan sama sekali belum pernah bertemu sebelumnya. “Kyai Najib itu tidak pandang bulu dalam menolong sesama,” imbuhnya sembari mengenang kembali kisahnya.

Ia melanjutkan ceritanya, “Seseorang yang memiliki keilmuan tinggi tanpa aplikasi ke dalam kehidupan itu sama saja nol!,” kembali beliau berkata dengan penuh kemantapan. Beliau kemudian menukil sebuah pepatah dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, خير من تصحب من يصحبك لا لاجل امر منك اليه (Khoiru man tashab man yashabuka la li ajli amrin minka ilaihi) “Sebaik-baik orang yang kau jadikan sahabat adalah ia yang rela berteman denganmu meski ia tidak mendapatkan sesuatu darimu.” Begitulah kira-kira terjemahannya. Inilah yang menjadi alasan Abah Najib bisa bergaul dengan semua orang dan kalangan. Kata-kata inilah yang sangat melekat pada diri Kyai Mujazi, terkait dengan kebersamaan dan persahabatannya bersama Abah Najib saat itu.

Selain kisah tersebut, ada satu kisah lagi yang menarik untuk direnungi. Mengenai kesabaran dan keikhlasan Abah Najib. Saat itu saat beliau (Kyai Mujazi) di sebuah rumah makan bersama Abah Najib. Saat itu beliau telah mengetahui bahwa Abah Najib akan ditipu orang, namun apa yang Abah Najib katakan? “Lha sopo meneh sing arep nulungi nek udu aku (lalu siapa lagi yang mau menolong kalau bukan aku)??.”

Prinsip beliau untuk peduli terhadap orang lain benar-benar dipegang kuat. Saat menerima tamu di ndalem pun, Abah Najib tidak pernah izin dengan alasan untuk sholat. Namun dengan mengatakan izin sebentar untuk ke belakang. Ini bukan berarti bahwa beliau tidak sempurna dalam menjalankan syariat. Justru Abah sangat kuat dalam memegang syariat, namun tidak menampakkannya di depan orang lain. Tidak lain seluruh hidupnya didedikasikan hanya untuk santri dan ummat.

***

Mungkin masih banyak cerita tentang beliau yang belum sempat terpublikasikan dan diketahui oleh banyak orang, baik itu santri maupun para jamaah lainnya. Diharapkan akan terbit lagi buku biografi yang lebih tebal dengan kisah-kisah penuh inspirasi dan teladan dari cerita-cerita orang yang belum sempat dimuat dalam buku. Semoga sedikit tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang mau membacanya dan mencontoh akhlak mulia beliau. Semoga beliau ditempatkan di tempat terbaik di sisiNya. Amiin.


Sang_Jejak @pplqjogja

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT