BREAKING

Sabtu, 29 Agustus 2020

Peran Perempuan Milenial dalam Keluarga

 


Saat ini, problem gender di Indonesia masih menjadi pembahasan dan kajian yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Terbukti dengan adanya polemik Rancangan Undang-Undang Ketahanan Keluarga belum lama ini dipandang para aktivis gender seakan mendeskreditkan perempuan. Selain itu pula RUU ini dianggap terlalu mengatur ranah privat warga negara, terutama yang berhubungan dengan suami istri (Sumber: kompas.com).

Pasal-pasal yang dianggap ganjil lainnya seperti kewajiban suami-istri untuk saling mencintai atau kewajiban istri untuk mengurusi rumah tangga. Banyak orang yang menganggap RUU tersebut tidak akan menjamin keluarga Indonesia menjadi lebih sejahtera dan bahagia. Namun mungkin justru sebaliknya, malah membingungkan dan merepotkan. Inilah yang kemudian RUU tersebut mendapat banyak pertentangan di kalangan aktivis.

            Dari segi katanya, ada keistimewaan tersendiri pada kata perempuan ini. Mengapa tidak menggunakan kata wanita atau cewek atau bahasa selainnya? Kata ‘perempuan’ jika dipenggal akan menjadi tiga suku kata yakni per-empu-an. Kata ‘Per’ dan ‘an’ dalam tata bahasa Indonesia merupakan kata awalan dan akhiran. Yang mana ‘per’ dan ‘an’ menunjukkan proses pekerjaan. Seperti misal kata Penurunan Bendera artinya sedang menurunkan bendera atau Pengembalian Hak berarti proses mengembalikan sebuah hak, dan contoh-contoh lainnya.

            Sedangkan kata ‘empu’ sendiri zaman dulu sudah sangat lazim digunakan pada seseorang yang mampu menciptakan karya. Semisal Empu Gandring sebagai ahli dalam menciptakan keris. Empu Tantular dengan Kitab Sutasomanya yang kala itu sebagai kitab undang-undang Kerajaan Majapahit. Jadi, ‘perempuan’ dapat disimpulkan sebagai seseorang yang memang ahli dalam menciptakan.

            Sehingga kemudian mengapa kata perempuan ini diartikan sebagai ahli menciptakan atau membuat dikarenakan perempuan inilah yang memiliki peran sebagai pembentuk kepribadian manusia (baca; anak). Karena anak yang nantinya bakal menjadi generasi penerus orang tua, keluarga bahkan bangsa. Maka wajar jika ada maqolah mengatakan Al ummu madrasatul ulaa Lil Aulaad yang artinya ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya.

            Peran perempuan sebagai madrasah atau pendidik pertama dalam lingkungan keluarga ini tentunya harus diperhatikan. Jika dilihat dari proses panjang dari masa kehamilan hingga kelahiran seorang anak tentu sangat panjang dan perjuangannya tidak mudah. Setelah anak lahir dan beranjak menuju dewasa pun, orang tua (khususnya ibu) memiliki peran utama. Meskipun saat ini dengan kemajuan dan kemodernan ada yang bisa menggantikan perannya (misal asisten rumah tangga). Namun tetap saja peran tersebut tidak bisa tergantikan sepenuhnya.

Sungguh sangat berbeda jika anak diasuh oleh ibu kandungnya secara langsung dibandingkan dengan asisten . Dimulai dari memberikan ASI sebagai makanan utamanya, kasih sayang serta ikatan batin antara ibu dan anak hingga pendidikan semasa bayi. Tentu hasilnya berbeda. Terutama dari segi karakter si anak.

Ibu Milenial

Istilah Milenial biasanya dilekatkan pada mereka yang lahir dan berusia produktif pada zaman penuh kemajuan seperti saat ini. Termasuk yang sudah berperan menjadi ibu. Ditandai dengan meleknya mereka terhadap media dan sumber-sumber informasi yang semakin membanjiri manusia milenial kini. Selain menjadi kesempatan, tak terlepas pula hambatan dan tantangan yang menghadang.

Dari segi kesempatan, sangat mungkin jika para ibu milenial ini mudah mengakses hal-hal baru dari teknologi setiap hari atau bahkan setiap detik. Maraknya media sosial semakin memudahkan untuk mencari berbagai referensi keilmuan. Media sosial pun menjadi kunci utama bagi para ibu milenial ini. Seperti contoh jika ingin memasak sebuah menu masakan, tak perlu repot menanyakan pada orang lain. Cukup klik dan mencarinya di Youtube atau sumber internet lainnya.

Selain kesempatan, hambatan serta tantangan yang ada juga menjadi masalah serius. Tantangan dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin lama tak bisa dibendung ini bagi mereka yang kurang selektif dalam memilih dan memilah sumber informasi dan kurang dalam penguasaan media teknologi. Sebagai contoh, ibu milenial memiliki Smartphone dan anak akan dengan mudahnya melihat aktivitas keseharian si ibu dengan smartphone ini. Ini akan bahaya jika suatu waktu si anak ikut memegangnya.

Pengawasan ibu milenial ini selaku pendidik utama tadi sangat dibutuhkan untuk pengawasan aktivitas anaknya dengan smartphone. Pengawasan orang tua sangat dibutuhkan untuk memfilter hal-hal yang cenderung negatif bagi si anak. Jangan sampai si anak mengakses hal-hal yang kurang bermanfaat, bahkan malah membahayakan. Akan sangat lebih baik lagi jika anak diarahkan meggunakan smartphone untuk mengakses tentang pendidikan. Yang tentunya sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan si anak.

Perempuan Milenial dan Ketahanan Keluarga

Kokohnya sebuah negara ditentukan oleh perempuannya. Jika perempuan sebagai pendidik generasi bangsa (baca; anak dalam keluarga) itu kokoh dan mampu, berarti suatu negara akan kokoh pula tiang penyangganya. Lantas di mana letak milenialisme seorang perempuan sebagai ibu dalam lingkungan keluarganya dapat memperkuat ketahanan keluarga?

Seperti fakta yang ada, bahwa peran seorang perempuan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tak terlepas perannya di dalam lingkungan keluarganya sendiri. Kuatnya peran ibu dalam keluarga ini akan membawa anak untuk memiliki karakter yang kuat pula. Sehingga diharapkan jika semua keluarga dalam satu negara dapat memaksimalkan peran mereka mendidik anak, maka diharapkan dapat membawa menuju ke arah kokohnya ketahanan dalam keluarganya sendiri. Bahkan bisa saja pada aspek ketahanan nasional.

Karena sejatinya ketahanan nasional bangsa berawal dari ketahanan di dalam keluarga. Sebaliknya, jika keluarga di suatu negara banyak terdapat kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) maka mustahil suatu bangsa akan maju. Bayangkan saja, bagaimana akan memperkokoh tiang sebuah bangsa, jika menciptakan tiang-tiang keluarga yang kokoh dan baik saja belum mampu.

Inilah kemudian yang menjadi kegelisahan bersama. Bahwa di satu sisi ibu milenial memiliki andil besar dalam keluarga, namun di sisi lain pula dapat membawa keluarga (khususnya anak) dalam jurang ‘malapetaka’ jika tidak tepat dalam memainkan peran sebagai seorang ibu rumah tangga.

Terlebih dalam situasi pandemi saat ini yang semakin mempersulit keadaan. Baik segi ekonomi maupun psikologi dalam keluarga. Ini yang menjadi tugas bersama negara dan semua elemen masyarakat untuk saling bahu membahu menyelesaikan permasalahan saat ini. Semoga segala kesulitan dan cobaan bangsa dapat kita lalui bersama serta senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran olehNya. Aamiin.

 


About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda ...

 
Copyright © 2013 PUJAKESUMA BLOGGER
Design by FBTemplates | BTT