Rintik hujan menemani perjalanan kami menuju sebuah warung kopi tak jauh dari pondok. Setelah beberapa menit, akhirnya kami pun sampai di warung kopi tersebut. Hari itu kami sudah membuat janji dengan salah seorang kenalan yang menginspirasi kami setelah mengisi acara di pondok pesantren beberapa hari yang lalu. Ia adalah Muhammad Yassir Arafat atau lebih dikenal dalam dunia medsosnya Aro Muhammad. Niat kami memang ingin sedikit mengetahui profil teman santri yang satu ini. Terutama dalam bidang media sosial yang belakangan memang sedang booming dan telah menjangkit di kalangan santri. Selain itu pula, dari pribadinya yang semoga dapat diambil nilai nilai positifnya.
Dilahirkan dengan nama asli Muhammad Yassir Arafat. Sekitar dua puluh enam tahun lalu di sebuah daerah
di Sidoarjo, Jawa Timur. Setelah tamat SD ia pindah ke Yogyakarta ikut
kedua orang tuanya di daerah Pleret, Bantul, Yogyakarta. Akhirnya ia
memulai pendidikan pesantrennya di Yayasan Ali Maksum mulai bangku MTs
hingga perkuliahan. Selama di pesantren hingga bangku kuliah ia lebih
dikenal dengan nama Aro atau Arafat.
Tak
jauh berbeda dengan santri-santri lainnya, kewajiban seorang santri
ialah mengaji dan mengabdi. Ia pun menjalani kewajiban tersebut. Selain
tekun dalam mengaji, ia pun berhasil membuat dunia pesantren menjadi
dikenal masyarakat luas melalui media-media sosial yang akhir-akhir ini
memang sedang
booming di kalangan anak-anak muda maupun orang tua yang ‘kekinian’. Ia
memanfaatkan media Instagram untuk mendakwahkan islam yang rahmatan lil
‘alamiin itu.
Semua berawal dari sebuah keisengan membuat akun Instagram yang konten-kontennya tentang santri. Akun yang ia buat bernama ala_santri.
Saat itu hanya iseng-iseng membuat akun instagram yang memang saat itu
belum terlalu dikenal, apalagi oleh kalangan santri. Selain itu pula
media Instagram ini belum support di semua handphne berbasis android.
Saat itu masih sebatas handphone yang mempunyai sistem operasi Iphone.
Tepatnya pada awal-awal tahun 2014 yang lalu. Namun lambat laun media
sosial berkembang pesat hingga sampai pada sudut-sudut pesantren,
apalagi pesantren yang notabene selain nyantri juga menyandang status
mahasiswa. Semakin lama semakin
banyak
saja follower akun yang ia buat tersebut dikarenakan konten-konten yang
diposting memang bernilai pesantren dan dakwah, yang menarik bagi siapa
saja yang melihat gambar atau menonton videonya.
Bermula
dari keisengan tersebut, kemudian semuanya menjadi berubah. Media
sosial yang awalnya belum begitu dikenal masyarakat luas dan
konten-kontennya masih sebatas apa adanya kini akun ala_santri telah
memiliki pengikut kurang lebih 35 ribu follower. Kuncinya adalah
keistiqomahan dalam memposting konten. Ilmu di pesantren ia terapkan
dalam mengunggah konten yang berupa foto-foto hasil editan maupun video tentang santri kreatif tersebut.Saat ini ia selaku admin Instagram ala_santri
sudah semakin jauh dalam menggeluti bidang sosial media, terutama
Instagram ini. Sehingga ketika saat itu dibentuk sebuah perkumpulan
admin-admin santri ia pun diikutkan di dalamnya. Namanya saat itu ialah
AIS (Admin Instagram Santri). Saat ini AIS berganti nama menjadi Arus
Informasi Santri karena memang media yang dimasuki tidak hanya sebatas
Instagram. Namun bisa berupa Twitter, Facebook, Youtube,dan Website.
AIS
sendiri memiliki kegiatan untuk mensosialisasikan mengenai sosial media
di kalangan santri. Berdiri pada tahun 2015 dan diresmikan bertepatan
dengan Hari Santri Nasional. Selain itu adanya akun-akun instagram
santri supaya masyarakat mengenal lebih dekat dengan dunia pesantren dan
bagi para alumni pesantren menjadi ingat pondoknya dulu. Selain
mengelola akun Instagram, ia bersama-sama teman admin juga kemudian
membuat sebuah buku kumpulan karya teman-teman yang memiliki passiondi
dunia tulis menulis. Sehingga terbitlah sebuah buku berjudul ‘Ala
Santri.’ Selain itu, produk-produk lain yang berbau santri pun sedang
dalam tahap perkembangan. Akun ala_santri memberikan jalan bagi
masyarakat luas untuk berkesempatan mengenal lebih dalam kehidupan di
pesantren, semisal ada hal-hal unik di dalamnya.
“Ketika
di luar sana orang-orang luar pesantren pernah berkemah beberapa hari
saja dan kegiatannya banyak tentang kebersamaan, bayangkan yang di
pesantren yang bertahun-tahun hidup 24 jam bersama-sama. Tentu akan
membawa kenangan pada setiap orang yang pernah merasakan mondok di
pesantren”, ungkapnya.
Berkaca mata dengan perawakan sedikit kurang berisi. Begitulah sedikit gambaran dirinya. Kini , ia
telah mengabdi di pesantren. Mengajar di almamaternya, tepatnya di
MTs Ali Maksum sambil nyambi kerja pada sore harinya. Meski saat ini ia
telah boyong, namun tekad untuk mengabdi dan
menyuarakan pesantren kepada masyarakat luas selalu tertancap kuat di
dadanya. Terutama yang ada hubungannya dengan media sosial. Mengakhiri
tulisan ini, kami mengutip mottonya “Hargailah proses, meskipun itu sepele”.
Sekian, semoga dapat menginspirasi. (Ch.LQ)
“