BREAKING

Kamis, 27 Agustus 2020

Sebesit Gejolak dalam Kalbu

 


Senja berganti malam. Perlahan mentari menghilang ditelan ufuk. Aku berteman kelam nan syahdu, bersamping kopi dingin di atas meja kayu yang sedikit lapuk.

Lirik lagu-lagu sendu mungkin akan mengiringi panjangnya malam ini. Sedari tadi, berkecamuk dalam hati perasan-perasaan tentang ini dan itu. Bahkan soal yang sedang terjadi di sini dan di sana.

Bayangan tragedi demi tragedi berkelayang di kepala. Peristiwa-peristiwa apa saja pun tak mau kalah, ia terus saja merisaukan relung hati ini. Entah mengapa tiba-tiba kerisauan ini mengajak jemari menari.

Tepatnya seminggu yang lalu, Aku sudah berada di kampungku. Kampung yang mungkin hanya bisa dikatakan jauh dari ‘peradaban nasional’. Sebuah daerah yang ‘dianaktirikan’ atau bisa juga disebut korban dari kepentingan-kepentingan dunia para manusia (baca;penguasa). Atau mungkin Aku saja yang terlalu berlebihan. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.

Wabah di negeri ini (bahkan dunia) sedang mencoba keimanan dan ketegaran umat manusia di muka bumi. Sekitar sebulan yang lalu belum seheboh dan menggemparkan jika dibanding dengan keadaan hari ini. Wabah penyakit yang kabarnya berasal dari Negeri Tirai Bambu itu sudah ‘mendunia’ hingga ke pelosok-pelosok kampung.

Aku terpaksa pulang. Di samping alasan keselamatan dan keamanan (serta kenyamanan), juga karena ingin melihat rumah dan keluarga. Meskipun ada beberapa himbauan pemerintah untuk para perantau agar tidak mudik ke kampung halaman dulu.

Namun di sisi lain, sebelum terlambat dan khawatir semakin menjadi parah, aku memutuskan untuk pulang saja. Membantu apa yang bisa dibantu serta melihat kondisi rumah di kampung. Meski juga banyak konsekuensi yang akan dihadapi.

Di kampung, Aku rasa masih banyak orang gagap teknologi dan informasi. Wajar jika itu terjadi, karena pada umumnya mereka hanya melihat dari media televisi. Aku hanya ingin mengatakan bahwa tak seharusnya semua orang panik dan gagap terhadap informasi.

Cerdas dan selalu tenang serta waspada mungkin sikap lebih tepat untuk keadaan saat ini. Doa dan tentu ikhtiar tak terlupa. Apa-apa yang disarankan dari para ahli pun jangan dianggap remeh.

Baik dari ahli Agama (Alim Ulama) dan para ahli kesehatan (dokter) serta dengan tetap mengindahkan himbauan pemerintah. Baik pusat maupun daerah. Itu saja.

Yang menjadi perasaan gundah gulanaku dan bahkan pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul di benakku pada awal-awal bencana ini, mengapa ini terjadi di saat-saat seperti ini? Terlebih di Indonesia, bangsa dengan seribu kompleksivitasnya. Di saat agenda-agenda rutinan, harian, minggguan, bahkan bulanan dan tahunan belum sempat tertata. Perkuliahan, Agenda Tahunan Pesantren, Pendidikan di semua tingkatan, bahkan hingga menyentuh majelis-majelis dzikir dan taklim.

Tak luput juga jamaah sholat di masjid dekat rumah dan sholat jum’at. Pun tak lama lagi memasuki ramadhan disambung lebaran Idul Fitri dengan suasana yang biasanya begitu sakral dan menggembirakan. Mengapa semua ini bisa terjadi? Makhluk Allah sekecil dan selemah virus dapat memporak-porandakan dunia. Sistem-sistem kehidupan pun terobrak abrik.

Di samping soal kesehatan, ekonomi, sosial, budaya bahkan politik pun tak luput darinya. Virus (yang kabarnya juga) ini belum ditemukan vaksin serta belum pernah ada di dunia ini bahkan mampu berpindah dari satu negara ke negara lain. Buktinya, dari tempat lahirnya di Wuhan, China kini telah merambah ke segala penjuru dunia.

Bahkan pelosok-pelosok kampung seperti kampungku ini. Meskipun belum ada kabar ada yang terjangkit (doaku: bukan belum, tapi jangan sampai ini terjadi) khususnya keluargaku. Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat hingga menjelang Ramadhan tiba dan bisa menikmati ketupat bersama keluarga.

Itulah pintaku dan pinta semua umat manusia di segala penjuru dunia. Wallahu A’lam.

 

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT