BREAKING

Senin, 19 Desember 2016

Sekaten sebagai Ikon dan Sejarah Kota Yogya


          
Ketika menyebut nama Jogja, tentu dalam benak kita selalu terbesit dan tak jauh pula dari kata budaya. Yah, Yogyakarta sebagai “Kota Budaya juga sebagai kota pelajar yang pluralis”, begitulah sebutan yang kurang lebih pantas disematkan. Di setiap sudut kota ini pasti ada berbagai suku bangsa dari seluruh pelosok nusantara, dari Sabang sampai Merauke. Kebanyakan dari mereka menimba ilmu di sini. Berbagai kampus favorit dengan macam-macam jurusan. Mulai dari yang mewah seperti UGM, UNY, UII, UAD, UMY, UIN, UPY, sampai APMD ada di sini. Jalan raya selalu bertambah padat setiap tahunnya dikarenakan selalu ada mahasiswa rantau dari pelosok nusantara yang datang ke Yogyakarta, baik yang datang untuk menempuh pendidikan atau pun untuk bekerja. Apalagi ketika musim liburan tiba, pasti banyak banyak bus-bus besar dari berbagai provinsi memadati kota Jogja ini. Mereka datang untuk menikmati wisata-wisata yang ada di setiap sudut daerah di Jogja ini.
            Selain terkenal dengan pendidikan dan keelokan wisatanya, Yogyakarta juga terkenal dengan berbagai tradisi-tradisinya yang unik dan menarik. Banyak tradisi di Yogyakarta yang menarik untuk diikuti ataupun bagi mereka yang ingin mengkaji lebih dalam. Tradisi-tradisi berbasis sosial keagamaan khususnya, banyak pengunjung dari mancanegara yang penasaran dan datang menikmati setiap keunikan-keunikan yang disajikan. Dari sekian banyak tradisi yang ada, salah satu yang menarik dan sarat akan nilai keagamaan adalah tradisi Sekaten.
Tradisi Sekaten memiliki sejarah yang amat panjang. Ia ada karena memang ada tuntutan harus diadakan. Awal mulanya ketika dahulu masyarakat Jogja masih berkeyakinan Hindu-Budha dan Kejawen yang jauh dari Islam menuntut Sunan Kalijaga menempuh suatu jalan lain agar dapat menarik masyarakat setempat untuk datang dan mau mendengarkan dakwahnya. Ia adalah salah satu anggota dari sembilan wali yang menyebarkan dakwah islam di Julau Jawa.
            Sunan Kalijaga tahu bahwa rakyat ketika itu sangat menyukai perayaan-perayaan dan keramaian. Apalagi disertai gamelan-gamelan, sehingga menambah meriahnya suatu acara. Dengan alasan itulah mengapa Sunan Kalijaga berinisiatif untuk menciptakan suatu perayaan agar rakyat datang dan kemudian ia dapat menyampaikan dakwahnya langsung di depan rakyat. Rakyat yang ingin masuk diharuskan mengucapkan dua kalimah syahadat atau Syahadatain terlebih dahulu di depan pintu gerbang masuk baru kemudian baru dipersilahkan masuk melihat wayang kulit disertai iringan gamelan yang isinya adalah tidak lain mengenai Islam. Namun apa yang menjadi gagasan Sunan Kalijaga ini belum mendapat persetujuan dari majelis Walisongo. Karena hal semacam itu hukumnya makruh, namun demi kelancaran dan demi syiar Islam akhirnya para sesepuh setuju dan mau menerima gagasan beliau itu. Kemudian seminggu sebelum bulan Maulud, diselenggarakanlah perayaan itu, yang disebut Sekaten tadi. Di dalamnya juga dibacakan riwayat Nabi Muhammad SAW.
            Cara yang dibuat Sunan Kalijaga tersebut lama-kelamaan membuahkan hasil dan perkembangan dakwah Islamnya semakin meluas di Yogyakarta. Hal ini menimbulkan perhatian dari kalangan Wali Songo lainnya sehingga mau membantu perjuangan Sunan Kalijaga melalui Sekaten itu. Sang Sultan pun ikut mengapresiasi hal tersebut dengan mau menghadiri dan ikut mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW tersebut.
            Saat ini sekaten tak hanya menjadi sebuah lahan dakwah bagi para wali, namun telah menjadi suatu wahana perayaan dan pariwisata yang menarik bagi warga Yogyakarta dan para wisatawan. Sekarang Sekaten telah menjadi seperti Pasar Malam dengan berbagai event dan berbagai macam pentas seni yang disediakan. Sekaten merupakan salah satu dari sekian banyak ritual keagamaan sekaligus budaya yang prospek untuk menambah eksistensi Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan juga dapat menambah pemasukan bagi daerah. Semestinya Sekaten tak hanya dijadikan sebagai ajang untuk mencari hiburan semata, lebih dari itu sebagai peninggalan budaya Islam yang wajib dilestarikan dan sarat akan nilai-nilai Islam yang patut diteladani, khususnya tentang Nabi Muhammad SAW.

            Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah sadar akan untuk mengembangkan perayaan Sekaten ini, dengan selalu meningkatkan perhatian dan memajukannya di kemudian hari. Namun tidak lupa harus ingat akan apa sebenarnya asal mula adanya Sekaten dan inti di dalamnya, bukan hanya dijadikan sebagai ajang hura-hura dan senang-senang semata, namun menjadi sebuah wisata religi yang harus terus dilestarikan. Semoga sebagai generasi penerus bangsa ini mau melestarikan dan meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh para pendahulu kita. Dengan membentengi diri dari segala hal negatif menuju kepada hal-hal postif dan ide-ide kreatif menuju bangsa yang hebat. []

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT