BREAKING

Kamis, 19 Mei 2016

Ada Cerita di Setiap Dimensi Ruang dan Waktu


Pada setiap waktu mempunyai ceritanya sendiri. Di setiap tempat pun terdapat kisah tersembunyi. Tergantung siapa dan apa yang dilakukannya. Termasuk dengan sedikit mengenai ceritaku ini. Pada setiap tempat dan waktu yang aku lalui tentu berbeda satu sama lainnya. Dari banyak tempat dan waktu itu, aku akan sedikit menceritakan tentang dua tempat yang (menurutku) begitu unik dan luar biasa. Yah, dimensi ruang itu adalah PESANTREN, sedangkan dimensi waktunya adalah DULU dan KINI.


Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad (DQ) Wonosari Gunungkidul
Disinilah pertama kalinya aku memasuki dunia pesantren secara mukim. Meskipun sebelumnya aku pernah mencicipi manisnya kehidupan pesantren kurang lebih 2 minggu saat liburan sekolah menengah pertama di salah satu pesantren di daerahku dulu. Angan-angan dan keinginan untuk mondok sebenarnya sudah ada semenjak tamat sekolah dasar, tapi karena waktu itu kepala sekolah yang mengharuskan untuk sekolah dan merintis SMP maka terpaksa lah aku menunda untuk mondok.
Di DQ inilah aku mulai mukim secara tetap. Di mulai dari bangku sekolah menengah atas. Di sana aku tak memiliki keluarga dan saudara. Murni merantau seorang diri tanpa keluarga dan sanak kerabat yang ada di Jogja. Hanya keluarga teman dari rumah lah menjadi tempatku pulang saat liburan. Selama 3 tahun kesabaran dan keikhlasan benar-benar diuji. Rindu pada kedua orang tua, rumah dan semuanya setiap lebaran datang pun aku rasakan. Di SMK Darul Qur’an Wonosari lah aku bersekolah, yang juga masih berada dalam naungan pesantren.
Aku tak akan menceritakan sekolahnya. Namun lebih kepada pesantren tempat di mana aku 24 jam beraktivitas dan bergaul dengan teman-teman. Di pesantren ini aku diajarkan tentang kerja keras, kedisiplinan, kesederhanaaan, ketawadukan, dan persahabatan. Yah, di DQ lah jiwa santriku mulai tumbuh. Di sanalah aku diajarkan bagaimana menjadi seorang santri yang tiap malam harus nderes kitab serta menjaga hafalan-hafalan sekaligus seorang pelajar yang harus rajin belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.
Di DQ inilah aku mulai mengenal istilah Penjara Suci. Yah, Penjara yang suci. Dipenjara dalam artian dikurung dengan didikan kedisiplinan dan ketat demi tujuan suci, mencari ridho ilahi. Sepertinya begitu. Di penjara ini aku menemukan teman-teman luar bisa dan hebat, meskipun ada juga teman yang menjerumuskan. Beruntungnya aku mendapat teman-teman luar biasa itu.

Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah (LQ) Yogyakarta
Begitu lulus SMK, aku memutuskan untuk turun gunung. Pindah pesantren karena alasan pendidikan formal (kuliah). Meskipun itu bukan alasan satu-satunya. Alasan lain yang mendasari aku memilih di pesantren ini adalah karena jika dibandingkan pesantren mahasiswa lainnya lebih ketat dan lebih banyak mengajinya. Di sinilah aku memilih resiko itu. Meskipun Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah, di sini aku diajarkan bagaimana seharusnya menjadi orang, aku diajarkan tentang kedewasaan, kemandirian, kepedulian, kesederhanaan, persaudaraan, kepemimpinan, tanggung jawab dan bahkan perbedaan serta pertentangan. Tempat di mana aku dididik lebih mandiri dalam melakukan setiap hal.
Di LQ ini lah aku diajarkan tentang tanggung jawab sebagai seorang pemimpin dan taggung jawab. Di LQ aku diamanahi menjadi ketua kelas. Meskipun hanya sebatas ketua kelas, bagiku merupakan suatu tantangan berat. Karena berbeda dengan ketua kelas di sekolah dulu ketika sekolah. Dengan banyaknya orang-orang (sudah bukan anak-anak lagi) serta begitu kompleknya karakter dan pemikiran setiap orang yang notabene kuliah semua menjadi tatangan sekaligus rintangan bagiku. Awal-awal diberi kepercayaan sebagai ketua kelas oleh wali kelas aku merasa tidak mampu dan rasanya ingin protes dan lari dari tanggung jawab selama setahun ke depannya.
Namun, semua itu ternyata ada hikmahnya juga. Selama satu tahun ajaran aku menjadi ketua kelas aku belajar tentang apa itu tanggung jawab, keadilan, kepedulian, dan perasaan. Ya, biarkan satu tahun kemarin aku jadikan pelajaran dan pengalaman berharga bagiku. Memasuki tahun ajaran baru ke depan (di Alfiyyah) aku berjanji untuk lebih fokus dalam belajar dan mengaji sehingga hasilnya bisa lebih baik lagi. Amiin.

Jogja, 19 Mei 2016.

Haflah ke XVII 

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT