“Untuk menggapai kesuksesan
tak semudah
membalikkan telapak
tangan,
namun diperlukan
perjuangan keras dan linangan air mata”
Sebuah riwayat singkat tentang seorang kawan ...
Seorang Fathur ... |
Terlahir dengan nama lengkap Fathurrohman, ia dilahirkan di suatu daerah
kecil di Kabupaten Jepara pada tanggal 28 Januari 1992, tepatnya di desa
Pendem. Riwayat pendidikannya dimulai dari bangku Madrasah Ibtidaiyyah Mamba’ul
Huda Jepara, dilanjutkan di MTs Miftahul Ulum Jepara, MA Hasyim Asyari,
Bangsri, Jepara Jurusan Agama, dan saat ini telah memperoleh gelar Strata Satu
dari Perguruan Tinggi Negeri dan tengah bekerja seraya berusaha mencari
beasiswa S2.
Perjalanan dalam menapaki pendidikan baginya penuh dengan perjuangan dan
rintangan, semenjak tamat MTs ia tak diperbolehkan orang tuanya untuk
meneruskan sekolah MA favorit di Jepara karena alasan biaya yang tak ada. Kedua
orang tuanya lebih menyetujui bila ia
masuk ke pondok pesantren saja. Sejak SD hingga MTs ia sering menduduki
peringkat dua atau tiga. Namun ketika kelas tiga MTs semester genap prestasinya
sempat menurun lantaran sang ibu dipanggil selamanya oleh Yang Maha Kuasa. Tentu
hal itu membuat ia sangat sedih dan terpukul, terlebih saat itu mendekati Ujian
Nasional. Hingga pada akhirnya ia tak lulus dalam ujian akhir. Namun Ia
kemudian berinisiatif untuk mengikuti KEJAR PAKET B hingga berhasil memperoleh
ijazah setingkat SMP-MTs.
Setelah lulus dari MTs, ia
ingin melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas favorit di daerahnya, yakni di MA
Hasyim Asyari, namun karena saat itu alasan biaya menyebabkan ia menunggu
dahulu satu tahun di pondok pesantren dengan mengabdi di sana, yakni di Pondok
Pesantren Darul Aitam Jepara. Setelah satu tahun, akhirnya ia mengutarakan
maksudnya untuk sekolah di MA kepada Kyainya dan ia tak mempunyai cukup biaya
untuk sekolah. Kemudian kyainya sanggup untuk membiayai sekolahnya. Singkat
cerita, ia pun lulus dari MA dengan hasil yang cukup memuaskan.
Angan-angan kuliah dalam
benaknya membuat ia berpikir keras bagaimana supaya ia dapat kuliah dengan tanpa
membebankan pada ayahnya yang saat itu sudah sangat kesulitan dalam urusan finansial,
karena ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dan kakak-kakaknya tak ada
yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, ia tak ingin bernasib sama
seperti kedua kakaknya, ia bertekad untuk bisa mengenyam pendidikan lebih
tinggi dan bisa membahagiakan keluarganya. Ia lalu mengikuti seleksi masuk
perguruan tinggi melalui jalur-jalur beasiswa. Hingga pada akhirnya diterima di
salah satu Universitas Islam terkemuka di Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga.
Dengan jurusan yang ia pilih pada
pilihan ketiga yakni Perbandingan Madzhab dan Hukum, setelah kedua pilihan
sebelumnya tak masuk. Ia mendapatkan beasiswa BIDIK MISI dengan bantuan biaya
perkuliahan serta biaya hidup sampai 4 tahun. Tentu sangat membahagiakan
dirinya, ia bersyukur dan akan mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, begitulah
dalam bathinnya waktu itu.
Di perkuliahan ia termasuk
anak yang disiplin dan cerdas, meskipun terbatas dalam sarana prasarana ia
tetap dapat mengikuti perkuliahan dengan aktif di kelas maupun
organisasi-organisasi di kampus. Beberapa organisasi yang sempat ia masuki dan
aktif di dalamnya ialah UKM Al Mizan divisi Tahfidz, hingga ia mampu menghafal 5 juz
Al-Qur’an, aktif di Badan Eksekuti Mahasiswa Jurusan (BEM-J) selama dua periode
dengan jabatan menjadi divisi Kaderisasi pada periode pertama dan divisi
pengembangan bakat pada periode kedua, dan menjadi panitia lomba Musabaqoh
Qiroatil Kutub tingkat UIN-MA se-DIY. Ia juga sempat menetap di masjid di
sekitar UGM selama 2 tahun supaya tetap kuliah dan hidup di perkotaan sebelum
akhirya ia pindah di pondok pesantren.
Setiap hari berangkat ke kampus dengan naik bus, berangkat pagi dan pulang
pada jam terakhir atau sekitar pukul 16.00. Ketika jam perkuliahan kosong ia
menyibukkan untuk membaca buku-buku di perpustakaan atau dengan mempelajari
pelajaran yang akan ia pelajari di ruang kelas selanjutnya. Sehingga tak heran
ketika di kelas ia sering menyanggah atau memberi pendapat dan aktif, sehingga
membuat dosen senang, sampai-sampai ada dosen yang melarangnya untuk
berkomentar terlalu kritis, dan ia dijanjikan untuk mendapat nilai bagus jika
ia tak kritis terhadap dosen yang sedang mengajar. Itu semua itu dilakukan agar
menghemat waktu dan biaya karena bolak-balik kampus dan tempat tinggal. Sempat
ia memiliki sepeda yang ia dapatkan dari takmir masjid di sekitar UGM itu,
namun nasib belum berpihak kepadanya, sepedanya dicuri orang.
Baru kemudian, setelah dua tahun menjadi pengurus masjid, ia pindah ke
pondok pesantren. Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah menjadi tempatnya sampai saat
ini. Di pondok pesantren pun ia menekuni dalam bidang kepenulisan dengan
menjadi pemimpin redaksi bulletin pondok. Kegiatan yang sangat padat tak
membuatnya loyo atau putus asa, malah hal itu dapat membuatnya semakin pandai
dalam mengatur waktu. Baik perkuliahan maupun di pondok pesantren.
Lulus kuliah dengan hasil
sangat memuakan, gelar cumlaude pun ia terima. Lulus dengan waktu tidak
lebih dari 3,5 tahun dan dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,61. Ia merasa
bersyukur dapat menyelesaikan kuliah dalam waktu cepat dan tepat sehingga
beasiswa yang ia terima dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan sebaik-baiknya.
Setelah lulus, Ia kemudian melamar pekerjaan di salah satu perusahaan operator
di Yogyakarta dan diterima di sana sebagai call centre bagian asuransi. Setiap
pagi pukul 07.00 ia berangkat menuju kantornya dan pulang jam 17.00. Selama
kurang lebih 10 jam di kantor dan bekerja, tentu membuatnya sangat lelah dan jenuh,
ketika mengikuti pelajaran di pondok seringkali ia mengantuk dan tidur, bahkan
tak jarang pula ia disuruh berdiri oleh ustadz yang sedang mengajar karena
terlalu sering ia tertidur dalam kelas.
Namun semua kegiatan itu
ia jalani dengan penuh semangat dan perjuangan, tanpa mengeluh, meskipun banyak
rintangan menghadang. Ia mempunyai motto “You can if you think that can”.
Motto ini yang selalu menginspirasinya dalam segala hal hingga ia dapat
mencapai semua kesuksesan yang telah ia peroleh dan yang akan ia perjuangkan
lagi ke depannya. Satu lagi motto dalam hidupnya yang sangat memotivasi, yaitu “Kesuksesan
sejati adalah apa yang telah kamu peroleh dan kamu gapai itu dapat memberikan
manfaat bagi banyak orang dan sesama”.
Inspiratif kawan !! Semoga kita dapat mengambil hikmah dan teladan darinya.
Oleh : Charismanto
NIM : 13210095
Penulis melakukan
wawancara langsung
dengan tokoh
bersangkutan,
berinteraksi, dan melihat
sendiri kesehariannya.
Ditulis sebagai tugas mata kuliah Jurnalistik Cetak “Penulisan Feature”.
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...