BREAKING

Sabtu, 23 Agustus 2014

Cerpenku


Tapaki Jalan Kesuksesanmu
Oleh : ChariS21*

Maha Karya Dakwah 2014

JAM di tanganku telah menunjukkan pukul dua siang, namun aku masih berada di tengah hiruk pikuknya jalanan. Ku tancap gas sepeda motorkumenuju tempat penjualan tiket Bus. Teriknya panas matahari tak menyurutkan semangatku untuk mendapatkan tiket tersebut.
Deru kendaraan bermotor dan asap knalpot membuat udara di kota istimewa ini semakin panas dan pengap saja.

            Setelah hampir setengah jam berpanas-panasan dan bersabar, akhirnya aku sampai di tempat penjualan tiket bus. Singkat cerita tiket telah berada di tangan. Sesudah Aku mendapatkan tiket tersebut, Aku pun bergegas pulang ke pondok.
Sesampainya di asrama, ku rebahkan badan ini. Seakan sekujur badan ini terasa remuk, setelah seharian mengikuti perkuliahan, mengurusi organisasi dilanjutkan mengajar anak-anak TPA, ditambah lagi memikirkan keberangkatanku pulang ke kampung halaman. Yah, Besok adalah hari libur panjang pondok dan kuliahku, karena itu aku memutuskan untuk pulang tahun ini. Mengingat sudah kurang lebih tiga tahun belum pernah pulang kampung halaman.

***

            Jadwal keberangkatan pun telah tiba. Aku bangun pagi-pagi sekali. Setelah sholat Subuh berjama’ah dan dilanjutkan Mujahadah rutinan di pondok, Aku pun bersiap-siap dan bergegas menuju terminal penumpang bus dengan diantar seorang kawan. Setelah sampai di terminal, aku menunggu bus yang akan membawaku ke tempat tujuan. Sedangkan temanku langsung pulang ke pondok.
makasih ya sob!”, seruku setelah turun dari sepeda motor.
“ya, sama-sama!”, suaranya terdengar samar-samar karena dia langsung ngacir sambil mengendarai sepeda motornya.
Lama menunggu, akhirnya bus bertuliskan jurusan Lubuk Linggau datang juga. Itulah kota tujuanku, kota yang amat jauh dari tempatku menuntut ilmu sekarang ini, di kota Istimewa, Jogjakarta.

Waktu perjalanan menuju rumahku bisa mencapai dua hari dua malam, itupun jika lancar. Karena melalui perjalanan darat. Jika melalui udara atau naik pesawat bisa dihitung dengan hitungan jam saja. Namun lagi lagi finansial yang menghambat cepatnya aku sampai di rumah.
Tak apalah ini juga aku sangat bersyukur karena telah diberi kesempatan bisa pulang tahun ini.

***

Singkat cerita, perjalanan Jogja - Lubuk Linggau pun lancar dan terkendali. Selama kurang lebih dua hari dua malam aku duduk di dalam bus, kurasakan pegal dan kaku seluruh badan ini. Tetapi Aku nikmati saja perjalananku dengan santai. Meski capeknya minta ampun, aku masih harus mencari mobil ataupun ojek untuk bisa mencapai rumahku. Jam telah menunjukkan pukul setengah lima sore hari.
Setelah kesana kemari mencari, akhirnya kutemukan juga. Dengan uang yang masih tersisa aku putuskan untuk menumpang mobil yang akan menuju desaku itu. Lalu Aku pun menemui sopirnya.

Mau kemana mobil ini bang? ”. Tanyaku kepada si supir.
Mau ke Trans Subur dik”. Jawabnya.
 “Oh, kebetulan sekali, bisa menumpang tidak bang? ”. Tanyaku lagi.
Oke, ayo cepat ini juga mau berangkat mobilnya”. Jawabnya  mengakhiri pertanyaanku.

Alhamdulillah... akhirnya Aku dapat tumpangan menuju kampungku. Aku pun bergegas masuk ke dalam mobil. Setelah beberapa menit menunggu sopirnya menaikkan barang-barang, akhirnya mobil pun berangkat.
Mobil pun mulai berjalan. Perlahan-lahan memasuki kawasan dusun-dusun asli daerahku. Suasana mulai terasa berbeda. Suasana Pulau Sumatera yang tentunya sangat berbeda dengan Pulau Jawa, tempatku selama ini merantau. Mulai dari bahasa, logat, perilaku, hingga aktivitasnya.
Pohon Durian dan Duku yang berjajar pinggir jalan ditambah aroma yang ditebarkannya menambah sejuk hatiku sore ini. Desaku adalah daerah terpencil, daerah yang lumayan jauh dari jangkauan kota, dimana kebanyakan orangnya adalah suku Jawa yang mengadu nasib di Pulau Sumatera ini. Seperti Aku ini, orang keturunan Jawa yang dilahirkan di Sumatera, jika di kampus terkenal dengan istilah ‘Pujakesuma’ alias Putra Jawa Kelahiran Sumatera.

***

Satu jam terlewati, dari kejauhan mulai terlihat bangunan sekolah yang tidak asing bagiku, itu adalah Sekolah Dasar Negeri Bina Karya, tempatku mengenyam pendidikan dasar dulu. Setelah melewati sekolah terlihat rumah dengan cat kuning yang mulai memudar, itulah rumahku. Pohon Palem yang dulu Aku sering menyiraminya setiap pagi dan sore, kini telah tumbuh besar menjulang tinggi setinggi tiang listrik di dekatnya.
Di depan rumah terlihat seorang wanita paruh baya dengan anak perempuan disampingnya. Itulah Ibu dan adik perempuanku. Setelah mobil berhenti, aku bergegas turun dan menyambut tangan Ibu. Dengan penuh haru kucium tangan beliau. Aku bergegas masuk ke dalam rumah, bergantian kucium tangan Ayahku yang dari tadi masih berada di dalam rumah. Setelah bersalaman, aku kembali ke mobil untuk menurunkan barang-barang bawaanku. Kubawa semua barang ke dalam rumah. Suasana sungguh sangat berbeda dengan dulu. Kurang lebih tiga  tahun lalu kutinggalkan rumah ini.
Setelah masuk rumah, Aku pun langsung ditanya-tanya oleh mereka. Ditanya mengenai perjalananku dari Jogja hingga akhirnya menyinggung kuliah, pondokku, dan lain-lain. Aku pun menjawab apa adanya.
“Gimana perjalanannya? lancar?, Bapakku membuka obrolan.
Ya Pak, lancar-lancar saja kok”, Aku langsung menjawabnya.
“Kuliahmu? Ngajimu? Sampai kitab apa?” Bapakku bertanya lagi. Kali ini pertanyaannya sangat mengena. Karena menyingung tentang tanggung jawab sebagai anak yang berbakti kepada orang tua dan konsekuensi sebagai seorang pelajar terhadap yang ia pelajarinya selama ini.
“Hmm.. baik-baik saja kok pak, InsyaAllah pak.. semuanya beres”, jawabku sekenanya.
 Ya udah, mandi-mandi dulu sana di belakang”, seru Ibuku yang dari tadi masih sibuk dengan urusan dapur.
Ya bu”, jawabku dan langsung menuju kamar mandi di belakang rumah.

Karena teringat hari ini adalah hari terakhir bulan Sya’ban dan besok sudah memasuki bulan suci Ramadhan, aku pun langsung niat mandi karena masuknya bulan Puasa Ramadhan. Setelah mandi aku sholat ‘Ashar dan makan yang telah disiapkan ibuku. Menjelang maghrib aku menuju mushola tidak jauh dari rumah untuk mengikuti syukuran yang biasa diadakan masyarakat sekitar karena masuknya bulan suci Ramadhan.
Setelah acara syukuran selesai, maka sholat Tarawih pertama pun dimulai. Langsung saja Aku ditunjuk menjadi Bilal Tarawih oleh Pak Badrudin, guru ngaji ketika kecil dulu. Mungkin karena aku satu-satunya yang dari pondok pesantren sendiri di mushola. Dengan sebisaku, aku pun melaksanakan perintah tersebut. Karena di pondok juga pernah ditugasi menjadi Bilal Tarawih, Aku pun mencoba mempraktekkannya kembali.
“Asholaatu Sunnatat Tarowiihi Rok’ataini Jaami’atar Rohimakumullah...”, seruku dengan lantang.
“Asholaatu Laa Ilaaha Illallah...”, suara para jama’ah pun mengikuti setelah suaraku.

***
Sholat Tarawih perdana di kampung pun telah selesai. Tak seperti di pondok, sholat Tarawih bisa sampai dua jam karena memang imamnya membaca kurang lebih satu setengah juz Al Qur’an dalam sekali tarawih. Di sini hanya sekitar setengah jam saja sudah selesai karena hanya membaca surat-surat pendek, itupun dibaca dengan cepat. Seperti biasa, setelah sholat tarawih dilanjutkan dengan tadarus.
Mula-mula para ibu-ibu yang bertadarus, dilanjutkan anak-anak. Setelah selesai semua baru giliranku membaca Al Qur’an. Kubaca Al Qur’an dengan tajwid yang telah diajarkan di pondok. Hampir dua jam bertadarus, akhirnya kantuk mulai menyerangku. Aku pun tak kuasa lagi menahan rasa kantukku. Aku putuskan pulang ke rumah. Jam baru menunjukkan pukul sebelas malam, lalu aku menyalakan TV. Sambil tidur-tiduran aku menonton TV.

***

“Mas, tangi mas, sahur sahur”, tiba-tiba adikku membangunkanku. Tak terasa aku semalam tertidur di depan TV yang sudah padam.
Dengan mata yang masih sedikit terpejam dan mulut menguap, aku bangun. Dengan sedikit terhuyung-huyung pula aku menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu menuju meja makan bersama ibu bapak dan adikku. Makan sahur kali ini juga berbeda dengan di pondok.
Jika di pondok makan dulu makannya menggunakan sebuah nampan bersama teman-teman dan sambil bergurau ke sana kemari. Tidak untuk kali ini, makan sahurku sedikit tenang dan tidak banyak bicara.
Setelah selesai menyantap makan sahur, sambil menunggu waktu Subuh Aku sholat Tahajjud seperti biasa kulakukan waktu di pondok.
Tidak berapa lama suara adzan pun terdengar, aku bergegas menuju mushola bersama adikku untuk sholat Subuh berjama’ah. Suasana mushola tampak hidup karena banyak yang ikut meramaikannya. Setelah sholat Subuh, adikku mengajakku untuk jalan-jalan keliling kampung bersama teman-teman sebayanya. Tetapi aku menolak ajakannya dan kulanjutkan aktivitasku untuk membaca Al Qur’an di mushola saja. Begitulah kurang lebih kegiatan Ramadhanku selama sebulan di kampung halaman.

***

            Tak terasa Ramadhan telah berlalu. Berganti dengan hari kemenangan esok pagi. Hari dimana semua orang bersih dari dosa ibarat bayi yang baru lahir ke dunia. Aku kali ini ditugaskan menjadi ‘Amil zakat fitrah di mushola. Ditemani dua orang lainnya aku melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab. Setelah semuanya selesai, aku pulang ke rumah untuk mandi sore dan persiapan takbiran. Setelah makan aku bergegas menuju masjid agung tak jauh dari rumah. Kumandang takbiran dari setiap mushola mulai terdengar malam ini. Suara petasan pun tak kalah serunya menambah suasana menjadi ramai. Para muda mudi dan anak-anak ikut merayakan dengan takbir keliling desa. Sungguh ramai suasana saat itu.
Namun lagi-lagi aku memilih di masjid saja, bersama beberapa orang mengumandangkan takbir melalui pengeras suara secara bergantian, dan diiringi beberapa rebana yang ada di masjid.

***

            “Kukuruyuuk... kukuruyuk“,
Suara ayam jago pun bersahut-sahutan menandakan pagi telah tiba. Aku segera bangun dan mengambil air wudhu lalu sholat Subuh. Setelah itu mandi dan mengenakan pakaian putih, seputih dan secerah perasaanku hari ini. Karena hari ini adalah hari raya kemenangan umat Islam seluruh dunia, setelah sebulan penuh menahan lapar, dahaga, dan nafsu dan dapat melewatinya hingga hari ini. Aku pun makan pagi karena sunnah makan sebelum berangkat menuju masjid menunaikan sholai ‘Ied.
            Setelah makan, aku pun berangkat menuju masjid bersama adikku. Ibu bersama para ibu-ibu yang berjalan beramai-ramai. Sedangkan Bapak mengendarai motornya. Jalanan dipenuhi orang – orang yang akan menuju ke masjid.
            Suara takbir terdengar dari pengeras suara masjid maupun dari orang-orang yang ikut bersuara di setiap sudut masjid. Bial pun maju ke depan para jama’ah untuk melaksanakan tugasnya. Setelah itu Khotib naik ke atas mimbar dan berkhotbah. Baru setelah khotbah selesai dilanjutkan sholat ‘Ied. Selesai sholat, seluruh jama’ah diminta untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, namun berdiri untuk saling bersalaman sambil diiringi sholawat. Semua merasakan bahagia bercampur dengan haru saat bersalaman dengan satu sama lainnya.
Selesai bersalaman, semua pulang ke rumah masing-masing. Dan aku pun langsung sungkem kepada Ibu dan Bapakku. Sungkem adalah tradisi meminta maaf ataupun meminta do’a restu kepada orang tua.
Dengan kerendahan hati ku minta maaf kepada mereka atas kesalahan-kesalahanku yang telah kuperbuat selama ini. Baik yang kusengaja maupun yang tidak. Setelah itu aku ke rumah-rumah tetangga bersama adikku, beramah-tamah dan saling meminta maaf. Dilanjutkan ke rumah guru-guru sekolah dan ngaji ketika kecil dulu. Dan akhirnya sampai menjelang sore baru selesai semua kunjunganku.

***

            Hari pertama lebaran kuhabiskan dengan berkunjung ke rumah-rumah tetangga           dan guru-guru terdekat. Hari kedua aku berencana mengunjungi guru-guru yang agak jauh, yaitu di kampung sebelah. Aku bersama teman-teman lamaku mengunjungi rumah mereka satu persatu. Di sana kami bercerita mengenai kabar kami selama ini. Tak lupa kami meminta do’a dari mereka supaya dalam menuntut ilmu maupun yang sudah bekerja diberi kelancaran.

***

            Hari Raya Idul Fitri tahun ini telah selesai. Semua warga kembali beraktivitas seperti biasa. Penduduk di desaku mayoritas berprofesi sebagai petani yang mengandalkan lahan pertaniannya demi kelangsungan hidup mereka, termasuk orang tuaku. Aku pun turut membantu mereka dalam bekerja di kebun sawit.
            Liburan panjang membuatku seakan lupa dengan kesibukan kuliah dan mondokku di pulau seberang sana. Aku pun mencari informasi kapan jadwal masuk perkuliahan dan pondokku. Untuk menuju warung internet di kampungku harus menempuh perjalanan yang lumayan menyita waktu. Dengan ditemani seorang teman akhirnya aku sampai di warnet.
            Tidak sampai setengah jam aku menghabiskan waktu di depan komputer warnet itu. Karena tujuan awalku hanya mencari info masuk mondok dan perkuliahan saja, maka aku pun cepat-cepat pulang. Setelah tanggal kapan masuk kuliah dan jadwal-jadwal lainnya aku ketahui, baru aku memikirkan tiket menuju kota istimewa itu.
Setelah dirasa cukup ada biaya untuk membeli tiket, aku pun memesan tiket. Dengan memohon do’a restu kedua orangtua dan guru-guru serta berbekal seadanya aku berangkat menuju kota Jogja lagi, menyambung perjalanan panjangku untuk menyongsong masa depan lebih baik dan lebih cerah lagi. Disertai kemantapan hati kusambut segala yang akan ada di hadapanku nanti. Kembali melanjutkan menapaki jalan kesuksesanku. 

Jogja.. I am coming ..

Notes:
-          Trans Subur adalah nama desaku. Yang mana mayoritas penduduknya adalah para Transmigran dari Pulau Jawa.
-          Sungkem merupakan adat orang jawa dalam berbakti kepada orang yang lebih tua, dengan mencium tangannya dan sambil menundukkan kepala di hadapan mereka. Biasanya dilakukan ketika ada suatu acara.
-          Lubuk Linggau adalah nama kota pusat pemerintahan kabupaten daerahku.

Bina Karya Village, Agustus 2014/Ramadhan 1435 H     
*sangpemimpi

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

3 komentar:

  1. hey, ajarin aku menghias blog donk ^_^,, hhi :D

    BalasHapus
  2. mana ini cerpennya?? kok gak bisa dibuka?? :(

    BalasHapus
  3. Hmm.. ya sini tak ajari, kan sing butuh 'moro'.. wkwk. :)

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT