BREAKING

Kamis, 08 Desember 2016

Mahabbah Kepada Nabi, Kurikulum Pertama Dan Utama Ummat Ini

Imam Maliki r.a pernah berkata, “ummat Nabi yang hidup pada zaman akhir tidak akan mungkin bisa menjadi baik terkecuali dengan cara yang pada awal ummat tersebut diperbaiki”. Jadi, jika ingin memperbaiki suatu kaum maka kurikulumnya juga harus kembali pada kurikulum pada awal-awal kaum tersebut. Lalu apa itu kurikulum yang harus ada pada ummat ini? Kurikulum tersebut tiada lain adalah mahabbah kepada Rosulullah SAW.


Mahabbah adalah kurikulum pertama dan palimg utama dari haadzihil ummah, seperti kisah ketika Nabi sebelum datang ke Kota Madinah. Sebelum beliau datang pertama kali ke Madinah, sebelumnya beliau mengutus sahabat Musaib bin Umair. Ia adalah pionir dakwah ke mana tempat Nabi akan hijrah. Sahabat  Musaib bin Umair ini diperintahkan oleh Rosulullah dengan berkata, “berilah kabar gembira kepada orang-orang Madinah. Jangan sampai malah menjauh dari agama”. Pesan ini akan ditanyakan lagi oleh Rosulullah ketika sampai di Kota Madinah di kemudian hari. Ternyata benar, ketika Rosulullah telah sampai di Kota Madinah sudah banyak penduduk,dari orang tua sampai anak-anak pun berkumpul menunggu kedatangan Rosulullah, khususnya dari Bani Najjari.
Dengan bersama-sama, mereka menyambut kedatangan Nabi, memukul alat-alat musik sederhana mereka menyanyikan Thola’al Badru Alaina min tsaniyatil wada..., Inilah mengapa terbangan atau memukul alat-alat seperti yang telah dilakukan Bani Najjari menyambut kedatanga Nabi dan disertai puji-pujian itu sunnah taqririyyah. Tidak bisa dibantah lagi. Mereka dengan bersuka ria, dengan wajah berseri-seri menyambut Nabi. Para penduduk Madinah saat itu sudah memuji orang dan senang kepada orang yang belum pernah ditemuinya.
Ya Nabi Salam padamu...
Ya Rosul salam padamu...
Kekasih salam padamu...
Sholawat hanya untukmu...
Ini lah cara mengungkapkan rasa rindunya ummat pada Nabinya. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang mengharamkan dan membid’ahkan bersholawat? Jika mereka mengaku bahwa merekan rindu dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, mahabbah kepada Nabi adalah kurikulum cinta pada hadzihil ummah.
Nabi mendidik para sahabat sehingga menjadi pribadi yang sangat luar biasa. Sampai-sampai Nabi pernah bersabda, “masa yang paling baik adalah masa dimana aku berada (yaitu para sahabat)”. Nah, para sahabat ini menjadi golongan dan generasi terbaik serta manusia paling mulia di sisi Nabi. Kira-kira apa kurikulum yang telah diajarkan Nabi kepada para sahabat ini? Sehingga mereka sangat luar biasa keimannaya? Tidak lain pula adalah karena mahabbah kepada Nabi.
Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, pada bab tentang Ulama, Imam Al Ghozali menyebutkan mengenai perkataan para sahabat, “Kami adalah para sahabat yang kami diberi iman terlebih dahulu sebelum al Qur’an, akan datang suatu masa dimana Al Qur’an ini dikenalkan sebelum iman. Al Qur’an dibuat pegangan sebelum adanya iman”. Sehingga hal itu menimbulkan banyak golongan-golongan yang merasa paling benar sendiri. Mudah menyalahkan orang lain yang tak sepaham dengannya. Membuat majelis-majelis tafsir Al Qur’an. Imam Ghozali menyebutkan perkataan sahabat itu dalam kitabnya, “mereka adalah seburuk-buruknya ummat”. Pada zaman dulu, mengaji Al Qur’an malah dinomorsekiankan sebelum para murid paham dan mantab keimanannya. Berbeda dengan saat ini yang kebanyakan TPA malah diajarkan Al Qur’an dahulu.
Jadi, Iman itu harus didahulukan sebelum Al Qur’an. Lalu iman seperti apa yang dimaksudka di sini?? Iman di sini adalah dasar pokok mahabbah kepada Nabi. Jadi apabila mahabbah kepada Nabi sudah menancap kepada Nabi, maka ia akan mudah melakukan perintah-perintah yang diberikan Nabi.
Mahabbah jangan diartikan seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran saling menumpahkan perasaannya masing-masing. Mahabbah di sini bermakna khusus, mahabbah adalah dzauqun fil qolbi, sebuah perasaan yang ada dalam hati. Sehingga kemudian timbul tsamrotul ma’rifah. Ma’rifah kepada nabi ini dengan mempelajari sifat-sifat beliau. Lalu bagaimana cara agar dapat ma’rifah (mengenal nabi) sehingga nantinya mengikuti beliau dengan penuh kemantaban?
Hal pertama adalah mengenai khusnus suroh. Nabi itu indah secara pribadi. Jika ini dipelajari, maka akan tambah cinta kepadanya. Kedua, khusnus sirah. Rekam jejak Nabi sangatlah baik dan penuh keteladanan sehingga patut untuk ditiru para ummatnya. Ketiga, kamaaliyyatul fadhli, nabi itu sempurna keutamaannya. Jika kita memperlajari tentang kemuliaan beliau, bertambah cinta pula kapada Nabi. Keempat, kamaaliyyatul ihsan, Nabi sempurna dalam akhlaknya kepada siapa saja.
Disebutkan pula dalam kitab Mahabbatuz Zaujah, Nabi mengumpulkan segala perkara yang menjadikan beliau dicintai. Diangan-angan didalam akal pikiran, kemudian dirasakan di hati. Maka perasaan cinta ini kemudian mendorong untuk mengikuti yang dicintainya. Jika mengenal dan mencintai Nabi ini dapat menjadikan iman kepada Nabi. Karena yang mengenalkan Allah adalah Nabi. Karena setiap yang disampaikan beliau  pasti kita yakini kebenarannya. Nabi adalah basyarun laa kal basyari. Beliau manusia istimewa. Sempurna lahir bathinnya. Maka patutlah beliau dipilih menjadi kekasih Allah.[]

Disampaikan oleh KH. Abdullah Sa’ad
pada acara Haflah Khotmil Qur’an dan Haul
Di PP. Minhajut Tamyiz Timoho, Jogjakarta.




About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT