Menulis, menulis, dan menulis. Mengapa kata kata itu masih saja menghantuiku. Bagai momok menakutkan dalam setiap langkahku. Entah kenapa, bisa menulis (dengan benar) seakan menjadi tuntutan bagiku. Lantaran diriku memilih jurusan tentang dunia tulis menulis. Tak terasa 3 tahun lebih beberapa hari perjalananku di Jurusan KPI telah kulalui dengan (mungkin) telah menyerakkan sedikit banyak kerikil dalam menyusuri liku-liku kehidupan. Meski langkahku telah berjalan 3 tahun, masih saja aku merasa belum mendapat apa-apa. Terutama yang menyangkut pada keilmuan serta pengalamanku di dunia tulis menulis ini.
Menulis,
menulis, dan menulis. Itu lagi yang ada dalam pikiranku. Bagaimana supaya aku
bisa mewujudkan, atau mungkin minimal bisa 'sembodo' dan tanggung jawab terhadap
keilmuan yang sudah kupelajari selama ini. Aku semakin dilema tatkala melihat temanku
yang sejurusan denganku telah menjadi penulis handal. Meski dengan banyak
keterbatasan yang ia miliki. Ia sanggup menjalaninya dengan penuh keikhlasan
dan kerja keras.
Menulis, menulis,
dan menulis. Satu kata itu lagi yang semakin lama semakin membuatku berpikir
"apa aku salah jurusan?" Ah, terlalu frontal rasanya aku berpikir
seperti itu. Seperti hamba yang tak bisa bersyukur atas pemberianNya karena
bisa mengenyam pendidikan tinggi. Masih banyak para pemuda di luar sana yang tak
bisa melanjutkan pendidikan lantaran berbagai kendala. Seharusnya aku
bersyukur, karena begitu banyak nikmatNya bisa aku rasakan. Namun mengapa masih
saja keluh kesah menyeruak dari dalam diriku. Oh Ya Robb... Ampuni hamba yang
lemah dan tak tahu diri ini.
Kini, esok, dan
semoga sampai suatu saat yang akan datang (menjadi penulis) yang produktif) "gelora
semangat" untuk membuktikan bahwa jurusan yang telah kupilih 3 tahun lalu
saat pendaftaran mahasiswa baru di universitas islam terkemuka di negeri ini
selalu ada dan selalu membara dalam berproses menapaki setiap jalan terjal itu.
Disertai doa kedua orang tua nan jauh di seberang pulau sana akan menjadi penopang
dalam setiap langkahku ketika terseok- seok mendaki bukit proses yang semakin
terjal. Demi menuju puncak gunung kesuksesan itu.
Di malam kemerdekaan
yang ke 71 negeriku ini, dengan mengenang jasa para pahlawan dan pemuda zaman
penjajahan, aku mengadu pada malam. Pun mendoa pada Sang Maha Mengabulkan. Menuliskan
sedikit niatanku untuk bisa mengukir sejarah bagi diriku sendiri, bahkan bagi
orang lain yang membutuhkan nantinya. Semoga Allah mengabulkan dan selalu
memberi jalan terbaiknya menuju puncak kesuksesan dunia akhirat. Amiin...
Yogyakarta, 17 Agustus 2016 (00.30 WIB)
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...