BREAKING

Senin, 31 Agustus 2020

Agar Mencapai Kesempurnaan Puasa


Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, disebutkan bahwa untuk mencapai kesempurnaan puasa dapat dilakukan dengan enam perkara berikut ini :

1. Mencegah mata dari melihat perkara-perkara yang diharamkan dan dimakruhkan dan dari perkara-perkara yang dapat menghilangkan kita dari mengingat Allah Swt.

2. Mencegah lisan dari berbohong, menggunjing, adu domba, dan lain-lain.

3. Mencegah pendengaran dari berbagai perkara yang diharamkan.

4. Menjaga anggota yang lain dari perkara-perkara dosa dan tidak berbuka dengan perkara yang subhat.

5. Tidak memperbanyak makan dari perkara halal ketika berbuka sehingba terlalu kenyang.

6. Setelah berbuka, hati harus selalu berharap agar puasa kita diterima dan takut kalau puasa kita ditolak.


Sedangkan beberapa sunah puasa yang diambil dari beberapa sumber kitab fiqh adalah sebagai berikut :

1. Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam, selama tidak dikhawatirkan terbit fajar.

2. Segera berbuka puasa bila benar-benar matahari terbenam.

3. Memperbanyak amal kebaikan, terutama menjaga shalat lima waktu pada waktunya dengan berjamaah, menunaikan zakat harta benda kepada orang-orang yang berhak, memperbanyak shalat sunah, sedekah, membaca al Qur’an dan amal kebajikan lainnya.

4. Jika dicaci maki, supaya mengatakan: ” Saya berpuasa,” dan jangan membalas mengejek orang yang mengejeknya, memaki orang yang memakinya, membalas kejahatan orang yang berbuat kejahatan terhadapnya; tetapi membalas itu semua dengan kebaikan agar mendapatkkan pahala dan terhindar dari dosa.

5. Berdoa ketika berbuka puasa.

6. Berbuka dengan kurma segar, jika tidak punya maka dengan kurma kering dan jika tidak punya maka dengan makanan yang manis, seperti kolak dan jika tidak ada maka cukup dengan air putih.


Tiga Macam Orang Berpuasa dan Sepuluh Keutamaannya

 


            Puasa menurut Syara’ adalah mencegah diri dari makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari karena mengharap ridho Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepadaNya.

            Ibnu Qudamah al Muqaddasiy membagi puasa menjadi tiga macam :

Pertama, puasa orang awam, yaitu sekedar menahan perut dan kemaluan dari keinginannya.

Kedua, puasa orang khusus, yaitu menahan pandangan lisan, tangan, kaki, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa.

Ketiga, puasa orang yang paling khusus, yaitu puasanya qalbu dari keinginan-keinginan yang hina, pemikiran-pemikiran yang menjauhkan dari Allah dan menahan qalbu dari selain Allah SWT secara total.

Sedangkan fadhilah atau keutamaan yang kita peroleh dari puasa diantaranya :

1.      Puasa adalah seperempat iman. Ini merupakan kesimpulan dari makna dua buah hadits yang menyebutkan : “Ashaumu nishfush shabri (Puasa adalah separuh dari sabar).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) dan hadits “Ash Shabru nishful Iman (Sabar adalah separuh dari Iman).” (H.R Abu Nu’aim).

2.      Pahala puasa dilipatgandakan. Dalam sebuah hadits disebutkan demikian, “Setiap kebaikan seorang hamba akan dilipatgandakan pahalanya dari 10 sampai 700 kebaikan, terkecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku (Allah) dan aku yang akan membalasnya.” (H.R Bukhari Muslim)

3.      Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dibanding minyak kasturi.

4.      Orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu Ar Rayyan.

“Surga memiliki pintu yang disebut Ar Rayyan. Tidak akan memasukinya selain orang-orang yang berpuasa.” (H.R Bukhari)

5.      Orang yang berpuasa memiliki dua puncak kegembiraan.

“Orang yang berpuasa memiliki dua puncak kegembiraan: gembira pada saat berbuka puasa (ketika d dunia) dan gembira ketika bertemu Tuhannya (ketika di akhirat).” (H.R Bukhari Muslim)

6.      Puasa adalah pintu ibadah.

“Segala sesuatu ada pintunya. Adapun pintu ibadah adalah puasa.” (H.R Ibnu Mubarak)

7.      Puasa bisa menjadikan sehat. Sebagaimana sebuah hadits, “Berpuasalah, maka kalian akan sehat.” (H.R Abu Nu’aim)

8.      Puasa bisa menjadi benteng.

“Sesungguhnya puasa adalah tameng, maka jika salah seorang kamu sekalian berpuasa janganlah berkata kotor dan janganlah berlagak bodoh, kalau ada salah seorang yang ingin membunuh salah satu dari kamu atau berkata kotor pada salah satu dari kamu, maka katakanlah, ‘Saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa.” (H.R Muslim)

9.      Puasa bisa melebur dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R Bukhari)

10.  Puasa menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap sesama.

 

Minggu, 30 Agustus 2020

Sabar di Tengah Cobaan

 


            Pada zaman dahulu tersebutlah seorang yang bernama Abul Hasan. Ia pergi haji ke Baitul Haram dan ia melihat sebuah keajaiban. Sewaktu tawaf, dia tiba-tiba  melihat seorang wanita dengan wajah bersinar dan berseri-seri. Dengan kagum ia memuji, “Demi Allah saya belum pernah melihat wanita secantik dan secerah wanita ini, pasti tidak lain ia tidak pernah risau dan susah.”

            Rupanya wanita tersebut mendengar ucapan Abul Hasan, dan lantas ia bertanya, “Apa katamu, wahai saudaraku? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan duka cita dan luka hati yang mendalam karena risau”.

Abul Hasan heran, “Lalu apa yang membuatmu risau, saudaraku?”

Wanita itupun menjawab, “Suatu ketika suamiku menyembelih kambing qurban dan kala itu aku mempunyai dua orang anak.”

Saat aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang besar berkata, “Hai Dik, maukah kamu saya tunjukkan bagaimana cara ayah menyembelih kambing?” “Baiklah jika begitu,” Jawab adiknya,

Lalu disuruhlah adiknya tadi berbaring dan disembelihlah leher sang adik hingga meninggal. Setelah melihat darah bercucuran, ia disergap perasaan takut yang hebat sehingga larilah ia ke pucuk bukit dan bersembunyi, tetapi ia di sana malah dimakan srigala. Lalu ayahnya mencarinya dengan menyusul ke bukit. Setelah sekian lama mencari-cari anaknya yang tak kunjung ditemukan, akhirnya ia pun mati karena kelelahan dan kehausan.

Lalu Abul Hasan berkata, “Bagaimana kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu?”

Wanita itu menjawab, “Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dan mengeluh, melainkan ia menemukan di antaranya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan lebih terpuji akibatnya, Dan adapun mengeluh, maka seseorang tidak mendapatkan ganti kecuali hanya kesia-siaan saja.”

(Sumber : Ihya’ ‘Ulumiddin)

Tarawih Di Rumah Saja ; 8 Atau 20 Rakaat?

 


            Shalat Tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan setelah shalat Isya’. Adapun bilangan rakaat yang dikerjakan berbeda-beda di Indonesia. Ada yang 20 rakaat adapula yang 8 rakaat. Lalu, yang benar itu 8 atau 20 rakaat? Selain itu, pelaksanaan shalat tarawih secara berjamaah ini pun merupakan bid’ah karena baru dilaksanakan pada masa sahabat Umar r.a. Ketika Rasulullah masih hidup, beliau melakukan shalat tarawih sendirian di kediaman beliau. Namun tergolong bid’ah hasanah (baik).

Berikut ini beberapa dalil yang mungkin bisa dijadikan dasar jumlah rakaat shalat Tarawih.

Dari Yazid bin Ruman ra. berkata, “Kaum muslimin pada masa Umar r.a shalat malam di bulan Ramadhan 23 rakaat (20 tarawih dan 3 witir).” (HR. Malik dalam Al Muwatha’ hal. 233). Hadits di atas dinyatakan shahih oleh kebanyakan ulama hadits.

Hadits lainnya, dari Ibnu Abbas ra. berkata, “Rasulullah saw shalat di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 rakaat ditambah witir.” (HR. Baihaqi dan At Thabrani)

Imam Rafi’i berkomentar untuk hadits riwayat Ibnu Hajar tentang teks hadits tersebut ‘Rasulullah saw shalat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di malam bulan Ramadhan selama dua malam, ketika malam ketiga orang-orang berkumpul (menanti kedatangan beliau) namun Rasulullah saw tidak keluar. Pada pagi harinya beliau bersabda, ‘Aku takut shalat Tarawih diwajibkan atas kalian lalu kalian tidak mampu melaksanakannya.”

Hadist ini disepakati keshahihannya tanpa mengenyampingkan hadits yang diriwayatkan Aisyah ra. yang tidak menyebutkan jumlah rakaat (Hasyiyah at Tarmasi, II:466-467)

Adapun orang yang menyatakan bilangan tarawih berjumlah sebelas rakaat dengan berdasarkan pada hadits dari Sayyidah Aisyah ra berkata, “Rasulullah saw tidak pernah menambah shalat malam pada bulan Ramadhan melebihi sebelas rakaat.” (HR. Bukhari No. 1079)

Ibnu Hajar al Haitami menyatakan bahwa hadits tersebut adalah dalil untuk shalat witir, bukan untuk shalat tarawih. Sebab dalam banyak riwayat Nabi saw memang melaksanakan witir dengan bilangan maksimal sebelas rakaat (Tuhfatul Muhtaj, II:229)

Adapun mengenai shalat tarawih dengan dua rakaat satu salaman berdasarkan hadits berikut :

“Dari Ibnu Umar ra berkata, ‘Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah saw mengenai shalat malam, Rasulullah saw menjawab, ‘shalat malam itu dua rakaat dua rakaat.’” (HR. Bukhari No. 936, Muslim No. 1239, Tirmidzi No.401, Nasa’i No. 659, Abu Dawud No. 1130 dan Ibnu Majah No. 1165)

 

Sabtu, 29 Agustus 2020

Peran Perempuan Milenial dalam Keluarga

 


Saat ini, problem gender di Indonesia masih menjadi pembahasan dan kajian yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Terbukti dengan adanya polemik Rancangan Undang-Undang Ketahanan Keluarga belum lama ini dipandang para aktivis gender seakan mendeskreditkan perempuan. Selain itu pula RUU ini dianggap terlalu mengatur ranah privat warga negara, terutama yang berhubungan dengan suami istri (Sumber: kompas.com).

Pasal-pasal yang dianggap ganjil lainnya seperti kewajiban suami-istri untuk saling mencintai atau kewajiban istri untuk mengurusi rumah tangga. Banyak orang yang menganggap RUU tersebut tidak akan menjamin keluarga Indonesia menjadi lebih sejahtera dan bahagia. Namun mungkin justru sebaliknya, malah membingungkan dan merepotkan. Inilah yang kemudian RUU tersebut mendapat banyak pertentangan di kalangan aktivis.

            Dari segi katanya, ada keistimewaan tersendiri pada kata perempuan ini. Mengapa tidak menggunakan kata wanita atau cewek atau bahasa selainnya? Kata ‘perempuan’ jika dipenggal akan menjadi tiga suku kata yakni per-empu-an. Kata ‘Per’ dan ‘an’ dalam tata bahasa Indonesia merupakan kata awalan dan akhiran. Yang mana ‘per’ dan ‘an’ menunjukkan proses pekerjaan. Seperti misal kata Penurunan Bendera artinya sedang menurunkan bendera atau Pengembalian Hak berarti proses mengembalikan sebuah hak, dan contoh-contoh lainnya.

            Sedangkan kata ‘empu’ sendiri zaman dulu sudah sangat lazim digunakan pada seseorang yang mampu menciptakan karya. Semisal Empu Gandring sebagai ahli dalam menciptakan keris. Empu Tantular dengan Kitab Sutasomanya yang kala itu sebagai kitab undang-undang Kerajaan Majapahit. Jadi, ‘perempuan’ dapat disimpulkan sebagai seseorang yang memang ahli dalam menciptakan.

            Sehingga kemudian mengapa kata perempuan ini diartikan sebagai ahli menciptakan atau membuat dikarenakan perempuan inilah yang memiliki peran sebagai pembentuk kepribadian manusia (baca; anak). Karena anak yang nantinya bakal menjadi generasi penerus orang tua, keluarga bahkan bangsa. Maka wajar jika ada maqolah mengatakan Al ummu madrasatul ulaa Lil Aulaad yang artinya ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya.

            Peran perempuan sebagai madrasah atau pendidik pertama dalam lingkungan keluarga ini tentunya harus diperhatikan. Jika dilihat dari proses panjang dari masa kehamilan hingga kelahiran seorang anak tentu sangat panjang dan perjuangannya tidak mudah. Setelah anak lahir dan beranjak menuju dewasa pun, orang tua (khususnya ibu) memiliki peran utama. Meskipun saat ini dengan kemajuan dan kemodernan ada yang bisa menggantikan perannya (misal asisten rumah tangga). Namun tetap saja peran tersebut tidak bisa tergantikan sepenuhnya.

Sungguh sangat berbeda jika anak diasuh oleh ibu kandungnya secara langsung dibandingkan dengan asisten . Dimulai dari memberikan ASI sebagai makanan utamanya, kasih sayang serta ikatan batin antara ibu dan anak hingga pendidikan semasa bayi. Tentu hasilnya berbeda. Terutama dari segi karakter si anak.

Ibu Milenial

Istilah Milenial biasanya dilekatkan pada mereka yang lahir dan berusia produktif pada zaman penuh kemajuan seperti saat ini. Termasuk yang sudah berperan menjadi ibu. Ditandai dengan meleknya mereka terhadap media dan sumber-sumber informasi yang semakin membanjiri manusia milenial kini. Selain menjadi kesempatan, tak terlepas pula hambatan dan tantangan yang menghadang.

Dari segi kesempatan, sangat mungkin jika para ibu milenial ini mudah mengakses hal-hal baru dari teknologi setiap hari atau bahkan setiap detik. Maraknya media sosial semakin memudahkan untuk mencari berbagai referensi keilmuan. Media sosial pun menjadi kunci utama bagi para ibu milenial ini. Seperti contoh jika ingin memasak sebuah menu masakan, tak perlu repot menanyakan pada orang lain. Cukup klik dan mencarinya di Youtube atau sumber internet lainnya.

Selain kesempatan, hambatan serta tantangan yang ada juga menjadi masalah serius. Tantangan dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin lama tak bisa dibendung ini bagi mereka yang kurang selektif dalam memilih dan memilah sumber informasi dan kurang dalam penguasaan media teknologi. Sebagai contoh, ibu milenial memiliki Smartphone dan anak akan dengan mudahnya melihat aktivitas keseharian si ibu dengan smartphone ini. Ini akan bahaya jika suatu waktu si anak ikut memegangnya.

Pengawasan ibu milenial ini selaku pendidik utama tadi sangat dibutuhkan untuk pengawasan aktivitas anaknya dengan smartphone. Pengawasan orang tua sangat dibutuhkan untuk memfilter hal-hal yang cenderung negatif bagi si anak. Jangan sampai si anak mengakses hal-hal yang kurang bermanfaat, bahkan malah membahayakan. Akan sangat lebih baik lagi jika anak diarahkan meggunakan smartphone untuk mengakses tentang pendidikan. Yang tentunya sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan si anak.

Perempuan Milenial dan Ketahanan Keluarga

Kokohnya sebuah negara ditentukan oleh perempuannya. Jika perempuan sebagai pendidik generasi bangsa (baca; anak dalam keluarga) itu kokoh dan mampu, berarti suatu negara akan kokoh pula tiang penyangganya. Lantas di mana letak milenialisme seorang perempuan sebagai ibu dalam lingkungan keluarganya dapat memperkuat ketahanan keluarga?

Seperti fakta yang ada, bahwa peran seorang perempuan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tak terlepas perannya di dalam lingkungan keluarganya sendiri. Kuatnya peran ibu dalam keluarga ini akan membawa anak untuk memiliki karakter yang kuat pula. Sehingga diharapkan jika semua keluarga dalam satu negara dapat memaksimalkan peran mereka mendidik anak, maka diharapkan dapat membawa menuju ke arah kokohnya ketahanan dalam keluarganya sendiri. Bahkan bisa saja pada aspek ketahanan nasional.

Karena sejatinya ketahanan nasional bangsa berawal dari ketahanan di dalam keluarga. Sebaliknya, jika keluarga di suatu negara banyak terdapat kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) maka mustahil suatu bangsa akan maju. Bayangkan saja, bagaimana akan memperkokoh tiang sebuah bangsa, jika menciptakan tiang-tiang keluarga yang kokoh dan baik saja belum mampu.

Inilah kemudian yang menjadi kegelisahan bersama. Bahwa di satu sisi ibu milenial memiliki andil besar dalam keluarga, namun di sisi lain pula dapat membawa keluarga (khususnya anak) dalam jurang ‘malapetaka’ jika tidak tepat dalam memainkan peran sebagai seorang ibu rumah tangga.

Terlebih dalam situasi pandemi saat ini yang semakin mempersulit keadaan. Baik segi ekonomi maupun psikologi dalam keluarga. Ini yang menjadi tugas bersama negara dan semua elemen masyarakat untuk saling bahu membahu menyelesaikan permasalahan saat ini. Semoga segala kesulitan dan cobaan bangsa dapat kita lalui bersama serta senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran olehNya. Aamiin.

 


Jumat, 28 Agustus 2020

Pahlawan ‘Rebahan’

 

 

            Memang, keadaan saat ini sungguh memprihatinkan. Tak hanya lingkup pribadi dan keluarga saja, namun sudah melingkupi seluruh elemen bangsa. Ya, seperti kita tahu pendemi ini terus saja menyerang kita. Sudah bukan saatnya lagi kita hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga, namun lebih dari itu kita semua selaku warga negara hendaknya saling membantu berjuang melawan pandemi yang terus menerus mengguncang negeri. Tak main-main, semua menjadi terombang-ambing.

Selain kesehatan yang menjadi masalah serius, juga dalam berbagai sisi lain pun ikut terimbas. Termasuk ekonomi. Negara saat ini sangat membutuhkan partisipasi aktif seluruh warganya tanpa terkecuali. Seluruh warga negara hendaknya ikut mendukung pemerintah dan tenaga medis dalam menangani pandemi yang terus mewabah ini. Jika kita lihat data, sudah berapa banyak tenaga medis yang gugur ketika berjuang menangani para pasien yang terjangkit virus ini. Sudah berapa banyak pula pasien yang berjuang dan bertahan melawan virus ini. Sudah selayaknya mereka juga dikatakan sebagai pahlawan.

            Untuk menjadi seorang pahlawan dalam keadaan genting seperti saat ini tak harus dengan cara yang wah. Semua orang bisa menjadi pahlawan. Dengan apa saja yang kita mampu untuk membantu menangani penyebaran virus saat ini merupakan sebuah usaha yang perlu diapresiasi. Banyak hal yang dapat dilakukan. Yang mana sesuai kemampuan dan bidang yang dikuasai. Misal bagi yang memang mempunyai kelebihan dalam bidang kesehatan dan akses yang lebih luas, bisa membantu dalam bidang kesehatan atau menangani secara langsung. Bagi yang memiliki kelebihan harta atau lebih dari cukup, bisa membantu para warga di sekitar tempat tinggal yang kurang mampu dan terdampak akibat pandemi.

Bahkan yang jika benar-benar tidak memiliki keahlian di bidang kesehatan pun bisa berpartisipasi dengan menggalang dana dari para donatur atau para pengusaha sukses. Salah satu upaya menjadi pahlawan paling mudah dan murah saat ini ialah mengikuti peraturan pemerintah agar selalu di rumah dan tak usah dulu berkumpul dengan banyak orang. Hal ini sebagai upaya pencegahan penyebaran virus.

Mereka ini yang kemarin-kemarin sempat viral dengan sebutan ‘Kaum Rebahan’. Ya, cukup rebahan di rumah dan melakukan segala aktivitas yang bisa dilakukan dengan online sudah cukup membantu pemerintah. Itu saja. Mudah bukan?

            Memang, kita semua dihadapkan dengan masa-masa sulit seperti sekarang ini. Di mana ketika tidak dalam musibah pandemi saja masyarakat kita sudah sulit secara ekonomi. Apalagi ditambah lagi saat ini terjadi pandemi.

Namun kita semua harus yakin bisa dan selalu berdoa supaya pandemi ini segera berakhir. Dengan tetap bersabar serta ikhtiar dengan segala upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan para ahli mengenai wabah yang sedang melanda negeri ini. Wallahu A’lam. #30HariLebihProduktif

Kamis, 27 Agustus 2020

Momen Pandemi Yang Merekatkan

 


Pada setiap musibah tentu ada hikmah. Pada setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Begitu pula dengan yang terjadi saat ini. Di saat-saat terjadi musibah yang menasional bahkan mendunia, juga banyak yang merasa mendapat kemudahan dan berkah tersendiri.

            Pandemi berupa Virus Korona ini memang membuat susah sebagian besar orang. Mulai dari pemerintah hingga masyarakat bawah. Semua merasa dibuat kewalahan. Para tenaga medis sudah berjuang mati-matian menyembuhkan pasien yang positif terpapar virus. Pemerintah dan segenap perangkatnya seperti TNI-Polri-Dokter pun turut membantu dengan segala daya upayanya. Tak luput pula, kita dengan apapun yang bisa dilakukan.

            Pandemi ini juga membuat sebagian orang perantauan memilih pulang ke kampung halamannya. Di satu sisi karena alasan ekonomi dan di sisi lain mungkin karena kangen keluarga. Di rumah, selain mengikuti aturan ahli kesehatan dari desa, juga ikut sedikit-sedikit membantu pekerjaan orang tua. Apapun itu, baik ibu maupun bapak. Atau bahkan tetap berusaha mengikuti perkuliahan atau pekerjaan secara Daring (Dalam Jaringan).

            Pulang ke rumah selain tujuan untuk membantu orang tua, juga ternyata bisa menjadi kesempatan curhat dan merembugkan berbagai hal. Baik cerita-cerita ketika di perantauan maupun rencana-rencana yang akan dilakukan selanjutnya. Di saat berkumpul dengan keluarga, bapak dan ibu saya menanyakan dan ngobrol ringan dengan kami anak-anaknya. Hal-hal yang diobrolkan pun seperti meliputi proses pendidikan, pekerjaan di perantauan, jodoh, dan lain sebagainya.

            Hal-hal seperti ini dirasa perlu dalam keluarga. Tanpa bicara dan kehangatan keluarga, terkadang bisa membuat keadaan kurang harmonis di antara anggota keluarga. Bahkan lebih dari itu anak-anak bisa saja menjadi liar tanpa arah di perantauan sana. Salah satu manfaat dari adanya kumpul keluarga ini adalah adanya saling keterbukaan antar anggota keluarga. Dengan keterbukaan ini diharapkan dapat memberikan gambaran-gambaran tujuan dan rencana yang akan dilakukan ke depannya lagi. Misal soal pendidikan, pekerjaan, karir, serta hal lain yang memang perlu dibicarakan dalam lingkup keluarga.

            Yang lebih penting dari itu semua adalah adanya rasa saling mengasihi antar anggota keluarga. Sehingga tercipta hubungan harmonis dan kedekatan yang baik. Ini lah yang saat ini banyak hilang di banyak keluarga di mana-mana, termasuk Indonesia apalagi di Amerika. Banyak contoh dari keluarga yang kurang harmonis dapat menyebabkan anggota keluarga (dalam hal ini adalah anak) tujuan hidup maupun dalam menjalani hidupnya kurang lancar dan dipenuhi banyak cobaan yang beresiko membuat si anak menjadi liar tadi. Meskipun tidak semua orang pula mengalami hal ini.

Ini biasa disebut dengan broken home atau keluarga buruk. Ada pula yang keluarganya broken home tetapi dirinya sukses. Ini saya juga tidak menjamin. Tentu kita semua tak berharap menjadi bagian dari korban broken home ini. Maka, kedekatan dan keharmonisan di dalam keluarga ini dirasa perlu adanya.

Pandemi Korona ini selain menjadi musibah, juga menjadi berkah dan kesempatan tersendiri bagi keluarga yang selama ini sulit berkumpul karena alasan kesibukan pekerjaan di perantauan. Sehingga momen pandemi ini dapat kita lihat dari sudut pandang positifnya juga. Sembari mencari solusi juga menata apa-apa yang selama ini belum tertata di dalam lingkup keluarga. 


Sebesit Gejolak dalam Kalbu

 


Senja berganti malam. Perlahan mentari menghilang ditelan ufuk. Aku berteman kelam nan syahdu, bersamping kopi dingin di atas meja kayu yang sedikit lapuk.

Lirik lagu-lagu sendu mungkin akan mengiringi panjangnya malam ini. Sedari tadi, berkecamuk dalam hati perasan-perasaan tentang ini dan itu. Bahkan soal yang sedang terjadi di sini dan di sana.

Bayangan tragedi demi tragedi berkelayang di kepala. Peristiwa-peristiwa apa saja pun tak mau kalah, ia terus saja merisaukan relung hati ini. Entah mengapa tiba-tiba kerisauan ini mengajak jemari menari.

Tepatnya seminggu yang lalu, Aku sudah berada di kampungku. Kampung yang mungkin hanya bisa dikatakan jauh dari ‘peradaban nasional’. Sebuah daerah yang ‘dianaktirikan’ atau bisa juga disebut korban dari kepentingan-kepentingan dunia para manusia (baca;penguasa). Atau mungkin Aku saja yang terlalu berlebihan. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.

Wabah di negeri ini (bahkan dunia) sedang mencoba keimanan dan ketegaran umat manusia di muka bumi. Sekitar sebulan yang lalu belum seheboh dan menggemparkan jika dibanding dengan keadaan hari ini. Wabah penyakit yang kabarnya berasal dari Negeri Tirai Bambu itu sudah ‘mendunia’ hingga ke pelosok-pelosok kampung.

Aku terpaksa pulang. Di samping alasan keselamatan dan keamanan (serta kenyamanan), juga karena ingin melihat rumah dan keluarga. Meskipun ada beberapa himbauan pemerintah untuk para perantau agar tidak mudik ke kampung halaman dulu.

Namun di sisi lain, sebelum terlambat dan khawatir semakin menjadi parah, aku memutuskan untuk pulang saja. Membantu apa yang bisa dibantu serta melihat kondisi rumah di kampung. Meski juga banyak konsekuensi yang akan dihadapi.

Di kampung, Aku rasa masih banyak orang gagap teknologi dan informasi. Wajar jika itu terjadi, karena pada umumnya mereka hanya melihat dari media televisi. Aku hanya ingin mengatakan bahwa tak seharusnya semua orang panik dan gagap terhadap informasi.

Cerdas dan selalu tenang serta waspada mungkin sikap lebih tepat untuk keadaan saat ini. Doa dan tentu ikhtiar tak terlupa. Apa-apa yang disarankan dari para ahli pun jangan dianggap remeh.

Baik dari ahli Agama (Alim Ulama) dan para ahli kesehatan (dokter) serta dengan tetap mengindahkan himbauan pemerintah. Baik pusat maupun daerah. Itu saja.

Yang menjadi perasaan gundah gulanaku dan bahkan pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul di benakku pada awal-awal bencana ini, mengapa ini terjadi di saat-saat seperti ini? Terlebih di Indonesia, bangsa dengan seribu kompleksivitasnya. Di saat agenda-agenda rutinan, harian, minggguan, bahkan bulanan dan tahunan belum sempat tertata. Perkuliahan, Agenda Tahunan Pesantren, Pendidikan di semua tingkatan, bahkan hingga menyentuh majelis-majelis dzikir dan taklim.

Tak luput juga jamaah sholat di masjid dekat rumah dan sholat jum’at. Pun tak lama lagi memasuki ramadhan disambung lebaran Idul Fitri dengan suasana yang biasanya begitu sakral dan menggembirakan. Mengapa semua ini bisa terjadi? Makhluk Allah sekecil dan selemah virus dapat memporak-porandakan dunia. Sistem-sistem kehidupan pun terobrak abrik.

Di samping soal kesehatan, ekonomi, sosial, budaya bahkan politik pun tak luput darinya. Virus (yang kabarnya juga) ini belum ditemukan vaksin serta belum pernah ada di dunia ini bahkan mampu berpindah dari satu negara ke negara lain. Buktinya, dari tempat lahirnya di Wuhan, China kini telah merambah ke segala penjuru dunia.

Bahkan pelosok-pelosok kampung seperti kampungku ini. Meskipun belum ada kabar ada yang terjangkit (doaku: bukan belum, tapi jangan sampai ini terjadi) khususnya keluargaku. Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat hingga menjelang Ramadhan tiba dan bisa menikmati ketupat bersama keluarga.

Itulah pintaku dan pinta semua umat manusia di segala penjuru dunia. Wallahu A’lam.

 

Rabu, 26 Agustus 2020

Panduan Mencari Istri Shalihah Menurut Al-Qur’an dan Hadits

 


                Semua makhluk diciptakan Allah di muka bumi ini dengan berpasang-pasangan. Termasuk manusia, diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan. Soal jodoh tentu menjadi rahasia Allah, tak Ada seorang pun yang tahu. Hanya saja manusia bisa berusaha mencari dan berusaha mendapatkannya.

Seorang lelaki yang baik tentu mendambakan istri shalihah. Karena istri shalihah inilah yang akan mampu menciptakan keluarga sakinah, melahirkan, mengasuh dan mendidik keturunannya menjadi anak baik-baik, yang shalih dan shalihah. Allah Swt berfirman

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّٰتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِي ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡهِنَّ سَبِيلًاۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيّٗا كَبِيرٗا ٣٤

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An Nisaa’ : 34)

Bagi seorang laki-laki beriman dalam mencari pendamping hidupnya tentu harus mempunyai pedoman. Saking pentingnya memperoleh istri shalihah ini, Nabi Saw sampai bersabda

“Tidaklah seorang mukmin memperoleh sesuatu yang lebih baik sesudah taqwa kepada Allah Swt selain dari  istri yang shalihah ; jika diperintah ia patuh, jika dipandang menyenangkan, jika diminta untuk menunaikan sesuatu ditunaikannya dengan baik, dan jika suami jauh darinya, dijagalah harta dan harga dirinya.”

Berikut ini adalah beberapa ciri istri shalihah menurut Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

1.    Jika diperintah ia patuh

Posisi istri di dalam rumah tangga tentu bukan sebagai pembantu rumah tangga yang selalu siap untuk disuruh-suruh suami maupun untuk mengurus seluruh tugas rumah. Namun adakalanya ketika suami meminta istri dalam suatu hal yang dirasa mampu untuk dilakukannya, istri sebaiknya melakukan dan patuh terhadap perintah tersebut. Selama perintah suami tersebut tidak maksiat dan melanggar agama, maka wajiblah hukumnya seorang istri patuh. Sebagaimana dalam sebuah hadits

“Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu istrinya tidak mau menurutinya dan suaminya sepanjang malam marah kepadanya, niscaya dia dilaknat oleh malaikat hingga pagi hari.” (HR. Bukhari Muslim)

2.    Jika dipandang menyenangkan

Siapa sih suami yang ingin memandang istrinya yang acak-acakan dan kurang enak dipandang mata? Tentu semua suami normalnya ingin melihat penampilan istri yang baik dan enak dipandang. Namun dipandang sedap bukan berarti dengan selalu berpenampilan mewah dan merias wajah dengan wah. Penampilan dari sikap yang  baik, tutur kata yang sopan dan bibir yang sering menampakkan senyum pun sudah cukup dan dianggap menyejukkan mata bagi suami. Adakalanya juga seorang wanita merias diri dan berpenampilan menarik di hadapan suaminya. Selama sesuai kondisi dan situasi.

3.    Jika diminta untuk menunaikan sesuatu ditunaikannya dengan baik

Selama perintah dari suaminya baik dan tidak melanggar agama, si istri wajib patuh dan menunaikannya. Termasuk kewajiban melayani hasrat sebagai seorang lelaki. 

4.    Jika suami jauh darinya, dijagalah harta dan harga dirinya.

Suatu ketika suami pergi meninggalkan rumah dan meninggalkan harta bendanya, ia tidak lantas berfoya-foya dan bebas menggunakan harta. Selain itu pula ia mampu menjaga dirinya di hadapan laki-laki lain yang bukan mahramnya. Jangan sampai ketika suami pergi keluar kota  malah istri berkeluyuran kemana-mana dan tidak menjaga harta justru malah menghabiskannya.

“Apabila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, selalu menjaga diri dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga Tuhannya.” (HR. Al Bazaar)

                        Demikian beberapa poin ciri-ciri istri shalihah menurut Al-Qur’an dan hadits. Semoga kita semua senantiasa mendapat kebaikan-kebaikan di dunia maupun di akhirat kelak, termasuk bagi para pembaca jomblowan-jomblowati yang belum menemukan jodoh agar segera dipertemukan dengan jodohnya yang shalih-shalihah dan dapat menuju ke jenjang ke pernikahan hingga membina kehidupan rumah tangga yang sesuai dengan yang diperintahkan agama. Wallahu A’lam. 

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT