BREAKING

Rabu, 01 November 2017

Sisa sisa Coretan Pejuang Skripsyuuut


               
SKRIPSI. Kata ini sudah sangat biasa terdengar bagi mereka yang telah menginjak usia semester tua. Ya, semester tua itu ketika sudah sekian lama berada di kampus menurut kalender akademik. Usia 4 tahun atau 8 semester mungkin sudah cukup untuk seseorang mahasiswa mendapatkan predikat “Mahasiswa Semester Tua”. Ini menurut kalender akademik loh ya... bukan menurut kalendernya para aktivis dengan sejuta ide-ide kritisnya yang sangat ideologis. Hehehe.. tapi saya yakin mereka tidak anarkis. Apalagi apatis. Ya, para aktivis mahasiswa, yang (katanya) memperjuangkan hak rakyat jelata. Skripsi atau tugas akhir bagi yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi guna mendapatkan gelar sarjana atau diploma. Agar bisa mengenakan toga, berfoto ria bersama teman dan keluarga. Yah, itulah sedikit istilah yang mungkin juga sangat sederhana. Tapi toh, istilah maupun realitanya tidak akan jauh dari itu.


Kembali lagi pada pembahasan utama. Skripsi. Jangan salah nama ya, bukan Skrispi, tetapi SKRIPSI. Karena beda jauh antara dua kata tersebut. Jika kata pertama itu makanan yang renyah dan gurih jika digigit, namun sebaliknya kata kedua justru membuat kita seakan termakan perlahan. Ya, termakan oleh waktu. Tergigit, lalu terjepit oleh keadaan yang memaksa. Para pelakunya dinamakan ‘pejuang’. Sehingga dengan demikian ia memperoleh gelar “Pejuang Skripsi”. Para dosen dinamakan ‘Buronan’ karena ia menjadi tempat pencarian mahasiswa, mengadu dan menggantungkan nasib tugas akhirnya. Menjadi orang yang sangat dicari-cari ketika dalam kebimbangan dan kebingungan. Mungkin kurang lebih seperti itu yang bisa saya gambarkan. Anda setuju silahkan, tak setuju pun tak masalah. Hehehe... peace.

Langsung saja, to the point ! maksud saya menulis ini hanya ingin sedikit mencurahkan curhatan dan pengalaman perjalanan saya ketika nggarap skripsi”. Ya mungkin tidak akan berbeda jauh dengan mereka-mereka atau anda yang sudah pernah mengalaminya. Namun karena cerita dan pengalaman saya ini ditulis dan dibagikan, tentu akan sedikit berbeda bukan... hehe. Oke, dari mana kita akan mulai mengarungi samudera cerita ini? Langsung ke bawah saja ya.

Dalam perjalanannya, ibarat menaiki satu persatu anak tangga untuk dapat mencapai puncak tangga. Ibarat mengumpulkan kerikil-kerikil untuk dapat membuat sebuah gunung. Atau dapat pula diibaratkan seperti menata bata dan batu  guna membangun sebuah istana. Haha... terlalu lebay kah? Ya mungkin saja. Berikut ini adalah tangga-tangga yang perlu diinjak untuk bisa sampai sampai puncaknya. Jadi, silahkan baca saja ya... karena ini merupakan coretan yang mungkin berguna atau mungkin malah dianggap seperti sampah semata. Hehehe...

PENGAJUAN JUDUL
Langkah ini menjadi langkah paling awal dalam memulai perjalanan yang namanya “nggarap skripsi”. Ya, pengajuan judul dimulai dengan mengajukan beberapa judul penelitian kepada Dosen Pembimbing Akademik (DPA) baru kemudian kepada Ketua Jurusan. Namun tak semudah yang dibayangkan. Judul yang diajukan itu tak akan langsung diterima begitu saja. Tentu akan ditanyakan mengenai beberapa pertimbangannya. Dari mulai sisi kemenarikan tema, manfaat, dan lain sebagainya. Meskipun disuruh mencari alternatif lain, tentu lama kelamaan dosen pun akan capek juga. Karena dosen juga manusia. Maka setelah 2 sampai 3 kali mengajukan, barulah judul kita diterima. Itu juga setelah mengerjakan perintah dari Kajur, yaitu meringkas 5 sampai 10 jurnal yang berkaitan dengan tema penelitian yang diajukan. Setelah itu barulah mendapat rekomendasi DPS (Dosen Pembimbing Skripsi) dari Kajur. Alhamdulillah... satu babak terlewati. Awal tangga pun telah diinjak.

LIKU-LIKU BIMBINGAN HINGGA SEMINAR PROPOSAL
Pada langkah selanjutnya, setelah mendapatkan DPS, kita tentu tak lagi berhubungan dengan DPA maupun Kajur. Yang dimaksud adalah hubungan yang berkaitan dengan Skripsi ya... Dengan bapak atau ibu DPS ini lah semua masalah penelitian kita sampaikan dan diskusikan. Tentu banyak liku-liku dalam bimbingan ini. Mulai dari dosen yang sangat sulit ditemui, ya alasan pun berbeda-beda. Ada yang karena sibuk penelitian, sibuk menghadiri agenda-agenda ke luar kota, atau bahkan sekedar mementingkan keluarga daripada mahasiswa. Ah, maafkan mahasiswamu ini pak bu dosen. Sudah berani su’udzon begini. Tapi saya tetap yakin mereka pun peduli, bahkan sangat peduli dengan nasib mahasiswa bimbingannya.

Saking susahnya, terkadang pesan yang dikirimkan hanya dibaca. Tentu itu akan membuat jengkel mahasiswa ya. Mungkin bapak dan bu dosen memang ingin dimengerti. Perlu disowani ke kantin langsung, atau di ruang kerjanya, ataupun kita yang harus menunggu mereka di depan pintu ruang jurusan. Ada pula yang ribet berurusan dengan pihak TU kampus. Kemudian setelah keribetan-keribetan itulah menyebabkan suatu keadaan dimana mahasiswa mencapai titik jenuh kemalasan yang amat sangat. Malas dan jenuh harus selalu mengerti keadaan dosen, TU dan suasana kampus. Sehingga satu-satunya kunci adalah SABAR. Ya, itulah kunci ampuh untuk menaklukkan kejenuhan. Selain itu dengan banyak-banyak berdo’a setiap selesai melakukan sholat. Sholat malam pun jangan sampai ketinggalan. Jika masih belum lancar juga, Dhuha pun jangan sampai terlewatkan.

Nah, setelah kunci itu dipegang. Ya, SABAR tadi. Setelah semua proses bimbingan dengan berbagai liku-likunya terlewati, sampailah saat yang ditungggu-tunggu. ACC seminar dari DPS ditandai dengan tanda tangan dan tulisan “ACC” di cover proposal dari pak atau bu dosen pembimbing. Setelah itu barulah mendaftar ke bagian TU jurusan. Setelah waktu disepakati oleh DPS, kemudian ditentukan oleh jurusan kapan waktu Seminar Proposal Skripsi. Singkat cerita, seminar sudah terlewati. Dengan berlembur semalam membuat slide presentasi dan belajar bab 1 penelitian kita. Setelah seminar, timbul lagi kegalauan dan kebingungan. Mau dibawa kemana penelitian ini? Akan seperti apakah maunya? Ini problem yang sangat biasa bagi kebanyakan mahasiswa. Sehingga jika si mahasiswa yang tidak kuat terhadap ‘kegalauan’ ini akan frustasi berlebihan dan akhirnya skripsi bab 1 itu ditinggal dan tergeletak di meja atau di dalam tas beberapa hari, minggu, bahkan bulan.

MUNAQOSYAH (SIDANG TUGAS AKHIR)
Liku-liku dari bimbingan hingga menuju seminar sudah dilalui. Bahkan fase-fase kegalauan dan kemalasan pun sudah dirasakan. Begitu pula dengan sifat-sifat DPS serta petugas TU yang tentu sudah sangat hafal. Tibalah waktu dimana semua yang telah dikerjakan itu dipertanggungjawabkan. Tulisan ACC dan tanda tangan dari DPS sudah didapatkan, tentu dengan berbagai keribetan dan lain sebagainya tadi. Itu sudah sangat wajar dan biasa. Setelah daftar di jurusan, penguji sudah ditetapkan beberapa hari sebelum sidang dilaksanakan. Biasanya sekitar satu minggu sebelum waktu sidang.

Memasuki ruang dengan modal tekad dan keyakinan yang sudah dipersiapkan sebelumnya adalah modal utama. Ya, apalagi coba kalau bukan itu. Karena dengan keyakinan yang mantab bahwa semua akan lancar dan baik-baik saja itu la yang akan membawa rasa percaya diri memasuki ruang sidang dan presentasi serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para penguji. Dengan bertekad baja inilah semua akan baik-baik saja. Satu lagi. Jangan lupa berdoa. Itulah yang saya alami. Ya, dengan modal tekad dan yakin itulah.... semua akan baik-baik saja. Tetapi tak hanya itu, jauh-jauh sebelum hari H usaha di luar dhohir pun tentu telah saya lakukan. Ya, sebagai anak pondok (katanya) selain lewat jalan bumi, jalan langit pun harus ditempuh. Hehe..

Persidangan pun dimulai. Kawan-kawan dari berbagai elemen (ada elemen api, tanah, air dan angin-ngelantur) pun berdatangan tanpa diundang. Meskipun sepertinya akan berjalan lancar, eh ternyata terdapat ganjalan dan batu terjal mengganjal kepala. Pertanyaan dan salah paham antara DPS dengan penguji membuatku ‘kalah’ dan tentu harus mengalah. Apa yang saya takutkan ternyata terjadi. Namun, anehnya setelah sidang selesai. Nilai langsung diberikan. Tanpa menunggu revisian, nilai sidang pun sudah bisa dilihat. Awalnya tak yakin, namun setela melihat nilai yang diberikan dosen, seakan ada keajaiban. Nilai keluar dengan hasil sungguh di luar dugaan. 

Ya, sangat memuaskan. Prasangka baik pun kutujukan langsung kepada Allah dzat yang maha segalanya. Lantaran “jalan langit” yang sudah kutempuh beberapa hari bahkan minggu sebelum sidang itu menjadikan semuanya mudah dan menakjubkan. Ya, itulah keajaiban jalan langit dibandingkan jalan bumi. Hehehe... satu lagi, tepat dua hari setelah sidang saya berulang tahun yang yang ke sekian kalinya sekaligus bertepatan dengan tanggal 1 Muharram atau tahun baru islam. Intinya berkah, berkah dan berkah….

YUDISUM DAN WISUDA
Ini adalah tangga terakhir sebelum akhirnya mencapai puncak tujuan. Memakai toga dan berfoto bersama teman serta keluarga. Menyaksikan pidato-pidato tentang pekerjaan maupun pengangguran. Ucapan selamat dan do’a-do’a baik dari orang lain. Tangga itu bernama ‘Yudisium’ yang artinya pemberkasan dan penyerahan tugas akhir kepada perpustakaan. Baik yang online maupun offline. Dimulai dari Bookmark skripsi, pembuatan Compact Disk, scan sertifikat-sertifikat pendukung, dan akhirnya foto untuk pendaftaran wisuda. Biasanya pada tahap yudisium ini akan banyak melibatkan tukang fotocopyan. Dan harus membayar sedikit mahal, meskipun sangat mudah dilakukan dan sepele. Ya, namanya saja belum tahu, jadi harus bayar kan? Hehehe. Alhamdulillah, karena saat itu saya sudah mendapat ilmu tentang segala yang berhubungan dengan yudisium, maka semuanya jadi lebih mudah dan murah. Maklumlah, bisa dibilang "Tukang Fotocopy" juga.

Satu pesan bagi yang akan maupun sedang mengalami proses “nggarap skripsi” ini. Peganglah kuncinya. “SABAR, TELATEN, dan tempuh JALAN LANGIT jika JALAN BUMI sulit dilalui. Jangan biarkan ‘makhluk’ yang bernama MALAS itu terus mengahantui dan memburumu. Waktu tak akan pernah menunggumu. Justru engkaulah yang harus MENGEJAR Si Waktu. Tetap berprasangka baik terhadap semua dosen dan karyawan fakultas maupun jurusan. Berperilaku baiklah terhadap mereka, akrabilah dan ajaklah ngobrol. Karena mereka juga manusia seperti halnya kita.

Sekian. Semoga bermanfaat.... eh, satu lagi motto dalam Halaman Persembahan saya adalah “JANGAN LUPA BELAJAR !” SATU KALIMAT DARI USTADZUNA HAMKA MUDA YANG PENUH INSPIRASI DAN MOTIVASI MESKI SEPERTI TAK PERNAH DIMENGERTI OLEH KEBANYAKAN SANTRI, BAHKAN SANTRI EL-QI.  SEKIAN. WASSALAM. 
 





Ditulis pada masa-masa menunggu jadwal yudisium. 
Rabu, 01 November 2017

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

1 komentar:

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT