Sedikit berbagi tips menulis dari dosen saya..
Oleh Bramma Aji Putra
Subbag
Informasi dan Humas
Kanwil Kementerian
Agama DIY
BANYAK di antara kita yang gagal
menulis di media massa karena takut mencoba. Saya takut tulisan dibaca pihak redaksi. Saya malu. Jujur tulisan saya tidak jelas:
mana awalnya, mana akhirnya. Ah..nanti aja deh. Belum ada ide nih. Aha..sudah ada
ide tapi kok susah nulisnya yah... Belum ada mood…
Mungkin akan
banyak deretan alasan di atas kalau kita memang enggan mencoba. Padahal tugas
kita sebagai (calon) penulis ya hanya menulis. Itu saja. Urusan dimuat atau
tidak itu hak prerogatif redaktur. Bukan begitu?
Hanya saja jika
anda benar-benar berniat menjadi penulis, atau setidaknya satu-dua kali ingin berhasil
menyarangkan tulisan di media massa, tidak ada kata lain selain mencoba
menulis. Sejadinya. Sejelek apapun. Se-amburadul-nya. Tidak masalah. Bisa
karena terbiasa, bukan? Coba saja, insyaallah
kemampuan menulis bakal meningkat dengan sendirinya. Atau bolehlah dalam
kesempatan ini, saya berbagi resep pada anda. Mantra ajaib untuk menembus koran.
Tapi tolong jangan bilang orang lain ya..
***
B-aca sebanyak-banyaknya aneka
buku, majalah, tabloid, sumber pengetahuan lainnya. Termasuk fenomena alam dan sosial,
lihatlah sekeliling. Apa yang terjadi? Baik yang tersurat maupun tersirat.
Niscaya kita akan memperoleh banyak ide dan itu modal utama bagi kita untuk
menulis. Kalau membaca saja enggan, apa yang mau anda tuangkan dalam gelas
tulisan anda?
R-ajin berlatih menulis tiap
hari. Anda harus memaksa diri untuk meluangkan waktu menulis. Apa iya dalam 24
jam sehari semalam anda benar-benar sudah terjadwal hingga tak ada satu menit
pun waktu longgar? Pilihan waktu untuk menulis ini murni kebebasan anda
pribadi. Sebagian nyaman menulis dini hari, tepat menjelang subuh, monggo. Ada yang mood menulis ba’da subuh, silakan. Di siang hari bolong, boleh
saja. Sore hari juga nyaman. Silakan pilih sesuka hati.
A-nalisis tiap ada ide. Anda
harus pintar memilah dan memilih mana ide yang menarik diangkat sebagai bahan
tulisan, mana yang kurang. Untuk membantunya, lihatlah headline, judul teras harian. Biasanya itu merupakan tema menarik
untuk ditulis.
M-enulis tandas tiada henti.
Ingat revisi itu nanti setelah tulisan jadi. Tumpahkan semua ide dalam kepala
dan benak anda. Semuanya, tak tersisa. Latihlah terus.
M-engirimkannya ke media
massa. Sebagus apapun tulisan anda akan menjadi percuma jika anda takut mencoba
untuk mengirim ke media massa. Logis, bukan?
A-sah terus pikiran anda.
Dalam banyak ayat di kitabullah
disebutkan bahwa semua peristiwa di jagat alam raya ini tersirat rahasia besar
Ilahi. Dan itu hanya dapat digapai oleh mereka yang mau berfikir.
A-sli lho, bukan plagiat. Yang
disebut plagiat itu meniru seluruhnya atau sebagian tulisan orang lain. Nah,
kita tidak boleh melakukannya. Tentu anda ingat dengan kasus heboh yang
menimpa…. Ah, anda pasti paham maksud saya.
J-iplak boleh, asal jangan
persis plek. Lho, bagaimana ini?
Maksudnya, kalau anda sudah punya ide lalu baca saja opini orang lain yang
membahas tema serupa. Jangan cuma 1, tapi baca 3 opini bahkan lebih. Jika
sudah, lalu tutup 3 koran tadi, 3 tulisan tadi, lalu anda mulai menulis opini
sesuai gaya bahasa anda sendiri. Minimal anda sudah punya amunisi untuk memulai
sebuah tulisan. Menarik dicoba, bukan?
I-ringi dengan doa. Itu pasti.
Sebab kendati kekuasaan tertinggi dalam ihwal menulis di tangan redaktur koran
atau majalah, namun pemilik hatinya tetap saja Tuhan. Maka, kirimi fatihah untuk mereka. Sebut nama
korannya. Siapa tahu hatinya luluh dan bersedia memuat tulisan anda.
P-intar-pintar pilih target
media. Tiap media mengusung visi-misinya sendiri. Boleh jadi, dan memang ini
yang terjadi, tiap media memiliki ideologi khas yang berbeda antara media A dan
B, C, D seterusnya. Cara paling mudah untuk mengetahui ideologi media bersangkutan
adalah membaca rubrik Tajuk Rencana
dan Opini yang kerap dimuat di media
tersebut. Cukup mudah, bukan?
U-raikan gagasan yang anda
punya dengan lugas dan sederhana. Jangan bertele-tele alias mbulet. Langsung saja dengan gagasan
anda. Itu lebih menarik.
T-emukan ide segar dari
gagasan anda. Sedapat mungkin anda mencoba untuk menemukan gagasan orisinil
milik anda, betapapun sederhananya, betapapun terasa remeh. Maklum, kita
menulis opini yang artinya ‘pendapat’, ‘gagasan’, dan ‘pikiran’.
R-utin berdiskusi dengan
teman. Ini menarik. Dari pelbagai obrolan yang kita lakukan, entah itu di
kantor, angkringan, meriung dengan tetangga kanan kiri rumah pasti kita
mendapati ide bagus untuk menulis. Jangan disia-siakan ide tadi.
A-yo terus berkarya! Apapun
yang terjadi, bahkan jika nyaris tidak ada satupun artikel kita yang dimuat
media. Sampai detik ini mungkin ada kisaran 200-an artikel saya yang dimuat
media massa. Tapi tahukah anda jika saya sudah menulis sampai 500 karya?
Ternyata memang banyak yang ditolak, tapi tak mengapa. Karena saya percaya
tidak ada yang sia-sia di dunia ini.
***
Oya,
ngomong-ngomong Mantra Ajaib MENEMBUS KORAN di atas adalah nama saya. Mungkin
itu isyarat jika saya memang ditakdirkan sebagai penulis, atau semata keisengan
bin narsistik olah kata dari saya. Kalau protes, silakan anda mereka-reka
sendiri nama anda. Karena kita meyakini, nama adalah doa. Ayo segera tutup saja
paper ini, dan mulailah untuk
menulis. Sekarang juga, jangan tunggu dua hari lagi, atau sepuluh tahun
mendatang. Salam hangat untuk anda semua. Maturnuwun….
Ngoto, Bumi Projo Tamansari
Ahad, 6 April 2014.
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...