Pendakian gunung menjadi trend yang
ngehits belakangan ini. Hal ini tak terlepas dari adanya film-film baru
yang bernuansa petualangan, terutama pendakian gunung. Hal ini membuat banyak
kawula muda berminat untuk melakukan hal serupa. Namun pendakian yang
sebenarnya yaitu gunung yang cukup tinggi dengan keahlian serta persiapan fisik
yang ekstra serta tantangan yang sangat berat. Selain itu pengalaman serta
peralatan yang lengkap pun menjadi prioritas dalam pendakian.
Bagi kalian para muda-mudi yang menginginkan
mendaki namun masih belum terbiasa dan baru pertama kalinya naik gunung, sangat
disarankan untuk memulainya dengan gunung yang satu ini, Gunung ini
sangat cocok didaki bagi para pendaki pemula. Meskipun ketinggiannya yang masih
tergolong rendah bila dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya, namun
keindahan alam serta pemandangan yang ditawarkan
pun tak kalah menarik dan menawan dengan gunung lainnya.
Andong, demikianlah nama gunung
yang terletak di Dusun Sawit, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten
Magelang ini. Ketinggiannya mencapai kurang lebih 1726 mdpl. Alasan kenapa
gunung ini cocok untuk didaki dan menjadi wisata pendakian bagi pemula yaitu
karena jalur pendakian yang masih tergolong mudah, karena jalannya seperti jalan
setapak berbentuk tangga yang sudah dibuat oleh pengelola setempat, selain itu
pula karena jarak tempuhnya yang lumayan dekat namun tak kalah memiliki
pemanadangan indah di sekelilingnya. Selain itu pula, dari puncaknya bisa
melihat beberapa gunung populer seperti
Gunung Merbabu dan Merapi di sisi Timur, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, serta
Gunung Sindoro di sisi Baratnya.
Ada beberapa jalur pedakian yang
bisa dilewati untuk menuju puncak. Basecamp yang biasanya dilewati pendaki adalah dari Dusun Sawit dan
Dusun Gogik. Sedangkan kami sendiri menggunakan
jalur Gogik yang lumayan bagus (menurut kami), karena di sana kami disambut
oleh seorang bapak pengelola serta disuguhi teh hangat sebelum naik ke gunung. Selain itu pula kami diberikan beberapa
nasihat dan petunjuk-petunjuk serta cerita-cerita tentang Gunung Andong ini.
Bapak ramah itu menyediakan rumahnya sebagai tempat basecamp bagi para
pendaki yang akan naik gunung.
Dengan hanya
membayar registrasi pendakian sebesar Rp. 3000,- per orang dan Rp. 3000,- untuk penitipan
motor, anda sudah bisa menikmati keindahan alam Andong dan langsung melakukan
petualangan ini. Rombongan kami berjumlah delapan orang yang semuanya
laki-laki. Setelah diberikan tiket oleh pengelola, kami berstirahat sejenak di
rumah bapak pengelola tadi dengan disuguhi cerita-cerita seputar Andong serta
hal-hal lain yang belum banyak diketahui orang. “Saya di sini niatnya hanya
menolong dan berusaha menjelaskan kepada siapapun yang meminta penjelasan lebih
dalam tentang Andong ini”, tutur beliau saat bercengkerama dengan rombongan
kami di rumah beliau.
Selesai
bercengkerama dan ngobrol ngalor-ngidul, kami langsung berpamitan untuk
memulai pendakian. Saat itu kami mulai naik pada pukul setengah satu dini hari.
Bukan tanpa alasan kami melakukan pendakian pada waktu tersebut. Kami naik pada
jam tersebut karena memang berangkatnya sudah terlalu malam. Berangkat dari
Jogja pukul 20.00 WIB, sampai di dusun Gogik sekitar pukul 22.30 baru setelah
itu beristirahat di rumahnya bapak pengelola tadi sambil mempersiapkan
segalanya.
Meskipun
pendakian yang kami lakukan pada malam hari, sebenarnya ada beberapa kelebihan
dan kekurangannya. Kelebihannya yaitu tidak cepat lelah dan lebih nyaman karena
tidak banyak pendaki yang lewat. Namun kekurangannya yaitu jika pada malam hari
harus ekstra hati –hati ketika mendaki, sebab banyak jalan atau pun petunjuk
yang tidak ada penerangnya. Maka senter menjadi penting diigunakan agar bisa mencari
palang petunjuk yang ada.
Pada awal
naik, kami melewati gerbang sebuah pondok pesantren. Kemudian melewati jalan
setapak sempit berbentuk tangga dengan semak belukar di sisi-sisinya. Meskipun
jalannya ada yang becek dan harus hati-hati ketika melewatinya. Beruntung saat
itu tidak hujan sehingga jalannya tidak terlalu becek dan licin. Kira-kira 50
menit, kami telah sampai di batas akhir hutan pinus. Kemudian dilanjutkan
menuju puncaknya. Sekitar satu jam kemudian kami sampai di puncak Alap-alap,
demikian nama puncaknya itu. Di sana terdapat dua puncak, yaitu puncak
Alap-alap ini dan satunya yang disebut dengan Puncak Andong.
Di puncak
ternyata sudah banyak berdiri tenda dome para pendaki lainnya. Saat itu
bertepatan dengan malam minggu sehingga banyak pendaki yang menghabiskan
malamnya di sana. Setelah mencari tempat yang pas, kami pun mendirikan tenda.
Tenda selesai didirikan, kami langsung menyiapkan perapian dengan arang yang
sudah kami persiapkan sebelum berangkat. Kami membakar jagung dan menikmatinya
bersama malam di puncak.
Pagi hari
menjelang, sunrise pun tak terlewatkan untuk dinikmati. Sambil menunggu
awan putih hilang dari sekitar lokasi, kami memasak nasi dan mie instan.
Meskipun dengan peralatan seadanya, nasi dan mie instan hangat pun tersaji.
Kami ber-delapan orang itu pun melahapnya dengan nikmat. Baru setelah itu
membuat kopi dan menikmati sunrise kembali dengan mengambil gambar.
Selesai
berfoto dan menikmati pagi sembari minum kopi, kami pun bersiap untuk
mengakhiri perjalanan wisata ini. Kami bersiap turun. Namun sebelumnya kami
membereskan tenda serta mengangkut sampah-sampah kami terlebih dahulu. Setelah
selesai, kami pun segera turun setelah sebelumnya berfoto bersama.
Basecamp rumah bapak pengelola tadi malam lah kami menuju tempat peristirahatan.
Jalan untuk turun ternyata lebih mudah ketimbang naiknya, karena tidak terlalu
banyak menghabiskan tenaga bila dibandingkan dengan jalan naik. Kami sedikit
terkejut ketika menjelang siang, ternyata jalan yang kami lewat pada malam
harinya banyak jurang menganga di kanan kiri.
Setelah sampai
di bawah, kami pun berpamitan kepada bapak pengelola. Setelah berpamitan kami
pun menuju Kota Jogja kembali dengan pengalaman wisata yang mengagumkan dan
menantang. Mari cintai alam. Karena alam juga bagian dari kita.[]
Baca dan tulis
BalasHapus