SKRIPSI.
Kata ini sudah sangat biasa terdengar bagi mereka yang telah menginjak usia semester
tua. Ya, semester tua itu ketika sudah sekian lama berada di kampus menurut
kalender akademik. Usia 4 tahun atau 8 semester mungkin sudah cukup untuk seseorang mahasiswa mendapatkan predikat “Mahasiswa Semester Tua”. Ini menurut kalender
akademik loh ya... bukan menurut kalendernya para aktivis dengan sejuta ide-ide
kritisnya yang sangat ideologis. Hehehe.. tapi saya yakin mereka tidak anarkis.
Apalagi apatis. Ya, para aktivis mahasiswa, yang (katanya) memperjuangkan hak
rakyat jelata. Skripsi atau tugas akhir bagi yang sedang menempuh pendidikan di
perguruan tinggi merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi guna
mendapatkan gelar sarjana atau diploma. Agar bisa mengenakan toga, berfoto ria
bersama teman dan keluarga. Yah, itulah sedikit istilah yang mungkin juga
sangat sederhana. Tapi toh, istilah maupun realitanya tidak akan jauh dari itu.
Kembali lagi pada pembahasan
utama. Skripsi. Jangan salah nama ya, bukan Skrispi, tetapi SKRIPSI. Karena
beda jauh antara dua kata tersebut. Jika kata pertama itu makanan yang renyah
dan gurih jika digigit, namun sebaliknya kata kedua justru membuat kita seakan
termakan perlahan. Ya, termakan oleh waktu. Tergigit, lalu terjepit oleh
keadaan yang memaksa. Para pelakunya dinamakan ‘pejuang’. Sehingga dengan
demikian ia memperoleh gelar “Pejuang Skripsi”. Para dosen dinamakan ‘Buronan’
karena ia menjadi tempat pencarian mahasiswa, mengadu dan menggantungkan nasib
tugas akhirnya. Menjadi orang yang sangat dicari-cari ketika dalam kebimbangan
dan kebingungan. Mungkin kurang lebih seperti itu yang bisa saya gambarkan.
Anda setuju silahkan, tak setuju pun tak masalah. Hehehe... peace.
Langsung saja, to the point
! maksud saya menulis ini hanya ingin sedikit mencurahkan curhatan dan pengalaman
perjalanan saya ketika “nggarap skripsi”. Ya mungkin tidak akan
berbeda jauh dengan mereka-mereka atau anda yang sudah pernah mengalaminya.
Namun karena cerita dan pengalaman saya ini ditulis dan dibagikan, tentu akan
sedikit berbeda bukan... hehe. Oke, dari mana kita akan mulai mengarungi samudera
cerita ini? Langsung ke bawah saja ya.
Dalam perjalanannya, ibarat
menaiki satu persatu anak tangga untuk dapat mencapai puncak tangga. Ibarat
mengumpulkan kerikil-kerikil
untuk dapat membuat sebuah
gunung. Atau dapat pula diibaratkan seperti menata bata dan batu guna membangun sebuah istana. Haha... terlalu
lebay kah? Ya mungkin saja. Berikut ini adalah tangga-tangga yang perlu diinjak
untuk bisa sampai sampai puncaknya. Jadi, silahkan baca saja ya... karena ini
merupakan coretan yang mungkin berguna atau mungkin malah dianggap seperti
sampah semata. Hehehe...
PENGAJUAN JUDUL
Langkah ini menjadi langkah
paling awal dalam memulai perjalanan yang namanya “nggarap skripsi”. Ya,
pengajuan judul dimulai dengan mengajukan beberapa judul penelitian kepada
Dosen Pembimbing Akademik (DPA) baru kemudian kepada Ketua Jurusan. Namun tak
semudah yang dibayangkan. Judul yang diajukan itu tak akan langsung diterima
begitu saja. Tentu akan ditanyakan mengenai beberapa pertimbangannya. Dari
mulai sisi kemenarikan tema, manfaat, dan lain sebagainya. Meskipun disuruh
mencari alternatif lain, tentu lama kelamaan dosen pun akan capek juga.
Karena dosen juga manusia. Maka setelah 2 sampai 3 kali mengajukan, barulah
judul kita diterima. Itu juga setelah mengerjakan perintah dari Kajur, yaitu
meringkas 5 sampai 10 jurnal yang berkaitan dengan tema penelitian yang
diajukan. Setelah itu barulah mendapat rekomendasi DPS (Dosen Pembimbing
Skripsi) dari Kajur. Alhamdulillah... satu babak terlewati. Awal tangga pun
telah diinjak.
LIKU-LIKU BIMBINGAN HINGGA SEMINAR
PROPOSAL
Pada langkah selanjutnya,
setelah mendapatkan DPS, kita tentu tak lagi berhubungan dengan DPA maupun
Kajur. Yang dimaksud adalah hubungan yang berkaitan dengan Skripsi ya... Dengan
bapak atau ibu DPS ini lah semua masalah penelitian kita sampaikan dan
diskusikan. Tentu banyak liku-liku dalam bimbingan ini. Mulai
dari dosen yang sangat sulit ditemui, ya alasan pun berbeda-beda. Ada yang
karena sibuk penelitian, sibuk menghadiri agenda-agenda ke luar kota, atau
bahkan sekedar mementingkan keluarga daripada mahasiswa. Ah, maafkan
mahasiswamu ini pak bu dosen. Sudah berani su’udzon begini. Tapi saya tetap yakin mereka pun peduli, bahkan sangat peduli dengan nasib mahasiswa
bimbingannya.
Saking susahnya,
terkadang pesan yang dikirimkan hanya dibaca. Tentu itu akan membuat jengkel
mahasiswa ya. Mungkin bapak dan bu dosen memang ingin dimengerti. Perlu disowani
ke kantin langsung, atau di ruang kerjanya, ataupun kita yang harus
menunggu mereka di depan pintu ruang jurusan. Ada pula yang ribet berurusan
dengan pihak TU kampus. Kemudian setelah keribetan-keribetan itulah menyebabkan
suatu keadaan dimana mahasiswa mencapai titik jenuh kemalasan yang amat sangat.
Malas dan jenuh harus selalu mengerti keadaan dosen, TU dan suasana kampus.
Sehingga satu-satunya kunci adalah SABAR. Ya, itulah kunci ampuh untuk
menaklukkan kejenuhan. Selain itu dengan banyak-banyak berdo’a setiap selesai
melakukan sholat. Sholat malam pun jangan sampai ketinggalan. Jika masih belum
lancar juga, Dhuha pun jangan sampai terlewatkan.
Nah, setelah kunci itu
dipegang. Ya, SABAR tadi. Setelah semua proses bimbingan dengan berbagai
liku-likunya terlewati, sampailah saat yang ditungggu-tunggu. ACC seminar dari
DPS ditandai dengan tanda tangan dan tulisan “ACC” di cover proposal dari pak atau bu dosen
pembimbing. Setelah itu barulah mendaftar ke bagian TU jurusan. Setelah waktu
disepakati oleh DPS, kemudian ditentukan oleh jurusan kapan waktu Seminar
Proposal Skripsi. Singkat cerita, seminar sudah terlewati. Dengan berlembur
semalam membuat slide presentasi dan belajar bab 1 penelitian kita. Setelah
seminar, timbul lagi kegalauan dan kebingungan. Mau dibawa kemana penelitian
ini? Akan seperti apakah maunya? Ini problem yang sangat biasa bagi kebanyakan
mahasiswa. Sehingga jika si mahasiswa yang tidak kuat terhadap ‘kegalauan’ ini
akan frustasi berlebihan dan akhirnya skripsi bab 1 itu ditinggal dan
tergeletak di meja atau di dalam tas beberapa hari, minggu, bahkan bulan.
MUNAQOSYAH (SIDANG TUGAS
AKHIR)
Liku-liku dari bimbingan
hingga menuju seminar sudah dilalui. Bahkan fase-fase kegalauan dan kemalasan
pun sudah dirasakan. Begitu pula dengan sifat-sifat DPS serta petugas TU yang
tentu sudah sangat hafal. Tibalah waktu dimana semua yang telah dikerjakan itu
dipertanggungjawabkan. Tulisan ACC dan tanda tangan dari DPS sudah didapatkan,
tentu dengan berbagai keribetan dan lain sebagainya tadi. Itu sudah sangat wajar dan
biasa. Setelah daftar di jurusan, penguji sudah ditetapkan beberapa hari
sebelum sidang dilaksanakan. Biasanya sekitar satu minggu sebelum waktu sidang.
Memasuki ruang dengan modal
tekad dan keyakinan yang sudah dipersiapkan sebelumnya adalah modal utama. Ya,
apalagi coba kalau bukan itu. Karena dengan keyakinan yang mantab bahwa semua
akan lancar dan baik-baik saja itu la yang akan membawa rasa percaya diri
memasuki ruang sidang dan presentasi serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan para penguji. Dengan bertekad baja inilah semua akan baik-baik saja.
Satu lagi. Jangan lupa berdoa. Itulah yang saya alami. Ya, dengan modal tekad
dan yakin itulah.... semua akan baik-baik saja. Tetapi tak hanya itu, jauh-jauh
sebelum hari H usaha di luar dhohir pun tentu telah saya lakukan. Ya, sebagai
anak pondok (katanya) selain lewat jalan bumi, jalan langit pun harus ditempuh.
Hehe..
Persidangan pun dimulai.
Kawan-kawan dari berbagai elemen (ada elemen api, tanah, air dan angin-ngelantur) pun
berdatangan tanpa diundang. Meskipun sepertinya akan berjalan lancar, eh
ternyata terdapat ganjalan dan batu terjal mengganjal kepala. Pertanyaan dan
salah paham antara DPS dengan penguji membuatku ‘kalah’ dan tentu harus
mengalah. Apa yang saya takutkan ternyata terjadi. Namun, anehnya setelah sidang selesai. Nilai
langsung diberikan. Tanpa menunggu revisian, nilai sidang pun sudah bisa
dilihat. Awalnya tak yakin, namun setela melihat nilai yang diberikan dosen,
seakan ada keajaiban. Nilai keluar dengan hasil sungguh di luar dugaan.
Ya, sangat memuaskan. Prasangka baik pun kutujukan langsung kepada Allah dzat yang maha segalanya. Lantaran “jalan langit” yang sudah kutempuh beberapa hari bahkan minggu sebelum sidang itu menjadikan semuanya mudah dan menakjubkan. Ya, itulah keajaiban jalan langit dibandingkan jalan bumi. Hehehe... satu lagi, tepat dua hari setelah sidang saya berulang tahun yang yang ke sekian kalinya sekaligus bertepatan dengan tanggal 1 Muharram atau tahun baru islam. Intinya berkah, berkah dan berkah….
Ya, sangat memuaskan. Prasangka baik pun kutujukan langsung kepada Allah dzat yang maha segalanya. Lantaran “jalan langit” yang sudah kutempuh beberapa hari bahkan minggu sebelum sidang itu menjadikan semuanya mudah dan menakjubkan. Ya, itulah keajaiban jalan langit dibandingkan jalan bumi. Hehehe... satu lagi, tepat dua hari setelah sidang saya berulang tahun yang yang ke sekian kalinya sekaligus bertepatan dengan tanggal 1 Muharram atau tahun baru islam. Intinya berkah, berkah dan berkah….
YUDISUM DAN WISUDA
Ini adalah tangga terakhir
sebelum akhirnya mencapai puncak tujuan. Memakai toga dan berfoto bersama teman
serta keluarga. Menyaksikan pidato-pidato tentang pekerjaan maupun
pengangguran. Ucapan selamat dan do’a-do’a baik dari orang lain. Tangga itu
bernama ‘Yudisium’ yang artinya pemberkasan dan penyerahan tugas akhir kepada
perpustakaan. Baik yang online maupun offline. Dimulai dari Bookmark
skripsi, pembuatan Compact Disk, scan sertifikat-sertifikat pendukung,
dan akhirnya foto untuk pendaftaran wisuda. Biasanya pada tahap yudisium ini
akan banyak melibatkan tukang fotocopyan. Dan harus membayar sedikit mahal, meskipun
sangat mudah dilakukan dan sepele. Ya, namanya saja belum tahu, jadi harus
bayar kan? Hehehe. Alhamdulillah, karena saat itu saya sudah mendapat
ilmu tentang segala yang berhubungan dengan yudisium, maka semuanya jadi lebih mudah
dan murah. Maklumlah, bisa dibilang "Tukang Fotocopy" juga.
Satu pesan bagi yang akan
maupun sedang mengalami proses “nggarap skripsi” ini. Peganglah kuncinya.
“SABAR, TELATEN, dan tempuh JALAN LANGIT jika JALAN BUMI sulit dilalui. Jangan
biarkan ‘makhluk’ yang bernama MALAS itu terus mengahantui dan memburumu. Waktu
tak akan pernah menunggumu. Justru engkaulah yang harus MENGEJAR Si Waktu.
Tetap berprasangka baik terhadap semua dosen dan karyawan fakultas maupun
jurusan. Berperilaku baiklah terhadap mereka, akrabilah dan ajaklah ngobrol.
Karena mereka juga manusia seperti halnya kita.
Sekian. Semoga bermanfaat.... eh,
satu lagi motto dalam Halaman Persembahan saya adalah “JANGAN LUPA BELAJAR !”
SATU KALIMAT DARI USTADZUNA HAMKA MUDA YANG PENUH INSPIRASI DAN MOTIVASI MESKI
SEPERTI TAK PERNAH DIMENGERTI OLEH KEBANYAKAN SANTRI, BAHKAN SANTRI EL-QI. SEKIAN. WASSALAM.
Ditulis pada masa-masa menunggu jadwal yudisium.
Rabu, 01 November 2017
Rabu, 01 November 2017
mantap sanget cah bagus
BalasHapus