Inna ma’al ‘usri
yusraa. “Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.” Ayat
dalam surah Al Insyirah inilah yang semestinya menjadi pegangan setiap mukmin
yang beriman. Di tengah badai pandemi yang sedang menerjang kita saat ini, hati
hendaknya selalu dipenuhi dengan iman dan keyakinan terhadap Allah. Karena
dengan tetap yakin akan pertolongan Allah lah, hati akan selalu merasa tentram
dan tenang. Setiap musibah tentu akan ada hikmah.
Selain itu pula, hendaknya pikiran kita selalu positif. Jangan
sampai otak kita dipenuhi pikiran-pikiran negatif yang justru dapat
mengakibatkan imunitas tubuh menurun, sehingga potensi virus menghancurkan
benteng pertahanan kekebalan tubuh semakin besar pula. Maka, dalam menjaga iman
dan imun hendaknya senantiasa dilakukan.
Badai pandemi ini
memang merepotkan kita semua. Semua lapisan masyarakat terkena imbasnya. Tak
terkecuali para santri yang biasanya ketika ramadhan dipenuhi kegiatan dengan
ngaji dan berbagai hal lain di pondok pesantren. Namun saat ini sangat jauh
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi mengakibatkan pondok diliburkan
lebih awal, semua santri disuruh pulang dan membantu orang tua sekaligus ditugaskan
untuk mengaji di rumah saja.
Ada beberapa
pondok yang masih mewajibkan para santrinya harus mengikuti pengajian dari
rumah. Seperti halnya pondok pesantren saya di Yogyakarta. Meskipun diliburkan,
tetap saja masih ada beberapa santri yang ditugaskan Kiai untuk jaga pondok.
Selain itu pula masih ada beberapa ustadz yang masih berada di sana. Sehingga
kegiatan ngaji ramadhan tetap berjalan meski tidak seperti tahun biasanya.
Dengan kajian kitab yang lebih sedikit dan tentunya santri yang ikut serta
mnegaji pun hanya beberapa saja. Istilah Ngaji Daring (Dalam Jaringan) atau
Ngaji #DirumahSaja pun menjadi salah satu trending bagi kalangan
santri di beberapa pondok pesantren saat ini.
Beberapa santri
yang masih di pondok pesantren pun diperkenankan untuk mengikuti pengajian
seperti biasanya. Selain itu, santri yang sudah berada di rumah masing-masing
ditugaskan untuk mengikutinya melalui streaming di chanel pondok. Memang
bedanya, pada teknis dan suasananya saja. Namun siapa sangka jika kendala dan
keadaan di setiap daerah berbeda-beda. Masih mending jika santri yang tinggal
di daerah perkotaan atau minimalnya di pulau Jawa dengan sinyal terjangkau.
Berbeda jauh
dengan apa yang saya alami saat ini. Karena daerah tempat tingggal saya
merupakan daerah yang bisa dikatakan pelosok dan lumayan jauh dari kota
sehingga jangkauan sinyal pun sulit. Selain itu pula kuota internet tidak
semurah di kota dan mudah ditemukan semua operator. Di daerah saya yang bisa
menjangkau sinyal hanyalah satu operator saja, yang jangkauannya terkenal lebih
luas dibandingkan dengan operator lainnya. Selain itu pula harga kuota internet
bisa dibilang lebih mahal dibandingkan dengan harga di kota karena untuk ongkos
belanja atau akses ke luar desa menuju kotanya pun sudah mahal.
Serba dilema
memang. Di satu sisi ingin mengaji terus dengan khusyu’ mendengarkan ustadz dan
kiai lewat smartphone atau laptop (Live
Streaming). Namun di sisi lain untuk memenuhi kebutuhan agar bisa ngaji pun
tidak murah dan mudah. Beberapa kali, pada awal-awal ramadhan kemarin memang
berusaha untuk mengikuti ngaji, namun lama
kelamaan kuota cepat habis dan untuk membelinya pun tidak murah, sehingga
terkadang berpikir dua kali jika ingin membeli kuota internet lagi. Di samping
karena lebih mementingkan membeli sembako demi kebutuhan selama puasa, juga
karena tidak enak jika terus meminta orang tua. Hingga pada akhirnya kegiatan
mengaji live streaming pun tidak lagi dilanjutkan. Astaghfirullah.
Sedih memang,
namun apa daya jika kondisi seperti ini. Allah pasti tahu kerisauan hambaNya. Terlebih
dengan keadaan yang serba menghimpit seperti saat ini, bukan saja pada satu-dua
orang dan kondisi santri saja, namun dirasakan juga oleh semua penduduk bumi.
Kita hendaknya tetap yakin dan terus berikhtiar semaksimal mungkin dengan
mematuhi peraturan pemerintah dan senantiasa berdoa dengan do’a-do’a atau
dzikir yang telah diajarkan para kiai kepada kita. Selama kita yakin dan terus
berikhtiar, Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya kesulitan. Tentu akan ada
kemudahan di balik kesulitan-kesulitan saat ini. Badai ini pasti berlalu. Inna
ma’al ‘usri yusraa.
Ditulis semasa badai pandemi Covid19 (lupa tanggalnya)
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda ...