Wahyu yang pertama kali diterima oleh baginda
Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah ayat yang awalnya berbunyi
Iqro! Yang artinya Bacalah. Ya, surat Al Alaq ayat satu sampai lima. Sebuah
fi’il amr dalam ilmu nahwu yang khitob (sasarannya) adalah untuk satu orang.
Ini berarti bahwa perintah tersebut untuk setiap orang. Meskipun saat itu
perintah hanya terkhusus untuk Nabi saja. Nah, kalau saat ini bisa kita jadikan
acuan dalam kehidupan kita. Selama itu positif, kenapa tidak?? Kan, tidak
apa-apa tho… hehe. Yang berarti setiap orang memiliki tanggungan untuk
melakukannya. Ini tafsiran yang mungkin bisa diambil sisi baiknya. Kalau tidak
ada silahkan abaikan saja.
Perintah pertama kali yang beliau terima dari
Allah adalah membaca. Bukan perintah untuk menulis, sholat, makan dan hal
lainnya. Mengapa demikian? Karena sejatinya manusia sebelum menulis atau
melakukan hal lainnya, haruslah membaca terlebih dahulu. Dalam artian ia
harus berpikir sebelum bertindak lebih jauh. Membaca situasi lingkungan
sekitarnya. Belajar terlebih dahulu sebelum mengamalkan. Berilmu terlebih
dahulu sebelum beribadah dan berdakwah. Mencerna ucapan orang lain sebelum
berkomentar. Bahkan sebelum berucap pun harus dipikir-pikir terlebih dahulu,
jangan sampai membuat orang lain merasa
tersinggung atau tersakiti. Itu sedikit analisis mengapa perintah membaca lebih
diutamakan dan didahulukan dibandingkan dengan perintah lainnya.
Banyak hikmah yang bisa kita petik dari
mengapa Allah menurunkan ayat pertama kali dalam Al Qur’an dengan kata Iqro’
ini. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi. Allah mengatur peredaran
alam semesta tentu tidaklah sembarangan. Semua sudah diukur dengan pertimbangan
yang tepat dan sangat diperhitungkan. Baik itu perhitungan matematis atau
filosofis. Manusia yang hidup di muka bumi dengan segala rutinitas
kesehariannya pun tak terlepas dari aturan dan ketetapan Allah ini. Tentu dalam
hal ini bukan berarti kita sebagai manusia hanya berleha-leha menunggu nasib
baik datang menghampiri. Duduk manis berpangku tangan sambil menyeruput kopi dan
menikmati indahnya pemandangan mentari di pagi hari.
Meski semua sudah ditetapkan dan diatur
olehNya, berusaha dan berdo’a jangan sampai kita lupakan. Karena sejatinya
Allah pun tidak akan merubah keadaan suatu kaum selama mereka tidak mau
berusaha untuk mengubahnya sendiri (dalam QS. Ar Ra’d ayat 11). Dengan kata lain
bahwa Allah tidak akan memberi bagi mereka yang tidak mau berusaha dan meminta
kepadaNya. Allah pun tidak menyukai manusia yang bermalas-malasan dan terus
mengeluh namun tak pernah mau berusaha bangkit dari keterpurukan.
Seperti halnya kehidupan seorang santri
yang juga menyandang status sebagai mahasiswa. Bagaikan seorang suami beristri
dua. Harus bisa adil dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran. Tuntutan di
perkuliahan yang harus terselesaikan dan cepat lulus kemudian wisuda sehingga
orang tua tersenyum bahagia. Di samping itu, seabrek kegiatan wajib di
pesantren yang juga memaksa untuk lebih ekstra dalam menahan kantuk dan lelah.
Ibarat dalam istilah kerja sebuah computer, multitasking. Bekerja dengan
pikiran dan tenaga bercabang ke mana-mana.
Memang itu semua berat, kawan. Tanggung jawab
moral sebagai penyandang status ganda. Santri dan mahasiswa. Semua ini adalah
sebuah tanggung jawab untuk diselesaikan dan dalam rangka memberikan yang
terbaik untuk kedua orang tua, masyarakat, bangsa, dan agama. Namun itu jangan
sampai menjadi beban yang terus dipikirkan. Lalu berpangku tangan dan tak
bergerak. Just do it ! hanya perlu action, bergerak dan lakukan yang
bisa dilakukan sekuat dan semampu kita.
Jangan mengeluh dan berkeluh kesah.
Tetaplah berjuang dan jangan lupa selipkan do’a di setiap sujudmu pada
sepertiga malam. Semoga yang maha segalanya mengabulkan semua mimpi-mimpi besar
dan mulia yang ada pada dirimu. Satu hal lagi motto yang harus diingat. "Ada
beribu alasan untuk kamu menyerah. Namun ada SATU alasan kuat yang mengalahkan
ribuan alasan tadi untuk kamu terus berjuang dan BANGKIT !!!". Apa
satu alasan itu? Hanya dirimu yang tahu. Silahkan pilih satu alasan terkuat
untuk bisa bangkit dan berlari kembali ketika dirimu tersungkur dalam keputus
asaan. (catatan sang_jejak).
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...