Di luar hujan semakin lebat, mengguyur segenap mahasiswa yang akan pulang ke kostnya masing-masing setelah seharian mereka berkelut dengan aktivitas kampusnya.
Namun masih ada yang enggan beranjak sedikitpun dari tempat duduknya, mereka sepertinya asyik berdiskusi membicarakan keadaan bangsa ini, sepertinya mereka para aktivis mahasiswa, ada pula yang bersenda gurau dengan teman- temannya.
Tepat jam tiga sore aku masih duduk termenung di dalam masjid kebanggan civitas akademika kampus ini, menunggu seorang kawan yang tak kunjung datang. Dia berjanji akan menjemputku pulang ke pondok, yang seharusnya sebelum masuk waktu ngaji, aku sudah berada di pondok. Lelah menunggu, akupun jenuh, dan tiba-tiba terbesit dalam benakku untuk menorehkan apa yang ada dalam pikiranku, yah .. menulis.
Ku berpikir sejenak mengenai apa yang akan aku tulis, kemudian mulai kuambil netbuk dari dalam tasku. Ku ketikkan satu persatu huruf di keyboard, ku imajinasikan segala apa yang ada dalam batok kepalaku ini. Sedikit demi sedikit tulisanku semakin berkembang dan mengalir begitu saja, menyatu dengan perasaanku.
Aku mencoba mempraktekkan ilmu dan teknik-teknik menulis yang selama ini kudapat dari berbagai seminar maupun kuliah di kelas, mengingat jurusanku berkaitan dengan dunia tulis menulis. Sehingga aku merasa memiliki tanggung jawab untuk itu. Sederhana saja, untuk bisa MENULIS. Setelah beberapa menit berlalu, aku pun berhenti mengetik. Hingga akhirnya tulisan pertamaku ini selesai, aku puas dengan apa yang telah aku lakukan.
Menulis hanyalah sebuah penuangan segala apa yang ada dalam benak kita, biarkan pikiran berintegrasi dengan tangan, menyatu dengan perasaan. Sudah kubuktikan bahwa menulis itu mudah, tinggal melanjutkan kebiasaan baik ini dan selalu mencoba untuk menulis lebih baik lagi seperti para novelis dan jurnalis kelas dunia. Seorang kawan pernah berkata kepadaku : "tulis saja, Jangan diam .. "
Namun masih ada yang enggan beranjak sedikitpun dari tempat duduknya, mereka sepertinya asyik berdiskusi membicarakan keadaan bangsa ini, sepertinya mereka para aktivis mahasiswa, ada pula yang bersenda gurau dengan teman- temannya.
Tepat jam tiga sore aku masih duduk termenung di dalam masjid kebanggan civitas akademika kampus ini, menunggu seorang kawan yang tak kunjung datang. Dia berjanji akan menjemputku pulang ke pondok, yang seharusnya sebelum masuk waktu ngaji, aku sudah berada di pondok. Lelah menunggu, akupun jenuh, dan tiba-tiba terbesit dalam benakku untuk menorehkan apa yang ada dalam pikiranku, yah .. menulis.
Ku berpikir sejenak mengenai apa yang akan aku tulis, kemudian mulai kuambil netbuk dari dalam tasku. Ku ketikkan satu persatu huruf di keyboard, ku imajinasikan segala apa yang ada dalam batok kepalaku ini. Sedikit demi sedikit tulisanku semakin berkembang dan mengalir begitu saja, menyatu dengan perasaanku.
Aku mencoba mempraktekkan ilmu dan teknik-teknik menulis yang selama ini kudapat dari berbagai seminar maupun kuliah di kelas, mengingat jurusanku berkaitan dengan dunia tulis menulis. Sehingga aku merasa memiliki tanggung jawab untuk itu. Sederhana saja, untuk bisa MENULIS. Setelah beberapa menit berlalu, aku pun berhenti mengetik. Hingga akhirnya tulisan pertamaku ini selesai, aku puas dengan apa yang telah aku lakukan.
Menulis hanyalah sebuah penuangan segala apa yang ada dalam benak kita, biarkan pikiran berintegrasi dengan tangan, menyatu dengan perasaan. Sudah kubuktikan bahwa menulis itu mudah, tinggal melanjutkan kebiasaan baik ini dan selalu mencoba untuk menulis lebih baik lagi seperti para novelis dan jurnalis kelas dunia. Seorang kawan pernah berkata kepadaku : "tulis saja, Jangan diam .. "