BREAKING

Minggu, 04 September 2016

Belajar dari Dosen ‘Universitas Kehidupan’ di Kliwonan


Kawan, belajar itu tak hanya di bangku sekolahan maupun perkuliahan. Belajar itu tak harus dalam ruang kelas, duduk manis dan mendengarkan ceramah ngalor ngidul pak dosen menjelaskan teori sampai berbusa-busa. Belajar itu tak melulu seperti ketika kita di kelas mengutarakan pendapat dan berdiskusi dengan teman sekelas tentang teori dari buku. Belajar itu juga tak harus selalu dengan manusia.

Tetapi, di sinilah belajar sesungguhnya. Belajar dari pengalaman di dunia luar kelas yang luas tanpa batas. Belajar memahami persoalan masyarakat dan ikut menjadi bagian dari mereka. Dengan belajar dari pengalaman lah semua menjadi lebih mudah dicerna dan merasuk ke dalam sanubari. Maka momentum KKN (Kuliah Kerja Nyata) ini lah menjadi kesempatan untuk para mahasiswa membandingkan dan mengukur antara teori yang telah didapat dari ruang kelas di kampus dengan realita sosial yang terjadi di masyarakat. Di sinilah, di Universitas Kehidupan. Kampus Kliwonan.
Ada hal menarik ketika aku baru memasuki malam tarawih pertama di tempat KKN-an. Meskipun malam itu telah memasuki malam ke 16 ramadhan. Yah, menurutku sangatlah menarik. Malam itu, aku sengaja setelah sholat tarawih tak langsung pulang ke rumah pak dukuh. Aku menyempatkan untuk mengikuti tadarusan bersama beberapa pemuda dusun setempat. Selain itu pula agar aku lebih dekat dengan masyarakat setempat.
Di sela-sela kami tadarus dan menikmati suguhan yang telah disiapkan ibu-ibu, aku mengobrol dan berbagi cerita dengan seorang bapak-bapak yang tak lagi bisa dibilang muda. Pak Yan, begitulah ia dipanggil. Nama lengkapnya Yandoko. Ia adalah Rois (sebutan takmir atau pengurus mushola di dusun itu). Usianya sekitar 60-an lebih. Namun semangatnya tak bisa diremehkan dengan anak-anak muda zaman sekarang ini. Bahkan melebihi. Karena dengan usianya yang semakin uzur itu, tak membuat semangatnya surut untuk pergi melangkahkan kaki menuju mushola.
Yang membuat saya kagum atas pribadi Pak Yan ini adalah cerita-cerita tentang masa muda dan pengetahuannya. Baik pengetahuan umum maupun agama. Ia memiliki ingatan yang bisa dibilang cukup kuat. Ia memiliki kelebihan itu semenjak kecil hingga usianya yang semakin sepuh sekarang ini. Ia pandai berbahasa Inggris dan Jepang meskipun tak pernah belajar di dalam kelas dan ia hanya sempat mengenyam bangku sekolah menengah pertama yang dulu merupakan sekolah didikan Belanda dengan guru-gurunya semua adalah orang Belanda serta beragama Khatolik. Namun agama tak menjadikannya lantas menghindari untuk sekolah di sana. Ia mengambil sisi positifnya dengan melihat kedisiplinan yang ada. 
Ia juga bercerita banyak tentang sejarah. Baik itu sejarah negara-negara di dunia, bahkan Ia hafal semua presiden negara di dunia. Ia tahu tentang konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah. Ia ceritakan panjang lebar sejarahnya. Ia tahu biografi para tokoh pendiri negara ini. Cerita tentang kemerdekaan bangsa ini pun tak luput ia bicarakan.
Sejarah tentang penyebaran agama Islam di Pulau Jawa ini pun ia menguasainya. Mulai dari cerita perjuangan dan peristiwa-peristiwa para wali ketika berjuang menyebarkan Islam hingga terpecah belah seperti sekarang. Selain itu pula, cerita tentang wayang pun ia masih hafal di luar kepala. Ia juga bercerita tentang kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa hingga berdirinya kerajaan Islam Mataram.
Ia mengatakan bahwa selain membaca buku, ia juga sering bergaul dengan banyak orang, terutama orang-orang Belanda dan Jepang kala itu serta ia telah mengembara di berbagai tempat dan belajar dari pengalaman ketika di sana. Ia pernah bekerja di Malaysia dan pulang kemudian ke Jambi, setelah sebelumnya mengajar di sebuah tempat rehabilitasi narkoba di dusun Padaan Wetan waktu itu. Meskipun pendengarannya saat ini sudah mulai berkurang. Hingga ia menggunakan alat bantu semacam headset yang dipakai di telinga sebelah kirinya untuk bisa mendengarkan orang lain berbicara.
Sungguh banyak cerita dan pelajaran yang aku ambil malam pertama itu di Dusun Kliwonan. Pak Yan bisa saja aku sebut sebagai Dosen yang tak pernah ‘makan’ bangku perkuliahan dan memiliki ijazah. Tanpa terasa malam hampir beranjak berganti hari. Pukul dua belas kurang seperempat aku pamit pulang. Meski belum selesai beliau menceritakan semuanya, aku meminta ngobrol dan diceritakan kembali tentang banyak hal pada malam esoknya.

Universitas Kehidupan, 21 Juni 2016

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT