Di
kelas, ketika seorang dosen menemukan mahasiswanya yang terlihat malas
menuliskan isi perkuliahan, beliau sering berkelakar.”Bila kamu punya kambing ,
supaya tidak lepas, harus diikat kan?”Apanya yang diikat?”
”Lehernya”, Mereka menjawab.
“Jika kamu punya ayam, supaya
tidak lari, harus diikat apanya?”
“Jika kamu punya kamu tunangan,
supaya tak direbut orang harus diikat apanya?”
Para mahasiswa tak langsung
menjawab. Mereka saling berpandangan dengan mulut sedikit membentuk huruf “U”.
“Jari manisnya”, sang dosen
sendiri yang menjawab. “Nah, ilmu pun harus diikat supaya tak lepas, dengan
apa? Dengan tulisan !”
Kalimat
terakhir yang dipetik dari kata-kata Ali bin Abi Thalib. Ia seorang khalifah
yang sangat rajin menulis. Najhul Balaghoh buah karyanya yang sangat menakjubkan. Dialah
yang memppelopori penulisan harokat Al Qur’an, karena sebelumnya Al Qur’an
“gundul”, tidak ada tanda bacanya, sehingga menjadikan kaum muslimin kesulitan
dalam membca dan mempelajari Al Qur’an.
Karena begitu pentingnya
pikiran-pikiran yang dituliskan Sahabat Ali , sampai Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Ana madinatul ‘lmi wa ‘aliyyun baabuha - aku ini kotanya Ilmu
sedangkan Ali adalah pintunya”.
Mahasiswa
yang mengerti akan arti pentingnya tulisan, setiappndapat tugas menyusun
makalah, selalu meelakukannya dengan senang hati. Ketika kuliah di Oxford
University, Inggris, Benazir Butho, mantan Perdana Menteri Pakistan,
menulis dua buah makalah setiap satu minggu tanpa mengeluh (HU. Pikiran Rakyat,
1998).
Dari
segi Psikologis Belajar, kegiatan menulis sesungguhnya memperxcepat dan
memperkuat perekaman ilmu dalam memori otak. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa bila seorang mahasiswa hanya mendengarkan dosen yang memberI kuliah,
maksimal ilmu yang diperolehnya hanya 10%. Akan tetapi bila selain
mendengarkan, ia juga mencatatnya, maka ilmu yangh didapat dapat mencapai 35%
(Rakhmat, 1990
Mengapa
demikian, hal ini disebabkan karena informasi yang masuk melalui indra
pendengar , hanya mampir di ‘laci’ Memori Jangka Pendek (Short Term
memory-STM) (Latif, 1993)
Karena
begitu pentingnya, bukan hanya manusia saja yang menulis. Tuhanpun menulis, Dia
menuliskan segala rencana kreatifNya dalam kitab yang disebut Lauhul Mahfudz. Dia juga menuliskan pedoman hidup bagi
manusia yang dapat disebut dengan Al-Kitab. Al Kitab berasal dari kata ‘kataba’ yang berarti
Menulis. Dalam ilmu pendidikan, aktivitas menulis merupakan metode
belajar yang sangat efektif. Tuhan tak perlu belajar.
Tetapi manusialah yang
harus belajar. Maka Tuhan memberikan keterampilan menulis kepada manusia. Dia
berfirman: “Dia lah yang mengajarkan manusia dengan Pena” (Q.S Al ‘Alaq:4 )
Ternyata
Tuhan pun penulis juga!
(Mengutip dari buku “Islam
Positif” karya Ayi Sobarna )
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...