BREAKING

Kamis, 08 Maret 2018

Muhammad Yassir Arafat : Dakwahkan Nila-nilai Pesantren Melalui Social Media


Rintik hujan menemani perjalanan kami menuju sebuah warung kopi tak jauh dari pondok. Setelah beberapa menit, akhirnya kami pun sampai di warung kopi tersebut. Hari itu kami sudah membuat janji dengan salah seorang kenalan yang menginspirasi kami setelah mengisi acara di pondok pesantren beberapa hari yang lalu. Ia adalah Muhammad Yassir Arafat atau lebih dikenal dalam dunia medsosnya Aro Muhammad. Niat kami memang ingin sedikit mengetahui profil teman santri yang satu ini. Terutama dalam bidang media sosial yang belakangan memang sedang booming dan telah menjangkit di kalangan santri. Selain itu pula, dari pribadinya yang semoga dapat diambil nilai nilai positifnya.

Dilahirkan dengan nama asli Muhammad Yassir Arafat. Sekitar dua puluh enam tahun lalu di sebuah daerah di Sidoarjo, Jawa Timur. Setelah tamat SD ia pindah ke Yogyakarta ikut kedua orang tuanya di daerah Pleret, Bantul, Yogyakarta. Akhirnya ia memulai pendidikan pesantrennya di Yayasan Ali Maksum mulai bangku MTs hingga perkuliahan. Selama di pesantren hingga bangku kuliah ia lebih dikenal dengan nama Aro atau Arafat.

Tak jauh berbeda dengan santri-santri lainnya, kewajiban seorang santri ialah mengaji dan mengabdi. Ia pun menjalani kewajiban tersebut. Selain tekun dalam mengaji, ia pun berhasil membuat dunia pesantren menjadi dikenal masyarakat luas melalui media-media sosial yang akhir-akhir ini memang  sedang booming di kalangan anak-anak muda maupun orang tua yang ‘kekinian’. Ia memanfaatkan media Instagram untuk mendakwahkan islam yang rahmatan lil ‘alamiin itu.

Semua berawal dari sebuah keisengan membuat akun Instagram yang konten-kontennya tentang santri. Akun yang ia buat bernama  ala_santri. Saat itu hanya iseng-iseng membuat akun instagram yang memang saat itu belum terlalu dikenal, apalagi oleh kalangan santri. Selain itu pula media Instagram ini belum  support di semua handphne berbasis android. Saat itu masih sebatas handphone  yang mempunyai sistem operasi Iphone. Tepatnya pada awal-awal tahun 2014 yang lalu. Namun lambat laun media sosial berkembang pesat hingga sampai pada sudut-sudut pesantren, apalagi pesantren yang notabene selain nyantri juga menyandang status mahasiswa. Semakin lama semakin 
banyak saja follower akun yang ia buat tersebut dikarenakan konten-konten yang diposting memang bernilai pesantren dan dakwah, yang menarik bagi siapa saja yang melihat gambar atau menonton videonya.

Bermula dari keisengan tersebut, kemudian semuanya menjadi berubah. Media sosial yang awalnya belum begitu dikenal masyarakat luas dan konten-kontennya masih sebatas apa adanya kini akun ala_santri telah memiliki pengikut kurang lebih 35 ribu follower. Kuncinya adalah keistiqomahan dalam memposting konten. Ilmu di pesantren ia terapkan dalam mengunggah konten yang berupa foto-foto hasil editan maupun video tentang santri kreatif tersebut.Saat ini ia selaku admin Instagram ala_santri sudah semakin jauh dalam menggeluti bidang sosial media, terutama Instagram ini. Sehingga ketika saat itu dibentuk sebuah perkumpulan admin-admin santri ia pun diikutkan di dalamnya. Namanya saat itu ialah AIS (Admin Instagram Santri). Saat ini AIS berganti nama menjadi Arus Informasi Santri karena memang media yang dimasuki tidak hanya sebatas Instagram. Namun bisa berupa Twitter, Facebook, Youtube,dan Website. 

AIS sendiri memiliki kegiatan untuk mensosialisasikan mengenai sosial media di kalangan santri. Berdiri pada tahun 2015 dan diresmikan bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Selain itu adanya akun-akun instagram santri supaya masyarakat mengenal lebih dekat dengan dunia pesantren dan bagi para alumni pesantren menjadi ingat pondoknya dulu. Selain mengelola akun Instagram, ia bersama-sama teman admin juga kemudian membuat sebuah buku kumpulan karya teman-teman yang memiliki passiondi dunia tulis menulis. Sehingga terbitlah sebuah buku berjudul ‘Ala Santri.’ Selain itu, produk-produk lain yang berbau santri pun sedang dalam tahap perkembangan. Akun ala_santri memberikan jalan bagi masyarakat luas untuk berkesempatan mengenal lebih dalam kehidupan di pesantren, semisal ada hal-hal unik di dalamnya. 

“Ketika di luar sana orang-orang luar pesantren pernah berkemah beberapa hari saja dan kegiatannya banyak tentang kebersamaan, bayangkan yang di pesantren yang bertahun-tahun hidup 24 jam bersama-sama. Tentu akan membawa kenangan pada setiap orang  yang pernah merasakan mondok  di pesantren”, ungkapnya.

Berkaca mata dengan perawakan  sedikit kurang berisi. Begitulah sedikit gambaran dirinya.  Kini , ia telah mengabdi  di pesantren. Mengajar  di almamaternya, tepatnya di MTs Ali Maksum sambil nyambi kerja pada sore harinya. Meski saat ini ia telah boyong, namun tekad untuk mengabdi  dan menyuarakan pesantren kepada masyarakat luas selalu tertancap kuat di dadanya. Terutama yang ada hubungannya dengan media sosial. Mengakhiri tulisan ini, kami mengutip mottonya “Hargailah proses, meskipun itu sepele”. 

Sekian, semoga dapat menginspirasi. (Ch.LQ)


Selasa, 06 Maret 2018

Oleh: Adnan Nuril A*
"Ketika yang nyata tidak lagi seperti adanya ; nostalgia menemukan maknanya yang sempurna" Jean Baudrillard dalam Semiotext(e), New York, 1981.


Berbicara tentang realitas, belum lama ini lahir satu identitas baru yang ramai digunakan khalayak. Kids Zaman Now, Mom Zaman Now, dan zaman now-zaman now yang lain menjadi identitas baru yang muncul dikarenakan pengaruh dan juga sebagai reaksi atas semakin maraknya globalisasi dan modernisasi melalui penggunaan seperangkat Teknologi Informasi dan berbagai macam produknya yang semakin canggih seperti media sosial.

Bila kita kembali dan memahami lebih dalam ungkapan Baudrillard di atas, kita akan menemukan beragam problematika kemanusiaan yang menjangkiti hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Baik dalam skala politik, sosial, budaya, bahkan aspek kehidupan yang paling intim dan eksistensial dalam diri manusia, yakni IDENTITAS.

Lalu, bagaimana posisi santri di tengah kondisi demikian? Sikap apa yang harus di ambil? Santri Zaman Now, mungkinkah? Problematika inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

1. Social Media, Ambang Batas Identitas.
Satu kata yang menunjukkan ciri manusia yang hidup di era milenium ke-3, Instan. Ya, manusia di awal abad 21 kini sudah mencapai satu titik di mana semuanya ingin diperoleh secara instan. Mulai dari pesan makanan dan minuman, beli pulsa, pesan tiket pesawat, stalking negara sebelah, dan bahkan stalking komplek sebelah pun dapat dilakukan dengan cepat, tepat, akurat, dan higienis. Tentu, semuanya didukung dengan sangat baik dan totalitas oleh teknologi informasi yang selalu memenuhi kebutuhan para konsumen dengan beragam kelebihan yang semakin menarik bagi para penggunanya.

Sebut saja Facebook. Salah satu hasil kemajuan teknologi informasi yang beroperasi pada jaringan dunia sosial besutan Mark Zuckerberg ini sudah mengantongi sebanyak 115 juta penggun aktif di Indonesia dan pertumbuhannya meningkat hampir 40 persen dalam satu tahun (liputan6.com, April 2017). Belum lagi media sosial lain yang sedang berlomba menjaring penggunanya dengan meningkatkan produk semenarik mungkin. Laporan Tetra Pak Index 2017, yang belum lama diluncurkan, mencatatkan ada sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia. Sementara hampir setengahnya adalah "penggila" media sosial, atau berkisar di angka 40% (detikinet, september 2017). Bagaimana, hebat bukan?

Bagi sebagian kalangan (terlebih kalangan neo-kapitalis) keadaan ini tentu sangat menguntungkan. Lalu, bagaimana dengan santri? Apakah mereka juga diuntungkan? Atau justru sebaliknya, tergerus mental dan identitasnya menjadi hamba medsos? Kini, santri sedang mengalami suatu keadaan yang penulis sebut sebagai Dilema Eksistensial. Hal ini terjadi karena santri -sampai pada taraf tertentu- seringkali tidak dapat membedakan batas-batas antara dunia nyata dan dunia maya yang hadir belakangan dan menjadi realitas tandingan atas dunia nyata.

Yang terakhir ini hadir untuk merebut dan menggantikan dunia yang real dengan mengembangkan ilusi, fantasi, dan citra media sosial (yang sejatinya palsu namun tampak nyata) dan membuat batas-batas itu semakin kabur, tidak jelas, atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Sehingga membuat identitas mereka menjadi terombang-ambing, tak menentu, dan sulit menentukan pilihan dan menerima kenyataan, yang sejatinya sudah tak nyata lagi bagi mereka. Konkritnya, secara tak sadar identitas mereka terdistorsi, teralienasi, dan direkonstruksi ulang oleh media sosial (yang dikendalikan neo-kapitalisme) dan akhirnya mencapai satu titik batas akhir yang didominasi oleh keraguan, yakni memilih identitas yang nyata (real identity) atau identitas yang semu (pseudo-identity).

2. Era Baru, Identitas Baru

Mencermati kenyataan demikian, sebenarnya santri dituntut untuk bisa mengatasi problematika kehidupan. Lebih-lebih menentukan sikap yang tepat atas identitasnya yang kini secara terang-terangan direbut dan di ambil alih secara paksa oleh industri media sosial. Tidak semestinya kita terpesona dan terlena. Kita harus bangun, menggugat kembali kesadaran yang telah dijarah, direbut, dan dipermainkan oleh kalangan neo-kapitalisme. Kita harus mengumpulkan kembali puing-puing identitas yang tersebar di dunia citra (media sosial) yang bersifat dangkal dan banal. Tentu, upaya ini membutuhkan tenaga yang sangat besar. Setidaknya ada dua konsekuensi yang dihasilkan, yakni kematian dan kebangkitan identitas.

Yang pertama, dipahami sebagai melepaskan, meninggalkan, dan membiarkan runtuh dan hancur identitas yang dimilikinya. Hal ini terjadi karena mereka sudah terlanjur nyemplung dan tidak memiliki kekuatan untuk mentas. Ia kehilangan, tidak memiliki lagi, atau bahkan menolak pondasi (anti-fondational) identitas yang telah di ambil alih oleh produk citra (media sosial).

Yang kedua, dipahami sebagai upaya mengambil alih dan mengendalikan secara utuh kesadaran dengan melenyapkan kekuatan yang dikendalikan oleh dunia citra (media sosial), yang dengannya dapat menembus batas dan mengambil alih kendali antara yang nyata dan maya, lalu membangun kembali pijakan-pijakan dasar (fundamental ground) dan menempatkan identitas itu pada kedudukan asalnya (origin). Namun demikian, identitas itu sudah tidak sama lagi dengan kondisi awal, dalam artian sudah mengalami perubahan-perubahan yang di akibatkan oleh media sosial (efek dunia citra). Bentuk inilah yang kemudian menjadi bakal identitas baru, yang merupakan hasil dari penyesuaian-penysuaian terhadap dunianya yang baru.

3. Menjadi Santri Otentik

Menjadi otentik adalah dambaan seluruh manusia, begitu pula dengan santri. Menjadi otentik, berarti meletakkan identitasnya pada tempatnya. Yang pas dan berkarakter khas, Karakter Santri. Apa yang khas? Berikut penjelasannya.

Otentik ala santri adalah dunia santri yang tidak mau menjadi dunia mereka. Artinya, santri harus menolak standar-standar umum masyarakat yang menjadi "kebiasaan" (yang sengaja dibentuk dan dibiasakan oleh citra media sosial). Namun, diri otentik ini tidak dapat disamakam dengan diri yang anarkis, yakni menolak secara tegas segala otoritas, norma, dan nilai-nilai umum. Otentisitas masih sangat bergantung keotentikannya pada dunia di mana santri hidup dalam skala sosial-normatif, yaitu keluarga, suku, bahasa, agama, ras, dan bangsa yang mendahului eksistensi seorang santri. 

Otentik tidak berarti diri yang menyendiri (solitaire). Oleh karena otentik itu memerlukan pengakuan. Artinya, keotentikan hanya mungkin dialami dalam bingkai sosial, yakni lewat pengakuan sosial. Ia akan mengalami suatu relasi sosial yang lebih luas dengan cara berbicara tentang keunikan, identitas, dan keotentikan yang dimiliki oleh orang lain. Santri itu tahu dan paham betul, kalau Islam itu rahmatan li al-'alamin. Karenanya ia bisa merangkul seluruh elemen kehidupan (semesta) secara seimbang. Baik kehidupan yang nyata dan yang maya. Ngunu yo ngunu, ning ojo ngunu. Nostalgia (nyata maupun maya) itu boleh, tapi pahamilah bahwa ia tidaklah sempurna, dan kalau berlebihan juga bikin sakit, apalagi kalo udah sampe ke hati, susah ngobatinnya.

Menjadi santri otentik di tengah globalisasi dan modernisasi teknologi informasi, kenapa tidak??

*Santri Kelas Alfiyyah 2 PPLQ dan
Alumni Jurusan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Senin, 05 Maret 2018

Ketika Sang Takdir Menjawab


Mentari pagi menyapa mesra penduduk bumi. Menyusup di antara ranting-ranting pohon Mangga yang masih hijau. Tetesan embun pagi pun masih menempel di dedaunan taman depan masjid putra. Seperti biasanya, dua orang santri putri membuang sampah ke belakang asrama. Satu-satunya akses menuju belakang asrama adalah dengan melewati sebuah gang yang masih wilayah santri putra. Aku baru saja selesai sorogan dengan Ustadz Tofa di masjid. Aku pun berniat menuju kamar. Tiba-tiba di gang tersebut langkahku mendadak terhenti.

MasyaAllah…… Subhanallah...
Dia tersenyum kepadaku. “Setidaknya senyuman manisnya itu memberikan secuil harapan”, batinku dalam hati. Dengan tanpa basa-basi aku pun membalas senyumannya. Tiba-tiba, Rudi pun menepuk punggungku dari belakang. 
“Hayo… lagi liatin siapa?“ 
“Nanti aku ceritain”, jawabku padanya. 
Keesokan harinya, aku pun langsung mengajak Rudi pergi ke angkringan ‘Mbahe’ biasanya. Setibanya di sana, Rudi pun menyapa.
“Gimana bro, katanya mau cerita?”
“Ya nih, begini Rud, tahu nggak... Nuzula itu loh… Dia manis kan? 
Hayoooo jujur, hehe…”, aku terkekeh.
“Ya emang manis, kenapa emang?”, Rudi menanggapi santai.
“Entah kenapa ya, tanpa sengaja aku melihatnya tersenyum padaku, itu loh ketika Aku pulang dari masjid kemarin…”
“Mungkin suka kamu.. kejar aja bro.., jarang-jarang loh dapat cewek semanis dia..”, tiba-tiba nadanya  berubah semangat.
“Ya Aku juga sebenarnya udah suka lama lho, sama dia..., suka lahir batin deh... heeee…”, entah kenapa tiba-tiba rasa bahagia menyusup dalam hatiku.
“Semangat …..kejar dia terus kawan”
“Siap bro… bantuin Aku ya…”
“Ok.. Siap,,, aku bantu sebisa aku dan selalu dukung deh, Kamu kan teman baikku…..”, jawab Rudi, sepertinya sangat serius.

Kami pun akhirnya mengakhiri obrolan di angkringan biasa kami nongkrong itu. Dan pulang ke pesantren dengan sejuta rasa.

***

Keesokan harinya, di persimpangan jalan menuju pulang, Aku pun dikagetkan dengan Nuzula yang sedang berjalan bersama temannya. Tanpa sengaja Aku pun menatapnya dan tersenyum padanya. Dia pun membalas senyumanku. “ MasyaAllah… mimpi apa semalam”, hatiku berdesir hebat. Setalah kejadian ini Aku pun semakin yakin bahwa dia pasti menyimpan perasaan denganku. 
Akhirnya aku pun memberanikan diri mendekati dengan berbagai cara untuk mengetahui perasaannya.
“Eh Rud, besok ikut sholawatan yuk? Kayaknya besok dia datang deh.. jarang-jarang loh Habib Syech datang ke sini”, ajakku pada Rudi suatu hari.
Malam harinya pun kami langsung berangkat menuju lokasi. Setibanya di sana, Rudi pun menepuk punggungku, “Sssstttttt…wah manisnya senyumannya bro..” 
“Emang siapa Rud? Ya itu, si dia kamu sukai. 
“Wah Rud, jangan ngeliatin terus nanti kena pelet lagi, senyumannya kan mengandung hipnotis”, candaku padanya.

“Wah kenapa dengan hatiku ini? Perasaan yang tak menentu pun selalu membayangi tiap langkahku.. Apakah ini yang dinamakan cinta sejati? Tapi bagaimana dengan perasaanya? Samakah perasaaanya denganku ataukah sebaliknya”, gumamku dalam hati. Keesokan harinya, Aku pun mengajak Rudi tuk memberanikan diri menemuinya, dan  mengungkapkan apa yang aku rasa selama ini.

Akhirnya, di Bulan spesial, tepatnya tanggal 1 Muharram yang berbarengan dengan tahun baru Islam, Aku pun memberanikan diri untuk menemuinya. Sebelumnya pun Aku telah menyuruh Rudi untuk menghubunginya. Hari demi hari pun terlewati, dengan bantuan Rudi Aku pun berangkat menuju alun-alun untuk menemuinya dan mengungkapkan segala persaan Aku yang telah lama kupendam. Sebuah resiko besar bagi seorang santri biasa sepertiku.

Setibanya di sana, dengan ditemani keramaian malam dan indahnya petasan, Aku pun mendekatinya. Dengan jantung dag dig dug disertai muka pucat, Aku pun mencoba mengungkapkan rasa dan keseriusan ini. 

“Nuzula…,” perlahan aku memulai percakapan. “Kita kan sudah sama-sama dewasa, tujuanku menemuimu hanya ingin mengungkapkan perasaanku dan keseriusanku tuk menjalani hubungan lebih dari sekedar pacaran. Maukah kamu menjadi sosok bidadari dalam hatiku dan kehidupaaku? Aku yakin kamu kaget dengan ungkapanku ini, tapi percaya lah Aku selalu menjagamu dan menyangimu semampuku.”

Nuzula pun menjawab dengan senyuman khasnya, Manis. “Kamu tahu nggak ? Ketika itu, Aku pun sudah menaruh hatiku padamu. Tapi maaf sebelumnya, untuk sekarang hatiku sudah menjadi milik orang lain. Untuk sekarang dan selamanya. Karena sudah ada sosok laki-laki yang sudah memberanikan diri datang ke rumahku dan menemui orang tuaku”.
Bagai petir menyambar tubuhku di siang bolong. Hatiku hancur berkeping-keping. Pupus sudah harapan bersanding dengannya. Mengarungi samudera kehidupan. Cinta yang kuanggap suci ini ternyata memilih takdirnya sendiri. Hati tak bisa memaksakan takdir. Bila memang jodoh, pasti Allah akan mempertemukan dengan seseorang yang tepat dan di saat yang tepat pula. Tak harus dengan pemilik nama Siti Firdaus Nuzula itu. Yaa muqollibal qolbiy tsabbit qolbiy ‘alaa diinik. Mantabkan hati ini untuk selalu dapat menjalani ketentuanMu Ya Robb......

Sabtu, 20 Januari 2018

Menilik Profil Media LTN PWNU DIY, 'bangkitmedia.com'

Logo Bangkitmedia.com

A.      Sekilas Tentang Website Bangkitmedia.com
1.      Latar Belakang Pembuatan Website
Adanya Website Bangkitmedia.com tidak terlepas dari beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Beberapa faktor tersebut yaitu Pertama, karena banyaknya kalangan yang tidak bisa mengakses majalah versi cetaknya (Majalah Bangkit), maka Website Bangkitmedia.com ini hadir dan menjadi alternatif bagi mereka yang tidak sempat atau tidak bisa berlangganan media cetak yang telah ada sebelumnya. Selain itu pula faktor kesibukan kalangan menengah ke atas menyebabkan tidak sempatnya membaca versi cetak dan lebih sering menggunakan gadget dan melalui sosial media yang mereka miliki.
“... Majalah Bangkit itu kan baru tersedia dalam versi cetaknya, sementara banyak kalangan yang ingin mengakses ke situ karena tidak punya majalahnya.”[1]
Kedua, dikarenakan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju ditandai dengan menjamurnya gadget dan media sosial di mana-mana, khususnya gaya hidup anak muda dan bahkan hampir semua kalangan pun sudah menggunakan media sosial dalam kesehariannya, maka Majalah Bangkit tertarik mengikuti tren tersebut. Sehingga membutuhkan media yang bisa dibaca melalui medsos.
“... terkait dengan perkembangan teknologi informasi, bahwa sekarang adalah era gadget dan medsos dengan semua perlengkapannya, maka mau tidak mau kita pun harus mengikuti tren itu ya, sehingga membutuhkan media yang terbaca di medsos, kalau Bangkit cetak kan tidak bisa. Sehingga kita membuat Bangkitmedia.com sebagai kepanjangan tangan dari Majalah Bangkit.”[2]
Ketiga, dikarenakan Majalah Bangkit yang versi cetak sudah tidak mampu lagi menampung berita dari warga  NU, khususnya di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan waktu terbit yang hanya setiap bulan sekali dan ruang yang disediakan pun sangat terbatas. Sementara dari kalangan NU sendiri menginginkan adanya media baru yang lebih cepat dan praktis dibandingkan dengan majalahnya. Meskipun keunggulan dari media cetak sendiri lebih nyaman dan santai untuk dibaca. Namun versi digital memiliki keunggulan ruangnya yang lebih luas dan tak terbatas.
“... karena majalah sudah tidak bisa menampung berita-berita dari warganya, halaman terbatas, waktu terbit juga cuma bulanan, sementara perkembangan terkini jamaah menginginkan untuk segera dipikirkan. Maka dibutuhkan media yang bisa update harian. Dari situlah kemudian lahir bangkitmedia.com ini.”[3]
Terakhir, semakin lama anggota Majalah Bangkit banyak yang ingin berkiprah dalam dunia tulis menulis. Mereka mempunyai kreatifitas, sumber daya dan potensi yang baik. Sedangkan ruang untuk menampung kreatifitas di Majalah sendiri sangatlah terbatas. Sehingga kehadiran website diharapkan menjadi solusi untuk menampung kreatifitas anggota Majalah Bangkit tadi. Sehingga Website Bangkitmedia.com secara tidak langsung menjadi wadah kaderisasi bagi kaum muda yang ingin menuangkan ide-ide kreatifitasnya.
“... semakin lama anggota Bangkit itu semakin banyak yang ingin berkiprah, jadi temen-temen muda banyak yang ingin bergabung. Nah, mereka punya kreativitas dan memiliki sumber daya dan potensi, sedangkan kita di Majalah Bangkit terbatas space-nya dan kita menginginkan agar potensi mereka tertampung. Maka kemudian mereka kita berdayakan di Bangkitmedia.com itu. Jadi Bangkitmedia.com ini selain menjadi Website, juga menjadi wadah kaderisasi untuk menjadi reporter atau wartawan di Majalah Bangkit.”[4]
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, kebetulan ada salah satu anggota Majalah Bangkit yang aktif di LPTI (Lembaga Pengembangan Teknologi dan Informasi), sebuah lembaga yang bergerak dalam pengembangan Teknologi dan Informasi sehingga ide mempunyai website pun terwujud. Selain itu, dukungan dari teman-teman LPTI Mataram juga menjadi dorongan semangat anggota bangkit untuk membuat sebuah website. Website Bangkitmedia.com merupakan pengembangan dari versi cetaknya. Website Bangkitmedia.com kemudian diresmikan pada tanggal 17 Desember 2016 saat Konferensi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY yang ke 14 di Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad Wonosari Gunungkidul.
Konten yang ada pada website sendiri tidak berpengaruh terhadap oplah cetak yang telah ada sebelumnya. Sehingga konten yang ditulis pada majalah dapat diterbitkan lagi pada website dengan bahasa yang berbeda sesuai dengan gaya kepenulisan pada media online. Hal ini dikarenakan tulisan-tulisan pada website cenderung porsinya lebih sedikit dan terkesan praktis. Dengan adanya website ini pun tidak membuat versi majalah menjadi menurun jumlah pelanggannya, akan tetapi justru pelanggan akan lebih mengenal majalah bangkit melalui media website tersebut. Pelanggan yang membeli majalahnya justru akan merasa bangga ketika memiliki majalah di rumahnya.[5]
Fungsi website sebenarnya sangat banyak dan bermacam-macam tergantung tujuan dan jenis website yang dibangun. Namun secara garis besar dapat berfungsi sebagai media promosi, pemasaran, informasi, pendidikan, dan komunikasi.[6] Website Bangkitmedia.com sendiri lebih menekankan kepada fungsi website sebagai media pendidikan dan informasi namun juga secara tidak langsung menjadi media promosi bagi media NU kepada khalayak luas.
2.      Visi dan Misi Website Bangkitmedia.com
Visi dan misi Website Bangkitmedia.com sendiri tidak jauh berbeda dengan Majalah Bangkit versi cetaknya. Adapun visi dan misinya adalah sebagai berikut :
Visi        : Menjadi media kebanggaan bangsa Indonesia dalam menyebarkan rahmat Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Misi  :    1. Tampilnya Majalah Bangkit sebagai media komunikasi dalam mendiskusikan  Islam yang rahmat Ahlusunnah Wal Jamaah.
              2. Tampilnya rubrikasi Majalah Bangkit yang menampilkan wacana alternatif yang  mencerahkan bagi masyarakat.
Pada dasarnya visi dan misi website tidaklah berbeda dengan majalah yang telah ada sebelumnya. Hanya saja ada tujuan yang lebih spesifik dengan adanya media online ini adalah agar lebih menjangkau masyarakat lebih luas lagi dan dapat menjembatani kalangan atas dengan bawah.
“... dengan adanya website ini diharapakan dapat lebih menjangkau masyarakat luas, kemudian menjembatani orang-orang NU di bawah agar kegiatan-kegiatannya lebih bisa dibaca oleh semua kalangan. Sehingga orang NU yang di bawah itu menjadi bangga menajadi NU karena bisa terhubung dengan semua level, kegiatannya bisa terbaca dan menjadi perekat antara yang tua dan yang muda. Karena kegiatan anak muda bisa diketahui oleh mereka yang tua dan kalau ada apa-apa bisa komunikasi. Jadi menjadi jalan komunikasi antara yang muda dan yang tua.”[7]

3.      Alamat Redaksi  Website Bangkitmedia.com
Website Bangkitmedia.com secara resmi beralamatkan di Gedung PWNU DIY Jl. MT. Haryono No. 41-42 Yogyakarta dengan alamat email redaksinya redaksi@bangkitmedia.com. Meskipun beralamatkan secara resmi di sana, namun rapat lebih sering diadakan di base camp anggota pengurus majalahnya atau di luar Gedung PWNU DIY dalam situasi santai.
Selain memiliki website, untuk meluaskan penyebaran informasinya, Bangkitmedia.com juga memiliki beberapa media sosial selain website seperti Twitter, Instagram, dan Facebook. Alamat Facebook bisa dicari dengan nama “Bangkitmedia.com”, akun Instagramnya ialah “bangkit.jogja “ sedangkan untuk akun Twitternya adalah “bangkitmedia” atau “@bangkit_nujogja”.
Dengan adanya media-media selain website ini, akan semakin mempermudah dalam penyebarluasan informasi dan tulisan-tulisan yang dibuat para anggotanya. Sehingga Bangkitmedia.com akan semakin dibaca tulisan atau gagasan-gagasannya mengenai islam rahmatan lil alamiin di kalangan luas.
Untuk akun Instagram yang dimiliki bangkitmedia sendiri saat penelitian ini ditulis sudah mencapai kurang lebih 1.255 pengikut dengan jumlah postingan mencapai 152 buah.
Akun twitter yang dimiliki oleh Bangkitmedia hingga saat penelitian ini ditulis sudah memiliki 443 pengikut dengan tweet 485 dengan berbagai tulisan yang diunggahnya.
Fanspage atau halaman  facebook yang dimiliki Bangkitmedia memiliki nama Bangkitmedia.com. Fanspage  ini memuat juga informasi mengenai berbagai aktivitas atau tulisan-tulisan yang telah dimuat pada website. Dengan gambar sampulnya adalah tampilan website menambah kesan bahwa fanspage tersebut dibuat untuk memperluas Bangkitmedia versi online-nya.
4.      Logo Website Bangkitmedia.com
(lihat di gambar)

5.      Sistem Pengelolaan dan Sistem Kerja Website
Secara umum pengelolaan website atau Majalah Bangkit versi online-nya dengan versi cetaknya sendiri sebenarnya tidaklah jauh berbeda. Hanya saja sedikit berbeda pada sistem kerjanya. Jika pada versi cetaknya terbit setiap bulan sekali maka pada versi digital (online) berita atau tulisan-tulisan yang dimuat terbit setiap 2 (dua) hari sekali. Sedangkan konten atau rubrikasi yang ada pula berbeda dengan versi cetaknya. Selain itu pula, jumlah tulisan pun berbeda. Jika pada versi cetak lebih banyak, sedangkan di versi online nya terbatas. Dikarenakan ciri dari media online adalah kepraktisan tulisan, maka tulisan pada pada versi online nya lebih padat dan ringkas dengan gaya semi ilmiah namun tetap santai tanpa mengurangi ciri khas pada tulisan pesantren dan aswaja.
“... Begini, kalau Majalah Bangkit itu kan nuansanya lebih ke semi ilmiah, sedangkan kalau bangkitmedia itu pembacanya online, tulisannya pendek-pendek maka kita lebih kepada desain populer. Karena kebanyakan di bangkitmedia itu adalah pemberitaan, maka kesannya tidak terlalu serius yang penting pembaca tahu intinya apa. Kalau ingin melihat yang lebih serius, maka baca di majalahnya itu. Terus kalau di majalah kan tematik, kalau di Bangkitmedia lebih update sesuai peristiwa yang sedang terjadi. Intinya mengejar target berita setiap dua hari sekali.[8]

6.      Pembagian Kerja (Job Description) Pengelola Website
Sedikit berbeda dengan versi cetaknya, dalam hal pengelolaan dan pengembangan Website Bangkitmedia.com, pimpinan redaksi membagi wilayah kerjanya menjadi  sebagai berikut :
a.    Tim Konten (Content Team)
Pada tim konten ini terdiri dari beberapa orang yang bertugas sebagai wartawan dan fotografer. Tugasnya tidak jauh berbeda dengan sistem kerja jurnalis pada umumnya yang meliputi pencarian berita hingga penerbitan sebuah tulisan di website. Anggota yang termasuk dalam tim ini antara lain Fatkhul Anas, Muhammadun, Nur Rokhim, Sholikin, Elissa, Wahid, Yeni, Nurul, Rillo, Yuni, Ajub, Yayan, dan Hilman.
b.    Tim IT (Information and Tecnology Team)
Tim IT bertugas untuk mengelola dan mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan website. Adapun yang bertugas pada bagian ini berjumlah 3 orang yaitu Hilal, Taufik, dan Danuji yang juga ikut dalam LPTI (Lembaga pengembangan Teknologi dan Informasi) Pelataran Mataram Yogyakarta.
c.    Tim Buzzer (Buzzer Team)
Sedangkan Tim Buzzer sendiri berjumlah 2 orang yang bertugas mengurusi promosi dan mengelola akun media sosialnya yang meliputi twitter, facebook, dan Instagram. Pada bagian ini lebih banyak ditugaskan kepada bagian IT dan desain grafisnya, yaitu Hilal dan Danuji.
7.      Kerja Sama Website Bangkitmedia.com
Untuk mengimbangi media radikal yang saat ini sedang gencar dalam memaksimalkan media sebagai media dakwah mereka, Bangkitmedia.com mengembangkannya dengan membagi tiga sistem di atas. Selain itu juga dengan memaksimalkan media sosial yang ada serta bekerja sama dengan LPTI (Lembaga Pengembangan Teknologi dan Informasi) Pelataran Mataram Yogyakarta agar ratingnya dapat naik dan dapat dibaca oleh banyak orang.
Selain anggota dari Bangkitmedia.com sendiri, tulisan-tulisan pun berasal dari para kontributor di luar anggota pengurus website. Para kontributor dapat mengirimkan tulisannya berupa berita, opini, ngaji, dan wawancara dengan mengirimkannya ke email Bangkitmedia.com. Jika memang tulisan memenuhi kriteria maka akan dimuat di website. Kontributor tulisan untuk website sendiri berasal dari berbagai daerah di luar dan dalam Pulau Jawa yang meliputi Yogyakarta, Semarang, Lampung, Jabodetabek dan Solo Raya. Para kontributor ini juga ada yang dari pelajar tingkat SMA hingga jenjang perkuliahan. Bangkitmedia.com pun tidak membatasi bagi siapa saja yang ingin menulis untuk ikut serta dalam memajukan media NU dan agar giat dalam menulis, ikut serta mensyiarkan dakwah yang ramah dan santun sebagaimana prinsip Agama Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamiin.
8.      Kegiatan Diskusi Pengembangan Website
Kegiatan diskusi pengembangan website sendiri lebih banyak dilakukan secara non formal dan dalam situasi santai atau melalui sosial media whatsapp dikarenakan kesibukan para anggotanya di luar sangat beragam. Sedangkan kegiatan rutin formal dilakukan setiap satu bulan sekali di base camp pemimpin redaksi Majalah Bangkit. Anggota yang hadir pun tidak setiap pertemuan dapat hadir semua. Hal ini dikarenakan kesibukan yang berbeda-beda pada setiap anggotanya.
“...karena kesibukan temen-temen yang berbeda-beda, sehingga kita lebih banyak mengadakan pertemuan nonformal seperti menggunakan media Whatsapp. Kadang pertemuan juga bisa di warung kopi, base camp. Kita juga sangat jarang ketemu di kantor PW. Bahkan hampir tidak pernah, karena kalau kantor resmi itu tidak biasa.”[9]

9.      Bentuk dukungan dari PWNU DIY
Bangkitmedia.com merupakan bagian atau cabang dari Lembaga Penerbitan dan Publikasi PWNU DIY. Lebih tepatnya di bawah Lembaga Ta’lif Wa Al Nasyr (Lembaga yang membidangi urusan penerbitan dan publikasi). Website Bangkitmedia.com sendiri merupakan media baru yang berada di bawah LTN NU PWNU DIY, di samping Majalah Bangkit yang telah dulu ada sebelumnya.
Saat ini di bawah PWNU DIY memiliki lembaga baru yaitu Komisi Media yang bekerja sama dengan Website Bangkitmedia.com sebagai sarana informasi dari PWNU kepada masyarakat. Maka Bangkitmedia.com ini menjadi media resmi dari PWNU DIY. Komisi Media ini beranggotakan para wartawan dari berbagai surat kabar di Yogyakarta baik online maupun cetak. Bentuk dukungan dari PWNU DIY sendiri, dalam hal ini ditugaskan kepada bagian Komisi Media adalah untuk menjembatani antara khalayak umum dengan media PWNU (Bangkitmedia.com). Sehingga pemberitaan yang ada di masyarakat dapat difilter oleh Komisi Media yang kemudian diteruskan oleh Bangkitmedia.com.
Selain itu pula anggota bangkitmedia notabene adalah warga Nahdliyin. Sehingga dengan adanya kerja sama antara Komisi Media dengan Website Bangkitmedia ini diharapkan berita-berita maupun segala informasi mengenai NU dapat dikomunikasikan dengan baik. Selain itu pula kehadiran Komisi Media ini menjadi jembatan antara NU dengan media-media lain, baik dalam skala lokal ataupun nasional.
Kelemahan yang ada pada Website Bangkitmedia.com sendiri adalah masih terbatasnya resource yang dimiliki karena masih bersifat hosting, belum memiliki server sendiri. Dengan terbatasnya kapasitas resource tersebut, menyebabkan kelambatan loading ketika user mengunjungi websitenya. Selain itu pula dalam hal updating tulisan yang belum maksimal dan ajeg membuat mesin pencari menetapkan Website Bangkitmedia.com masih berada pada indeks bawah.
“... di Bangkitmedia itu resourse-nya masih kecil sehingga terbatas untuk akses orang. Jadi kita itu kan belum punya server, masih hosting. Sehingga resource-nya cenderung kecil. Resource itu bisa diibaratkan kurang lebih sumber daya sebuah website ”.[10]

10.   Susunan Redaksi Wesbite Bangkitmedia.com
Di dalam menjalankan roda kepengurusan website, Website Bangkitmedia.com tentunya memiliki susunan atau struktur kepengurusan agar sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik. Adapun mengenai kepengurusan dalam website ini dikepalai oleh Pimpinan Redaksi di bawah pengawasan Lembaga Ta’lif Wa Al Nashr Nahdlatul Ulama (LTNNU) PWNU DI. Yogyakarta. Sedangkan Pimpinan Redaksi sendiri memiliki beberapa bawahan yang juga bertugas membantu keberlangsungan kepengurusan dan pengelolaan website. Berikut adalah susunan redaksi lengkap Website Bangkitmedia.com.












11.  Desain dan Isi Wesbite Bangkitmedia.com
Kemenarikan sebuah website salah satunya adalah terletak pada tampilannya, meskipun sisi lain juga perlu diperhatikan, seperti isi tulisan misalnya. Jika dari sisi tampilan menarik, tentu pembaca akan bersemangat untuk melihat website tersebut. Setelah itu pembaca akan memulai melihat isi tulisan lalu membacanya. Sebenarnya untuk tampilan di Website Bangkitmedia.com sendiri tidak terlalu memerlukan dan mementingkan hal tersebut dikarenakan media NU seperti Bangkitmedia.com merupakan media komunitas yang sudah memiliki pasarnya sendiri. Pasarnya tidak lain adalah warga nahdliyin itu sendiri. Karena memang kehadirannya yang ditunggu oleh mereka. Akan tetapi meskipun begitu Bangkitmedia.com tetap berusaha untuk membuat tampilan website yang enak dibaca dan terlihat lebih dinamis sehingga pembaca atau pengunjung dapat menikmati tulisan yang sedang dibacanya dengan nyaman.
Untuk pemilihan warna yang digunakan, Website Bangkitmedia com pun tidak menggunakan warna hijau seperti kebanyakan atribut Nahdlatul Ulama yang telah ada. Warna yang digunakan lebih dominan pada warna merah dan putih sehingga terlihat lebih kepada sikap nasionalisme. Hal ini dikarenakan salah satu visi dari Bangkitmedia.com adalah visi keindonesiaan. Selain dari tampilan dengan tema sedemikian rupa, tentu faktor lain pun dipertimbangkan. Seperti tema yang digunakan hendaknya tidak terlalu rumit sehingga dapat lebih mudah untuk diakses. Penggunaan template desain tampilan dengan akses yang praktis dan tidak menggunakan atribut yang bermacam-macam tentu akan membuat nyaman pembaca.
Berbeda halnya jika template dengan tema yang berat, yang justru akan membuat kenyamanan pembaca menjadi terganggu karena berpengaruh pada pemuatan (loading) halaman website. Oleh karena itu Website Bangkitmedia.com memilih densain yang elegan, praktis, dan mudah diakses. Memang tidak ada kriteria khusus dalam pembuatan tampilan Website Bangkitmedia.com ini, namun yang terpenting adalah harmonisasi warna yang membuat nyaman dipandang. Meskipun tidak menggunakan warna hijau yang menjadi ciri khas warna NU.
Karakteristik tampilan yang ada pada Website Bangkitmedia.com sendiri terletak pada logo Bangkitmedia.com yang terletak pada bagian paling atas dan tengah. Kemudian menu-menu terdapat di bagian kiri atas. Sedangkan atribut lainnya seperti menu untuk pencarian terletak pada bagian kanan atas, iklan terletak di bagian bawah, dan atribut atau konten pendukung lainnya.
Di bawah ini adalah tampilan beserta menu-menu serta konten yang ada pada Website Bangkitmedia.com.


12.  Rubrik-Rubrik pada Website Bangkitmedia.com
a.      Rubrik Berita
Tidak jauh berbeda dengan tulisan berita pada media-media lainnya, rubrik berita pada Website Bangkitmedia.com ini pula memenuhi kriteria dalam penulisan berita pada media online. Seperti keringkasan tulisan dan informasi serta bahasa yang praktis dan tidak bertele-tele.
b.      Rubrik Ngaji
Pada Rubrik Ngaji, tulisan di dalamnya membicarakan tentang keislaman dan kepesantrenan serta hadits maupun Al-Qur’an yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
c.       Rubrik Budaya
Pada rubrik ini membahas mengenai budaya-budaya di daerah, khususnya di sekitar Yogyakarta sendiri. Banyak budaya yang masih berkaitan dengan keislaman yang tentu sangat menarik untuk dibahas. Pada rubrik inilah segala hal tentang budaya daerah disajikan.
d.      Rubrik Opini
Rubrik opini ini tulisan berupa opini-opini atau pandangan seseorang mengenai berbagai hal tentang keislaman dan keindonesiaan. Pada rubik inilah pembaca bisa mengirimkan tulisannya kepada redaksi melalui surat elektronik (email) dengan alamat yang sudah tertera di websitenya. Tulisan pada rubrik ini dapat dalam lingkup lokal di Yogyakarta maupun nasional.
e.       Rubrik Pesantren
Pada rubrik ini tulisan yang ada berupa tulisan mengenai berbagai hal tentang pesantren. Baik itu kegiatan-kegiatan yang sedang diadakan oleh pesantren maupun berbagai serba-serbi di pesantren seperti kegiatan mengaji, berbagai event, dan tentang keilmuan yang ada di pesantren.
f.       Rubrik Jenaka
Rubrik ini berisi tulisan humor-humor ringan mengenai keislaman dan ke-NU-an. Terkadang juga tentang hal-hal yang ada di pesantren yang terkadang lucu dan menggelikan. Terkadang bersifat kisah nyata, namun juga terkadang hanya fiktif belaka dengan gaya penulisan khas pesantren.
g.       Rubrik Sains
Pembahaan pada rurik ini meliputi teknologi dan informasi maupun isu-isu tentang keilmuan modern yang sedang berkembang. Baik itu dari kalangan umum maupun dari kalangan santri yang berprestasi dalam bidang teknologi dan sains.
h.      Rubrik Perempuan
Rubrik yang khusus membicarakan masalah keperempuanan. Baik itu tentang peran seorang perempuan di masyarakat, bangsa, dan agama maupun mengenai tokoh-tokoh perempuan yang berjasa bagi agama dan negara.
i.        Rubrik Wawancara
Rubrik ini berisi hasil wawancara tokoh-tokoh NU maupun pemerintah yang kaitannya dengan keislaman dan keindonesiaan. Baik dalam lingkup lokal DIY maupun nasional. Selain wawancara juga terdapat tulisan yang berasal dari pidato tokoh mengenai isu-isu keislaman dan keindonesiaan.

                 B.  Sekilas Tentang Pengelola Website Bangkitmedia.com
1.    Latar Belakang Pendidikan Anggota
Mayoritas pendidikan anggota merupakan lulusan berbagai perguruan tinggi di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Tetapi ada pula yang lulusan dari Sekolah Kejuruan yang memang sudah mengambil jurusan pada bidang IT yang juga melanjutkan pendidikan pada jenjang perkuliahan di Yogyakarta. Selain itu pula, kesibukan di luar kepengurusan website pun berbeda-beda. Ada yang berprofesi sebagai guru, dosen, bekerja, maupun masih dalam jenjang perkuliahan. baik S1 maupun S2.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Pendidikan Terakhir Anggota
No.
Nama
Pendidikan Terakhir
1
Fathul Anas
S1
2
Muhammadun
S2
3
Nur Rokhim
S1
4
Sholihin
S1
5
Ahmad Danuji
S1
6
Wahid Hsyim
S1
7
M. Hilal Imamudin
SMA
8
Elissa
S1
9
Ficky Taufiqurrohman
S1
10
Yeni Suryaningsih
SMK
11
Hilman Fauzi
SMA
12
A.    Lailatus Sibyan
SMA
13
Nurul Wahida
S1
14
Taufik Ade Surya
S1



                                                                                                                 





                                           




Sumber : Pertanyaan wawancara nomor 42
2.    Kegiatan Diskusi dan Rapat Mengenai Website
Diskusi dan rapat rutinan mengenai pengelolaan website biasanya diadakan di base camp anggota, bertempat di Masjid Az-Zahrotun yang berlokasi di daerah Banguntapan, Bantul, DIY. Karena selain mengurusi dan aktif di Bangkitmedia, para anggota juga banyak yang menjadi takmir sekaligus tinggal di masjid tersebut. Dalam pelaksanaannya, rapat dan diskusi rutin lebih sering dengan situasi non formal atau ngobrol santai. Meskipun keseriusan juga diutamakan ketika membahas dan mencari solusi mengenai sebuah permasalahan yang mesti diselesaikan  bersama.
Kegiatan diskusi rutin dihadiri oleh semua anggota dengan berbagai divisi sesuai tugasnya masing-masing. Diskusi dibuka oleh sekretaris redaksi kemudian dipimpin langsung oleh pemimpin redaksi. Dimulai dari evaluasi terhadap tugas-tugas yang sudah dilaksanakan serta seberapa jauh hasil yang didapatkan dalam meliput berita atau tulisan, jika memang tugas belum selesai. Dengan mananyakannya kepada setiap anggota yang diberi tugas untuk menulis dan meliput berita. Kemudian dilanjutkan dengan membuat perencanaan mengenai penulisan di website atau penerbitan majalah untuk edisi berikutnya.
Dalam membuat perencanaan penerbitan majalah, hal pertama yang mesti dimusyawarahkan bersama adalah penentuan tema. Tema yang menarik sesuai dengan peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi menjadi pertimbangan. Penentuan tema ini melibatkan seluruh anggota dan didiskusikan bersama dalam pertemuan ini.
Dengan meminta usulan dari setiap anggota dan diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai suatu tema. Dengan sistem seperti ini, tentu kebebasan berpendapat dan dalam memajukan sebuah organisasi dapat berjalan lebih dinamis karena semua anggota tidak merasa seperti dalam pemerintahan otoriter. Maju mundurnya sebuah organisasi pun akan dirasakan bersama-sama. Sehingga menciptakan sebuah rasa tanggung jawab pada setiap anggota dan keinginan untuk membenahi ketika organisasi sedang melemah atau menurun. Karena kunci perjalanan sebuah organisasi terletak pada jaringan komunikasi anggota yang terlibat di dalamnya.
3.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan Diskusi
Mengenai waktu diskusi lebih sering dilaksanakan pada malam hari dibandingkan pada siang harinya. Dikarenakan pada siang hari lebih banyak dihabiskan untuk aktivitas yang individu anggotanya ataupun lebih kepada penugasan di lapangan, semisal meliput berita dan wawancara. Dikarenakan mayoritas anggotanya merupakan warga nahdliyin yang notabene pun melakukan amalan ibadah seperti tahlilan dan mujahadah dilakasanakan pada malam jum’at, maka diskusi biasanya dilaksanakan setelah acara mujahadah bersama tersebut.
4.    Situasi Diskusi Berlangsung
Pertemuan untuk diskusi atau rapat rutin dilaksanakan setidaknya sebulan sekali. Dalam pelaksanaannya, diskusi berlangsung dengan santai sambil menikmati kopi maupun teh sisa acara pada malam jum’at di Masjid Az Zahrotun tersebut. Dengan begitu, suasana keakraban sangat terasa menyelimuti diskusi rutin anggota. Terkadang diselingi dengan guyonan yang dapat mengurangi ketegangan dan suasana yang terlalu serius. Hal semacam inilah yang menjadi ciri khas pada organisasi yang notabene adalah orang-orang NU. Semangat dalam kekeluargaan yang sangat diutamakan.
“...nggak tau ya, entah emang di NU sendiri atau tidak ya... kalau diskusi formal itu kadang nggak menghasilkan ide mas, tapi kalau kita sedang bermain atau sedang perjalanan dari wawancara kemudian di tengah jalan, ngobrol-ngobrol malah menemukan ide baru. Seringnya ide-ide itu ditemukan di ruang non formal.”[11]

Demikianlah sekilas gambaran mengenai Website Bangkitmedia.com beserta para pengurus yang ikut bergabung dalam pengelolaan website di dalamnya. Pada intinya, dalam mengelola Website Bangkitmedia ini lebih mengutamakan nilai-nilai kekeluargaan, semangat dalam mengembangkan dan memajukan media NU, serta dengan ikhlas tanpa harap imbalan apapun dan dari manapun.



NB : Tulisan ini merupakan hasil penelitan skripsi.


[1] Wawancara dengan Bapak Fatkhul Anas selaku Pemimpin Redaksi Website Bangkitmedia.com pada Minggu, 11 Juni 2017.
[2] Wawancara dengan Bapak Fatkhul Anas selaku Pemimpin Redaksi Website Bangkitmedia.com pada Minggu, 11 Juni 2017.

[3] Wawancara dengan Bapak Muhammadun selaku Pemimpin Redaksi Majalah BANGKIT pada Jumat, 14 Juli 2017.

[4] Wawancara dengan Bapak Fatkhul Anas selaku Pemimpin Redaksi Website Bangkitmedia.com pada Minggu, 11 Juni 2017.
[5] Wawancara dengan Bapak Muhammadun selaku Pimpinan Redaksi Majalah BANGKIT pada Jumat, 14 Juli 2017.
[6] Darmawan, Deni dan Hendra Permana, Desain dan Pemrograman Website (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 5.
[7] Wawancara dengan Bapak Muhammadun selaku Pemimpin Redaksi Majalah BANGKIT pada Jumat, 14 Juli 2017.
[8] Wawancara dengan Bapak Fatkhul Anas selaku Pemimpin Redaksi Website Bangkitmedia.com pada Minggu, 11 Juni 2017.
[9] Wawancara dengan Bapak Fatkhul Anas selaku Pemimpin Redaksi Website Bangkitmedia.com pada Minggu, 11 Juni 2017.
[10] Wawancara dengan Mas Taufik selaku anggota Tim IT Website Bangkitmedia.com pada tanggal 22 Juli 2017.
[11] Wawancara dengan Bapak Fatkhul Anas selaku Pemimpin Redaksi Website Bangkitmedia.com pada Minggu, 11 Juni 2017.
 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT