Selain terkenal dengan
pendidikan dan keelokan wisatanya, Yogyakarta juga terkenal dengan berbagai
tradisi-tradisinya yang unik dan menarik. Banyak tradisi di Yogyakarta yang
menarik untuk diikuti ataupun bagi mereka yang ingin mengkaji lebih dalam.
Tradisi-tradisi berbasis sosial keagamaan khususnya, banyak pengunjung dari
mancanegara yang penasaran dan datang menikmati setiap keunikan-keunikan yang
disajikan. Dari sekian banyak tradisi yang ada, salah satu yang menarik dan
sarat akan nilai keagamaan adalah tradisi Sekaten.
Tradisi Sekaten memiliki sejarah yang amat panjang. Ia ada karena memang
ada tuntutan harus diadakan. Awal mulanya ketika dahulu masyarakat Jogja masih
berkeyakinan Hindu-Budha dan Kejawen yang jauh dari Islam menuntut Sunan
Kalijaga menempuh suatu jalan lain agar dapat menarik masyarakat setempat untuk
datang dan mau mendengarkan dakwahnya. Ia adalah salah satu anggota dari
sembilan wali yang menyebarkan dakwah islam di Julau Jawa.
Sunan Kalijaga tahu bahwa
rakyat ketika itu sangat menyukai perayaan-perayaan dan keramaian. Apalagi
disertai gamelan-gamelan, sehingga menambah meriahnya suatu acara. Dengan
alasan itulah mengapa Sunan Kalijaga berinisiatif untuk menciptakan suatu
perayaan agar rakyat datang dan kemudian ia dapat menyampaikan dakwahnya
langsung di depan rakyat. Rakyat yang ingin masuk diharuskan mengucapkan dua
kalimah syahadat atau Syahadatain terlebih dahulu di depan pintu gerbang
masuk baru kemudian baru dipersilahkan masuk melihat wayang kulit disertai
iringan gamelan yang isinya adalah tidak lain mengenai Islam. Namun apa yang
menjadi gagasan Sunan Kalijaga ini belum mendapat persetujuan dari majelis
Walisongo. Karena hal semacam itu hukumnya makruh, namun demi kelancaran dan
demi syiar Islam akhirnya para sesepuh setuju dan mau menerima gagasan beliau
itu. Kemudian seminggu sebelum bulan Maulud, diselenggarakanlah perayaan itu,
yang disebut Sekaten tadi. Di dalamnya juga dibacakan riwayat Nabi
Muhammad SAW.
Cara yang dibuat Sunan
Kalijaga tersebut lama-kelamaan membuahkan hasil dan perkembangan dakwah
Islamnya semakin meluas di Yogyakarta. Hal ini menimbulkan perhatian dari
kalangan Wali Songo lainnya sehingga mau membantu perjuangan Sunan Kalijaga
melalui Sekaten itu. Sang Sultan pun ikut mengapresiasi hal tersebut dengan mau
menghadiri dan ikut mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW tersebut.
Saat ini sekaten tak hanya
menjadi sebuah lahan dakwah bagi para wali, namun telah menjadi suatu wahana
perayaan dan pariwisata yang menarik bagi warga Yogyakarta dan para wisatawan.
Sekarang Sekaten telah menjadi seperti Pasar Malam dengan berbagai event
dan berbagai macam pentas seni yang disediakan. Sekaten merupakan salah satu
dari sekian banyak ritual keagamaan sekaligus budaya yang prospek untuk
menambah eksistensi Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan juga dapat menambah
pemasukan bagi daerah. Semestinya Sekaten tak hanya dijadikan sebagai ajang
untuk mencari hiburan semata, lebih dari itu sebagai peninggalan budaya Islam
yang wajib dilestarikan dan sarat akan nilai-nilai Islam yang patut diteladani,
khususnya tentang Nabi Muhammad SAW.
Sudah saatnya masyarakat
dan pemerintah sadar akan untuk mengembangkan perayaan Sekaten ini, dengan
selalu meningkatkan perhatian dan memajukannya di kemudian hari. Namun tidak
lupa harus ingat akan apa sebenarnya asal mula adanya Sekaten dan inti di
dalamnya, bukan hanya dijadikan sebagai ajang hura-hura dan senang-senang
semata, namun menjadi sebuah wisata religi yang harus terus dilestarikan.
Semoga sebagai generasi penerus bangsa ini mau melestarikan dan meneruskan
perjuangan yang telah dirintis oleh para pendahulu kita. Dengan membentengi
diri dari segala hal negatif menuju kepada hal-hal postif dan ide-ide kreatif
menuju bangsa yang hebat. []
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...