BREAKING

Selasa, 05 Mei 2015

Refleksi Pembelajaran Kitab (2)


Refleksi Pembelajaran dari Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim
Kelas Jurumiyyah Putra
Tahun 2015


Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh...
Bismillahirrahmanirrahim...
Segala puji bagi Allah Swt dzat yang tak pernah tidur dan tak pernah lupa untuk mengurusi hambanNya setiap detik di seluruh jagad raya ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad Saw, Nabi penuh kasih dan sayang terhadap ummatnya. Semoga kita termasuk ummat yang dikasihi dan disayangi serta mendapat limpahan syafaat di Yaumil Akhir nanti. Amiin.



            Setiap detik dan setiap saat dalam kehidupan di alam semesta ini selalu dipenuhi dengan berbagai godaan syetan yang menggoda. Di mana-mana makhluk Allah yang bernama “Syetan” ini selalu berupaya untuk membujuk dan mengajak musuhnya (manusia) agar terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan dan kedholiman. Sehingga tak sedikit manusia yang telah masuk ke dalam perangkapnya.
            Manusia yang terjerumus masuk ke dalam jurang kemaksiatan dan kegelapan yang telah diciptakan syetan itu karena mereka tidak memiliki ilmu dan keimanan yang mudah digoyahkan. Serta tameng ketaqwaan yang kurang ampuh untuk melindungi iman dalam diri. Salah satu dari penyebabnya karena mereka tidak berilmu dan tidak mengamalkan ajaran yang telah diberikan Allah dan RosulNya melalui Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi sebagai pedoman.
            Dalam mencari dan supaya dimudahkan jalannya haruslah mengetahui cara-cara yang tepat dan semestinya dilakukan oleh seorang “Tholib", sebagai seorang “pencari”. Maka sebagai seorang pencari itu harus pandai-pandai dalam menemukan apa yang ia cari, yakni ilmu. Ketika sudah menemukannya pun ia harus paham bagaimana ia akan menggunakan temuan dan hasil pencariannya itu. Ilmu yang bermanfaat dan diamalkan kepada orang lain. 

            Sehingga dalam perjalanan dan berproses mencari ilmu itu diperlukan pula petunjuk atau pedoman agar dimudahkan olehNya. Petunjuk dan pedoman itu terdapat dalam sebuah kitab yang bernama Adabul ‘Alim Wal Muta’allim, karya Hadrotus Syaikh Hasyim Asy’ari. Di dalam kitab ini menjelaskan bagaimana ada-adab yang semestinya dilakukan seorang pencari ilmu itu.
            Saya sebagai seorang santri yang juga seorang mahasiswa, yang mana kedua status tadi pun sama-sama dinamakan sebagai seorang pencari ilmu. Hanya saja tempatnya berbeda. Di pesantren dan di universitas. Namun tidak menutup kemungkinan dan tidak membatasi untuk mempelajari etika atau adab yang ada dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim ini.
Dalam bab awal dijelaskan bahwasanya mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap mukmin laki-laki maupun perempuan. Ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu yang berkenaan dengan akherat, namun tak melulu harus mempelajari ilmu agama saja, tetapi yang terpenting bagaimana semuanya dapat diniatkan dan aiarahkan kepada hal-hal keakheratan. Diniatkan untuk ibadah.
Dari sinilah mengapa saya selain nyantri dan juga kuliah di sebuah universitas islam. Dengan nyantri pergaulan lebih terjaga, adab dan etika juga masih diutanakan bila dibandingkan jika dahulu saya memutuskan untuk tinggal di kos-kosan. Mungkin pergaulan saya tak seperti sekarang yang di pesantren.
Pada bab kedua diterangkan tentang adab seorang santri terhadap dirinya sendiri, bagaimana niat mencari ilmu yang benar, bagaimana menata hati, dan lain-lain. Saya pun selalu berusaha untuk menata hati agar yang saya niatkan dari rumah di pondok dan kuliah di kampus dapat selalu di jalan yang benar.
Jika benar-benar dari rumah meminta izin kepada orang tua untuk menimba ilmu, saya juga harus menepati janji saya, tidak berbelok arah ataupun dengan niatan yang lainnya, misal berpacaran atau malah menghambur-hamburkan biaya saja. Saya akan selalu berusaha untuk itu, meskipun terkadang dalam hati selalu dipenuhi godaan-godaan untuk melakukan hal-hal yang kurang sesuai sebagai seorang santri dan sebagai seorang mahasiswa yang belajar di universitas islam yang berada di kota besar dan penuh dengan fasilitas seperti Yogyakarta ini. Tetapi saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh ustadz di pondok dalam kitab Akhlak (Adabul ‘Alim Wal Muta’allim).
Kemudian tak lupa juga ketika sudah mendapatkan ilmu, sudah dapat berbicara di depan umum untuk mengamalkan apa yang telah diperolehnya itu. Saya pun selalu berusaha untuk menerapkan dalam kehidupan saya. Saya selalu mencoba mempraktekkan apa yang telah saya dapatkan di kampus dan di pesantren. Selalu berdiskusi dan mengajak teman untuk belajar dan mengajari tentang suatu ilmu. Dengan demikian ilmu yang sudah diperoleh tak akan cepat lupa dan akan bermanfaat bila disebarluaskan.

            
 Kemudian pada bab ketiga dijelaskan mengenai adabnya seorang murid atau santri terhadap gurunya. Saya merefleksikannya dengan selalu hormat dan patuh terhadap perintah yang diberikan guru kepada saya, selalu berusaha untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak membuat kecewa beliau-beliau, dan senantiasa menjaga nama baik guru. Banyak murid yang pandai namun jika ia tak mengahrgai dan menghormati kedudukan seorang guru, maka jangan harap ilmunya akan bermanfaat di kemudian hari. Dari sinilah mengapa saya selalu berusaha menjaga adab kepada guru-guru. Baik guru yang mengajar di pondok (ustadz) maupun di kampus (dosen). Karena sejatinya guru adalah mereka yang telah mentransfer ilmunya kepada saya. Meskipun juga terkadang saya kurang memperhatikan atau terkadang lupa. Terutama ketika berada di kampus.
            Selanjutnya sebagai seorang santri sekaligus sebagai seorang mahasiswa juga harus senantiasa memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama teman. Bisa teman di kampus maupun di pesantren. Saya juga berusaha demikian, dengan memperhatikan teman-teman dan membantu kesusahan mereka saya yakin Allah pun akan memudahkan urusan dan memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah saya juga.
            Sedikit banyak yang bisa saya petik dari pembelajaran kitab Adabul ‘alim Wal Muta’allim ini, begitu pula dari seorang Ustadz Huda yang mengajarkannya. Tentang kerja keras, adab, kedisiplinan, dan ketekunan dari sosok beliau. Sebenarnya masih banyak mutiara-mutiara yang belum dapat saya selami dari beliau, dan semoga beliau diberi kesabaran dan kemudahan dalam hidup ini, diberi panjang umur untuk selalu membimbing para murid-muridnya menjadi seorang santri sejati yang taat dan beriman kepadaNya. Amiiin.
            Sekian refleksi yang dapat saya tuliskan, semoga dapat diambil secuil hikmah yang terkandung di dalamnya, wajar saja bila ada kurangnya karena memang saya masih banyak kekurangannya, jika ada kelebihan atau terlalu melebih-lebihkan silahkan pembaca untuk mengurangi dengan kadar yang semestinya.
            Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Oleh : Charismanto,
Santri kelas Jurumiyyah
Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah
Yogyakarta

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT