BREAKING

Kamis, 20 Februari 2014

Spirit Lebah



Seorang sahabat pernah bertanya, “Bagaimanakah karakter seorang mu’min ya Rosulullah?”
Beliau menjawab : ”Seperti lebah, ia hinggap tanpa menyebabkan ranting patah; ia makan tanpa merusak; dan bila pergi ia sewlalu meninggalkan kebaikan” (HR. Al Bazzar).

Lebah merupakan salah satu hewan yang disebut di dalam Al-Qur’an. Sebagaimana dalam ciptaan Allah, terdapat pelajaran yang sangat berharga. Tetapi pada lebah terdapat pelajaran yang sangat istimewa dan patut kita renungi.

Lebah, dimanapun ia hinggap tak pernah merusak, mereka sangat tahu diri, seakan-akan mereka menganut pribahasa “di mana bumi dipijak di situlah langit dijunjuung”.

Berbeda dengan parasit yang selalu membuat kerugian bagi tumbuhan yang ia tinggalinya, parasit menghisap sari makanan bukan dari usahanya sendiri, sehingga pohon yang didiaminya kurus kering dan lalu mati. Berbeda dengan lebah, yang selalu kerja sama dalam hal mencari makan, saling menolong, kompak, berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

Dalam hal makanan, lebah pun sangat selektif. Mereka tidak mau hinggap di tempat yang kotor. Mereka hanya mau menyantap makanan yang bersih, yaitu sari bunga. Dan tak jarang, ketika mereka selesai mengambil sari bunga, mereka tak hanya meninggalkannya begitu saja, tetapi mereka juga membantu dalam penyerbukan dengan menjatuhkan benang sari di atas kepala putik.

Perpaduan antara kerja keras dan sikap selektif lebah inilah kemudian menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat, yaitu madu. Lalu, apakah madu tersebut untuk mereka sendiri? Tidak, madu tersebut untuk manusia. Inilah pengorbanan yang tanpa pamrih, tanpa mengharap balas jasa. Baginya, hidup menjadi berarti apabila sudah dapat memberikan manfaat bagi sesama.

Masih ada satu lagi keistimewaan lebah, apabila mereka terusik, mereka pasti akan menyengat, mereka akan mengejar pengusik kemanapun ia perginya. Mereka tak kenal henti dalam membela harga diri, di sinilah kehormatan dan kewibawaan berpadu.

Idealnya, setiap pribadi muslim mewarisi karakter lebah ini. Namun karena keterbatasan manusia, lebih banyak diantara kita hanya memiliki salah satu diantaranya. Kepada Abu Bakar ra., Nabi SAW bersabda “Engkau seperti nabi Ibrahim as., yang berkata, ‘Ya Allah barangsiapa taat kepadaku, maka dia termasu kgolonganku, dan barangsiapa durhaka kepadaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dan engkau Umar, engkau seperti Nabi Nuh as yang berdoa, Ya Allah janganlah Engkau sisakan orang-orang kafir itu seorangpun (HR Bukhori).
Rupanya Abu Bakar dan Nabi Ibrahim memiliki sebagian dari karakter lebah itu, yaitu mengeluarkan madu. Sedangkan Umar dan nabi Nuh as  memiliki karakter lebah dalam sengatannya. Lalu, apakah kita lebih banyak mengeluarkan madu atau lebih banyak menyengat?
Semua kembali kepada kita sendiri.
Wallahu A’lam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT